Media Asuransi, GLOBAL – Keterbatasan finansial menjadi hambatan signifikan bagi 38 persen masyarakat Malaysia dalam mempersiapkan diri menghadapi peristiwa iklim ekstrem seperti banjir, gelombang panas, dan tanah longsor.
Hal ini terungkap dalam Survei Ketahanan Iklim yang dilakukan oleh Zurich Malaysia. Sebanyak 54 persen responden merasa tidak siap menghadapi kejadian-kejadian tersebut. Survei ini menemukan hubungan terbalik antara tingkat pendapatan rumah tangga dan kesiapan menghadapi bencana.
|Baca juga: FWD Tunjuk CEO Baru untuk Asuransi dan Takaful di Malaysia
|Baca juga: OJK Mencabut Izin Usaha Investree
Sebanyak 49 persen responden dari kelompok B40 (40 persen rumah tangga berpendapatan terendah) merasa memiliki cukup persediaan, tabungan, rencana evakuasi, dan dukungan darurat untuk menghadapi peristiwa iklim.
Namun, persentase ini menurun menjadi 44 persen untuk kelompok M40 (40 persen pendapatan menengah) dan 39 persen untuk kelompok T20 (20 persen pendapatan tertinggi). Hal ini menunjukkan rumah tangga berpendapatan lebih tinggi mungkin memiliki harapan yang lebih tinggi terhadap kesiapan, sehingga merasa kurang siap.
Zurich Malaysia meluncurkan survei ini sebagai bagian dari dukungan terhadap Bulan Kesiapsiagaan Nasional 2024.
Tujuan survei adalah meningkatkan kesadaran akan kesiapsiagaan bencana melalui kolaborasi antara komunitas lokal dan pemerintah. Survei yang melibatkan 1.100 orang Malaysia ini dilakukan pada September 2024 dan mengungkapkan adanya kesenjangan dalam pendidikan, kesadaran, dan kesiapan menghadapi risiko iklim.
|Baca juga: Permodalan Kuat, INARE Diganjar Peringkat idA- dengan Prospek Stabil
|Baca juga: Kendaraan Energi Baru Diprediksi Buat Premi Asuransi P&C Meroket, Kok Bisa?
Meski kesadaran dan kekhawatiran akan perubahan iklim cukup tinggi, namun banyak masyarakat yang merasa masih membutuhkan dukungan lebih. Hampir 90 persen masyarakat Malaysia (86 persen) mengaku khawatir dengan dampak perubahan iklim, terutama di kalangan anak muda berusia 18-29 tahun yang mencatat tingkat kekhawatiran tertinggi (hingga 90 persen).
“Sebanyak 53 persen masyarakat Malaysia sangat khawatir akan dampak perubahan iklim terhadap generasi mendatang,” ungkap survei tersebut, dilansir dari Asia Insurance Review, Jumat, 25 Oktober 2024.
Tingkat kekhawatiran ini cenderung menurun seiring bertambahnya usia, dari 56 persen di kelompok usia 18-29 tahun menjadi hanya 25 persen di kelompok usia 65 tahun ke atas. Hal ini menunjukkan generasi muda lebih fokus pada pendidikan dan keterlibatan dalam isu perubahan iklim.
Peristiwa iklim seperti banjir (75 persen), gelombang panas (74 persen), dan tanah longsor (70 persen) menjadi kekhawatiran utama masyarakat Malaysia. Di daerah perkotaan, risiko infrastruktur seperti pohon tumbang dan lubang tanah juga menjadi perhatian yang meningkat (67 persen), terutama setelah beberapa kasus di pusat kota Kuala Lumpur.
“Survei Ketahanan Iklim kami bertujuan untuk memahami persepsi publik, kesiapan, dan pengalaman mereka terhadap dampak perubahan iklim,” ujar CEO Zurich Malaysia Junior Cho.
|Baca juga: Prudential Gandeng 2 Rumah Sakit Ini untuk Percepat Proses Penagihan Biaya Medis
|Baca juga: Tokio Marine Hentikan Penjualan Bisnis Asuransi Jiwa di Asia Tenggara, Ada Perselisihan!
“Dengan memahami pandangan masyarakat terhadap risiko iklim dan tingkat kesiapan mereka, kami dapat mengembangkan strategi yang disesuaikan untuk memperkuat ketahanan iklim, meningkatkan upaya adaptasi lokal, dan mempromosikan praktik berkelanjutan di berbagai lingkungan perkotaan,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News