Meski pandemi belum berakhir, bahkan sempat mengukir rekor tertinggi penambahan kasus harian Covid-19 pada tahun 2021, kinerja industri asuransi baik jiwa maupun umum tetap bisa bangkit dari koreksi yang dialami pada tahun 2020. Sekadar kilas balik, total premi asuransi jiwa sepanjang 2020 mengalami penurunan sebesar 6,1 persen menjadi Rp187,59 triliun dibandingkan dengan realisasi pada tahun 2019 sebesar Rp199,87 triliun.
Sementara itu, total premi yang dikumpulkan oleh industri asuransi umum mengalami penurunan sebesar 3,6 persen pada tahun 2020 menjadi Rp76,8 triliun dibandingkan dengan realisasi pada tahun 2019 sebesar Rp79,8 triliun.
Dampak pandemi Covid-19 memang sangat terasa memukul industri asuransi Tanah Air seiring dengan turunnya aktivitas ekonomi dan daya beli masyarakat. Namun demikian, pandemi juga memberikan banyak pelajaran dan berkah di antaranya pola kerja secara daring yang lebih efisien, akselerasi transformasi digital, dan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berasuransi.
Di luar pandemi, industri asuransi khususnya asuransi jiwa juga harus menghadapi stigma negatif akibat sejumlah kasus gagal bayar dan demo dari nasabah yang merasa dirugikan oleh produk unitlink. Tingkat literasi asuransi yang rendah membuat masyarakat gampang terpengaruh dan terprovokasi oleh pemberitaan negatif seputar asuransi yang belum tentu kebenarannya.
Namun demikian, perlahan tapi pasti, industri asuransi berhasil bangkit dengan menorehkan capaian kinerja positif pada tahun 2021 di tengah ketidakpastian kapan pandemi Covid-19 akan berakhir dan masifnya pemberitaan negatif seputar asuransi. Tentu, capaian ini bukan taken for granted atau autopilot tetapi berkat kerja keras dan kegigihan para pelaku usaha perasuransian nasional.
Sepanjang 2021, total pendapatan premi yang dikumpulkan industri asuransi jiwa berhasil tumbuh sebesar 8,2 persen atau mencapai Rp202,93 triliun. Pertumbuhan pendapatan premi ini didominasi oleh premi bisnis baru yang tumbuh 12,1 persen menjadi Rp128,62 triliun dibandingkan dengan tahun 2020 yang hanya Rp114,75 triliun. Sementara itu, premi bisnis lanjutan juga mengalami pertumbuhan sebesar 2 persen menjadi Rp74,31 triliun dibandingkan dengan tahun 2020 sebesar Rp72,84 triliun.
Perbaikan performa pengumpulan premi tersebut diimbangi dengan total cadangan teknis yang tumbuh 1,1 persen pada 2021 menjadi Rp458,25 triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa tata kelola aset industri asuransi jiwa yang sehat terutama dalam melakukan manajemen risiko. Penetrasi asuransi jiwa per orang pada 2021 juga berhasil tumbuh sebesar 7,5 persen menjadi 20,34 juta jiwa dari total populasi Indonesia dibandingkan dengan posisi 2020 yang hanya 17,7 juta jiwa.
Menariknya, produk unitlink masih mendominasi total pendapatan premi asuransi jiwa sepanjang 2021 yaitu sebesar 62,9 persen di tengah massifnya kampanye hitam atas produk proteksi yang dibalut dengan investasi tersebut. Tak hanya mendominasi, total pendapatan premi unitlink juga tumbuh sebesar 6,4 persen menjadi Rp127,7 triliun, sedangkan total premi produk tradisional tumbuh 11,4 persen menjadi Rp75,23 triliun.
Senada, industri asuransi umum juga berhasil menorehkan pertumbuhan premi sebesar 1,7 persen pada tahun 2021 yaitu mencapai Rp78,14 triliun. Lini bisnis asuransi properti masih menjadi penyumbang premi terbesar dengan nilai premi mencapai Rp22,36 triliun. Berikutnya, lini asuransi kendaraan bermotor menjadi kontributor terbesar kedua dengan premi mencapai Rp15,68 triliun seiring dengan mulai menggeliatnya sektor otomotif Tanah Air. Baik lini asuransi properti maupun asuransi kendaraan bermotor masing-masing mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,8 persen dan 6,5 persen dibandingkan dengan realisasi tahun 2020.
Namun demikian, yang masih menjadi tantangan di asuransi umum adalah lini asuransi kredit yang merupakan kontributor terbesar ketiga perolehan premi justru mencatatkan penurunan tajam pada tahun 2021 yaitu sebesar 16,7 persen menjadi Rp13,68 triliun. Dari total 14 lini bisnis asuransi umum, sebanyak 5 lini bisnis mencatatkan penurunan premi yaitu bisnis aviation -37,5 persen, satellite -25,9 persen, energy off shore -33,4 persen, PA & health -8,1 persen, dan asuransi kredit -16,7 persen. Sementara itu, 7 lini bisnis lainnya yang mencatatkan pertumbuhan premi adalah marine cargo 26,5 persen, marine hull 7,1 persen, energy on shore 80,8 persen, engineering 26,4 persen, liability 30,9 persen, suretyship 18,1 persen, dan miscellaneous 33,4 persen.
Seiring dengan tren pemulihan ekonomi dan pandemi yang makin terkendali, kebangkitan kinerja industri asuransi nasional ini diharapkan berlanjut pada tahun 2022. Tentu, keberlanjutan ini harus diupayakan dengan kerja keras dan kolaborasi antar-stakeholders perasuransian nasional.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News