Media Asuransi, JAKARTA – Untuk keempat kalinya, Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan secara beruntun hingga di pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan November suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) berada pada level 5,25%, atau naik 50 bps dari RDG bulan lalu. Suku bunga Deposit Facility menjadi 4,50%, serta suku bunga Lending Facility pada level 6,00%.
Financial Expert, Ratih Mustikoningsih, menjelaskan bahwa hal ini selaras dengan tekanan inflasi global yang masih tinggi efek dari gangguan rantai pasok yang sedang terjadi, akibatnya munculnya lonjakan harga makanan dan energi. Tekanan inflasi tersebut membuat beberapa Bank Sentral mengetatkan kebijakan moneter, salah satunya bunga.
Kebijakan kenaikan suku bunga oleh BI dirasa perlu walaupun dengan melihat tingkat inflasi IHK di Indonesia telah mengalami perlambatan pada bulan Oktober 5,71% lebih rendah dari September 5,95%, namun masih atas target inflasi BI yaitu 2%-4%.
|Baca juga: Laju Ekonomi Indonesia Konsisten di Atas Ekspektasi
Ada faktor lainnya seperti menahan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang cukup, karenakan The Fed terus melakukan langkah agresif dan masih akan menaikkan suku bunga untuk beberapa periode ke depan.
Untuk saat ini The Fed masih Fed Funds Rate (FFR) berada pada kisaran 3,75%-4%. Meski angka inflasi Amerika Serikat pada Oktober lalu sudah mereda di level 7,7% lebih rendah dari periode sebelumnya di level 8,2%. Namun angka itu masih jauh dari target inflasi 2%, oleh sebab itu The Fed diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga pada FOMC pada Desember mendatang.
Bagi perbankan kenaikkan suku bunga BI-7DRR bisa momentum positif, ditambah pertumbuhan penyaluran kredit masih tumbuh 11,95% yoy pada Oktober 2022, lebih tinggi dibanding sebelumnya di bulan September 11,00% yoy.
BBCA menjadi perbankan yang menarik di tengah kenaikan suku bunga, walaupun suku bunga terus naik secara beruntun. Jika dilihat dari kinerja keuangan per 9 September 2022 BBCA memiliki jumlah Current Account Saving Account (CASA) 81% dari toal Third Party Funds (DPK).
|Baca juga: Untuk Kali Ketiga, Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga Acuan Sebesar 50 Bps
Perolehan tersebut membuat BBCA dapat meminimalkan Cost of Fund (CoF), bersamaan dengan hal itu Net Interest Margin (NIM) di tengah kenaikan suku bunga bisa terakselerasi, serta Loan to Deposit Ratio (LDR) yang saat ini berada di level 63% juga berpotensi mengalami peningkatan.
Dengan naiknya suku bunga, membuat sektor properti berpotensi menurunkan minat kredit properti, hal ini bersamaan dengan naiknya suku bunga yang akan mendongkrak tingkat bunga KPR.
Amerika Serikat juga merasakan dilema, suku bunga Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) menurut data Mortgage Bankers Association (MBA) pada bulan November sempat menyentuh 7,14%, level tertinggi sejak 2001, sejalan dengan kenaikan suku bunga The Fed.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News