Media Asuransi, JAKARTA – Kinerja neraca perdagangan Indonesia diperkirakan masih akan mencatatkan surplus pada bulan-bulan mendatang meski akan cenderung menurun.
Melalui Daily Write Up bertajuk Macro Update – August’s international trade: Larger-than-expected trade surplus, ekonom Mirae Sekuritas Rully Arya Wisnubroto menjelaskan ekspor Indonesia mencapai US$22,0 miliar, tumbuh sebesar 5,5% MoM namun turun 21,1% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Ekspor CPO (berkontribusi 11,6% dari total ekspor non-migas) menyusut sebesar 35,2% YoY menjadi US$2,5 miliar, sementara ekspor besi dan baja (10,8% dari total ekspor) mengalami kontraksi sebesar 1,0% YoY menjadi US$2,2 miliar. Secara akumulatif, dalam 8 bulan pertama 2023, pangsa pasar ekspor ke China meningkat menjadi 25,0% (dibandingkan dengan 21,3% dalam 8 bulan pertama 2022), sementara ke ASEAN dan AS turun, masing-masing menjadi 18,8% (dibandingkan dengan 19,7% pada 8M22) dan 9,7% (dibandingkan dengan 10,8% pada 8M22).
|Baca juga: Naik Tipis, Neraca Dagang RI Mencapai US$1,31 Miliar di Juli 2023
Rully menjelaskan impor Indonesia turun signifikan sebesar 14,8% YoY atau 3,5% MoM menjadi US$18,9 miliar. “Kontraksi ini lebih dalam dari ekspektasi kami yang sebesar 10,1% YoY.”
Menurutnya, barang-barang mentah masih mendominasi impor Indonesia, namun impor barang mentah mengalami penurunan 20,4% YoY atau 4,1% MoM menjadi US$13,3 miliar, yang disebabkan oleh penurunan impor minyak mentah, kondensat, dan artikel sirkuit terintegrasi. Sementara itu impor beras memainkan peran penting dalam pengendalian inflasi, seiring kenaikan harga beras global ke level tertinggi dalam 15 tahun akibat pembatasan ekspor di India. Di dalam negeri, harga beras meningkat menjadi Rp14.200/kg, naik hampir 20% YoY.
Dia melaporkan Indonesia berhasil mencapai surplus perdagangan sebesar US$3,1 miliar, jauh melampaui ekspektasinya sebesar US$1,1 miliar. Surplus yang cukup tinggi ini terutama disebabkan oleh kontraksi impor yang lebih besar dari yang kami perkirakan sebelumnya.
Secara keseluruhan, jelas dia, surplus neraca perdagangan pada 8 bulan 2023 ini tetap sehat, meskipun lebih rendah dibandingkan dengan 8 bulan 2022. Dia mengantisipasi terus berlanjutnya kontraksi ekspor akibat harga komoditas yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya serta perlambatan ekonomi global. “Kami memperkirakan neraca perdagangan akan mengalami surplus dalam bulan-bulan mendatang, meskipun mungkin akan menurun akibat perlambatan ekspor dan peningkatan impor.”
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News