Media Asuransi, GLOBAL – Survei terbaru Moody’s Ratings mengungkapkan perusahaan asuransi global meningkatkan anggaran untuk keamanan siber mereka hingga 51 persen antara 2019 dan 2023. Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya serangan siber dan aturan regulasi yang semakin ketat.
Dilansir dari Insurance Asia, Jumat, 13 September 2024, di wilayah Asia Pasifik (APAC), investasi untuk keamanan siber naik sebesar 48 persen, mencerminkan adopsi digital yang makin pesat di kawasan ini. Moody’s mencatat asuransi dan manajer aset memperkuat pertahanan siber mereka karena risiko yang terus meningkat.
Menariknya, sekitar 78 persen perusahaan asuransi memiliki polis asuransi siber yang berdiri sendiri. Di Amerika, cakupan ini mencapai 94 persen, namun di APAC hanya 29 persen perusahaan yang melaporkan memiliki polis serupa.
|Baca juga: Perdana Karya Perkasa (PKPK) Lakukan Pengapalan Perdana Batu Bara Milik TRIOP
|Baca juga: Jasindo dan Telkomsel Perkuat Kerjasama, Tingkatkan Perlindungan Pelanggan melalui Ekosistem Digital
Premi asuransi siber juga melonjak tajam. Antara 2020 dan 2022, premi naik hingga 70 persen, dengan beberapa perusahaan melaporkan kenaikan yang lebih tinggi. Meski demikian, 85 persen perusahaan berencana untuk mempertahankan cakupan saat ini, dan sebagian kecil berencana untuk meningkatkannya tahun depan.
Hampir semua perusahaan asuransi (98 persen) telah mengimplementasikan strategi keamanan siber jangka panjang, termasuk pemindaian kerentanan dan uji penetrasi. “Keamanan siber adalah prioritas utama kami,” ungkap salah satu responden survei.
Selain itu, 99 persen perusahaan asuransi juga mewajibkan penilaian keamanan siber bagi vendor baru, dan 91 persen secara rutin meninjau vendor yang sudah ada. Seiring berkembangnya risiko siber, perusahaan asuransi terus memperkuat strategi dan pertahanan mereka.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News