Media Asuransi, JAKARTA – Laporan Three Key Trends We’re Watching yang dirilis oleh S&P Global Ratings mengungkapkan perusahaan asuransi di seluruh dunia menghadapi tantangan beragam sepanjang 2025. Kondisi itu seiring meningkatnya kerugian akibat bencana alam, perubahan struktur modal, dan pergeseran produk asuransi.
Di sektor properti dan kecelakaan, meningkatnya kerugian akibat bencana alam mendorong perusahaan asuransi untuk menaikkan premi dan mengurangi cakupan pertanggungan, terutama di wilayah dengan risiko tinggi dan pasar yang diatur secara ketat.
|Baca juga: Dorong Perekonomian Indonesia, GoTo Beri Penghargaan untuk 40 Ribu Mitra Gojek dan Gopay
|Baca juga: OJK Sebut Tidak Ada Revisi Target Pertumbuhan Kredit di 2025 Meski Banyak PHK
Mengutip Insurance Asia, Selasa, 17 Juni 2025, seiring dengan langkah para reasuradur yang menarik diri dari proteksi lapisan bawah, perusahaan asuransi utama kini harus menanggung lebih banyak risiko sendiri, khususnya pada produk asuransi personal.
Untuk mengelola eksposur risiko di zona-zona puncak, perusahaan reasuransi diperkirakan akan meningkatkan pemanfaatan modal pihak ketiga, seperti obligasi bencana dan sekuritas terkait asuransi.
Modal alternatif ini juga mulai mengalir ke sektor-sektor seperti reasuransi siber dan hipotek, mendukung momentum kenaikan harga menjelang siklus pembaruan polis berikutnya. Sementara itu, perusahaan asuransi jiwa menghadapi tekanan jangka panjang seiring pergeseran fokus produk ke arah kebutuhan masa pensiun, seperti anuitas.
|Baca juga: Arief Widyawan Sidarto Diusulkan Jadi Dirut Amman Mineral (AMMN)
|Baca juga: Utang Luar Negeri Membengkak 8,2%, Tembus US$431,5 Miliar di April 2025
Meski permintaan masih tinggi, namun tingginya eksposur terhadap risiko pasar serta terbatasnya fleksibilitas penetapan harga dinilai akan membatasi potensi peningkatan peringkat kredit di masa mendatang.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News