Media Asuransi, GLOBAL – Perusahaan asuransi di kawasan Asia-Pasifik (APAC) kini mengalokasikan rata-rata 6,4 persen dari portofolionya ke kredit tidak likuid. Hal itu termasuk kredit swasta dan obligasi pinjaman yang dijamin (CLOs).
Langkah tersebut dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan regulasi modal berbasis risiko (RBC) baru yang diterapkan di berbagai negara di kawasan ini.
“Regulasi baru ini bertujuan menyelaraskan aset dan kewajiban perusahaan asuransi dengan lebih baik, mendorong perubahan strategi investasi,” kata Kepala Solusi Asuransi Internasional di PineBridge Investments Vladimir Zdorovenin, dikutip dari Insurance Asia, Rabu, 4 September 2024.
|Baca juga: Prudential Indonesia Tingkatkan Kesiapsiagaan Pelajar dan Guru di Bali Hadapi Risiko Bencana
Khususnya, lanjut Vladimir, perusahaan asuransi jiwa menghadapi tantangan yang meningkat dalam manajemen aset-liabilitas karena ketidaksesuaian durasi dan akses terbatas ke obligasi mata uang lokal jangka panjang.
Hong Kong baru-baru ini menerapkan aturan RBC baru pada Juli lalu, sementara Korea Selatan memperkenalkan Standar Modal Asuransi Korea (K-ICS) bersamaan dengan standar IFRS baru. Jepang dan Taiwan juga sedang mempersiapkan kerangka kerja serupa.
Perubahan ini memaksa perusahaan asuransi jiwa untuk menerima hasil yang lebih rendah dari obligasi pemerintah jangka panjang atau beralih ke reinsurance untuk mengurangi tekanan modal dari kewajiban mereka.
Sebagai hasilnya, perusahaan asuransi didorong untuk mendiversifikasi portofolio mereka dan mengeksplorasi kelas aset yang kurang dikenal seperti kredit swasta dan tranche CLO, menurut pandangan Zdorovenin.
|Baca juga: CB&H Siap Penuhi Persyaratan Modal Minimum Rp5 Miliar Sebelum 2026
Kredit swasta menawarkan nilai yang stabil, pendapatan yang dapat diprediksi, dan manfaat diversifikasi. Sementara tranche CLO memberikan hasil yang lebih tinggi, likuiditas, dan durasi suku bunga yang lebih pendek di pasar yang volatil.
Meskipun memiliki keuntungan ini, namun perusahaan asuransi Asia umumnya tertinggal dibandingkan dengan rekan global mereka dalam mengadopsi kelas aset ini karena kompleksitasnya.
Menurut Moody’s, perusahaan asuransi APAC mengalokasikan rata-rata 6,4 persen dari portofolionya ke kredit tidak likuid, dibandingkan dengan 35,7 persen untuk perusahaan asuransi jiwa di AS dan Kanada.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News