Beberapa bulan lalu, Indonesia dikejutkan oleh seorang putra bangsa yang tiba-tiba meraih medali emas dalam kejuaraan dunia atletik U-20 di Finlandia. Dia adalah Lalu Muhammad Zohri. Prestasi pemuda asal Nusa Tenggara Barat ini membuatnya menjadi salah satu pelari yang diperhitungkan di level internasional. Melihat maraknya fenomena ini, Media Asuransi tergerak untuk membahas jenis olah raga ini di kalangan eksekutif asuransi. Namun topiknya bukan lari sprint atau running, akan tetapi lari santai atau biasa disebut jogging.
Running dan Jogging sesungguhnya dua jenis olah raga yang berbeda, terutama dalam ritme kecepatan dan ukuran langkah pelakunya. Namun begitu pada dasarnya keduanya merupakan latihan aerobik yang membantu tubuh menurunkan berat badan dan meningkatkan kesehatan seseorang Bagi para eksekutif lari atau running tidak begitu popular karena termasuk olahraga berat. Tapi untuk jogging ini sangat banyak yang merutinkannya karena umumnya dikerjakan dengan santai demi kebugaran tubuh. Bahkan ada yang meninggalkan hobi lain demi merutinkan jogging ini.
Sebagaimana halnya Presiden Direktur PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) Jens Reisch yang dalam 10 tahun ini lebih menekuni olahraga lari ketimbang tenis yang telah lama digelutinya. Dirinya beralasan dengan jogging ini akan lebih memberikan kebugaran lebih maksimal. Melalui hobinya ini selain bermanfaat untuk kesehatan tubuh, juga bisa menikmati pemandangan alam sekitar. “Waktu saya rajin main tenis, itu lebih sebagai permainan. Saya bisa main, berhenti, duduk, main lagi. Sesuka saya. Saya pikir untuk meningkatkan daya tahan tubuh saya melakukan olah raga lari. Efek awalnya saya merasa lebih fit, stamina lebih baik. Sekarang saya menggabungkan dampak baik itu dengan kesenangan saya melihat-lihat tempat yang indah,” ungkapnya pada Media Asuransi baru-baru ini.
Jens pun menyebutkan ada banyak lomba lari sekarang dilakukan di tempat-tempat menarik. Seperti di Bali, Toraja, Lombok marathon, Yogya-Borobudur. Di Asia juga ada lomba lari di Tokyo, Korea, Singapura. “Pengalaman lari terbaik bagi saya di luar adalah di Angkor Wat, Kamboja, di mana saya lari di sekitar kuil-kuil dan pedesaan,” tuturnya.
Di Prudential Indonesia, Jens bergabung dalam klub lari bernama PRUrunning community yang bisa sekitar 80 an orang berlari bersama. “Ini bagus untuk saling terhubung dengan orang-orang di Prudential, dan dengan komunitas-komunitas lain jika di hari Minggu. Jadi ini tentang connecting people, melihat tempat-tempat indah, menjadi fit, dan mudah dilakukan dan tidak perlu bawa raket. Bisa dilakukan sendiri sambil mendengarkan musik atau sambil bercengkerama dengan teman,” ujarnya.
Untuk teman tandemnya berlari, Jens mengaku dirinya memang suka lari bersama teman. Namun jika diniatkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, dirinya harus sendiri dan tidak mungkin sambil berbincang-bincang. ”Kalau hanya 30 menit, saya suka lari berkelompok dan itu menyenangkan. Tapi sulit jika (ingin) lari jarak jauh dalam waktu yang lama, dalam kelompok kita bisa saling menyemangati sambil menikmati lari bersama. Tapi untuk misalnya mengalahkan rekor pribadi dan punya target daya tahan tertentu, sulit kalau dilakukan bersama-sama,” tukas dia.
Untuk membagi waktu dengan jam kerja, Jens mengaku dibutuhkan kedisiplinan. Baginya lari itu tidak kalah pentingnya dengan bisnis. “Saya terkadang masih main tenis di akhir minggu. Tapi untuk lari saya selalu usahakan di hari Rabu malam, atau saat pagi-pagi sekali di hari kerja, dan di hari minggu saat car-free day. Ini harus dilakukan secara serius, karena kalau tidak, akan selalu ada hal lain yang membuat kita batal berlari. Jadi minimal saya pasti berlari 2-3 kali per minggu,” tandasnya.
Selain Jens, manfaat besar dari jogging juga dirasakan oleh Direktur Utama PT Asuransi Adira Dinamika Julian Noor. Sekalipun sudah berumur 56 tahun, dia masih sanggup menempuh jarak lima km dalam sekali lari. Ia mengaku olah raga ini dilakoninya tiga kali dalam seminggu. Kepada Media Asuransi, Julian menceritakan dirinya mulai intens menggandrungi olah raga ini saat aktif sebagai Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) sekitar tahun 2014. Pasalnya lokasi kantor yang dekat dengan track favoritnya, yaitu di sekitaran epicentrum dan bisa dilakukan pagi hari sebelum jam kerja. “Saya telat sadar di sekitar epicentrum itu ada lokasi jogging track yang sangat bagus. Banyak yang belum tau hingga saat ini. Dulu sebelum tau, saya suka juga olah raga yang lain seperti renang, tenis meja, dan lainnya,” ungkapnya.
Bagi Julian, jogging memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan olahraga lainnya. Ia mengatakan lari ini termasuk olahraga teratur. Berbeda dengan sepak bola atau tenis yang kadang pelakunya berlari dan terkadang berhenti. “Dan, untuk menambah kebugaran itu memang dianjurkan olahraga ini. Saya senang tenis meja, namun karena manfaat jogging ini lebih besar. Terkadang kesukaan saya dengan tenis meja ini dikalahkan. Walaupun tenis meja ini juga menyenangkan. Ada fun-nya,” paparnya.
Ia berharap olahraga ini lebih diminati di tanah air dan juga track-nya dapat ditingkatkan, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta. Arena jogging ini, tambahnya, dapat ditambah lagi di area-area yang ramah untuk dijadikan sebagai jogging track. Untuk saat ini dirinya lebih menikmati aktivitas jogging, jika ada perjalanan dinas ke daerah daerah. “Justru saya menikmati jogging ini saat sesekali mengunjungi cucu di Perth, Australia. Di sana benar-benar memanjakan orang dengan suasana yang cantik ada jalur khusus untuk jogging dan sepeda yang terpisah, serta sangat bersih. Saya berharap di Indonesia punya area-area seperti itu,” tandasnya.
Sementara itu, dikalangan anak muda di dunia asuransi ternyata banyak juga yang rutin olahraga lari ini. Dia adalah Head of Corporate Communications Allianz Indonesia, Adrian DW yang mulai menekuni sejak 2012 lalu, saat dirinya menjadi panitia kampanye lari untuk penderita penyakit jantung di perusahaan tempatnya berkarier.
Adrian menuturkan awalnya ia lebih cenderung ikut dalam berbagai perlombaan lari marathon. Namun, lama kelamaan dirinya juga berkeinginan untuk melakukan olahraga jogging tanpa berbarengan banyak orang. Bagi pria 35 tahun ini, olahraga jogging ini ia rutinkan memang karena anjuran dokternya. Saat dia memeriksakan kesehatan, dokter menganjurkan untuk rutin berolah raga, terutama kardio untuk membakar lebih banyak kalori tubuh. Dan yang dirasakan dengan aktifitas ini adalah gula darah lebih seimbang begitu juga tekanan darah menjadi stabil.
Adrian mengisahkan, dalam sebuah perlombaan marathon dirinya pernah mengalami cidera di engkel lutut. Kecelakaan yang menimpanya tersebut membuatnya harus dioperasi, dan beristirahat berlari dalam beberapa lama untuk pemulihan tubuh pasca operasi. Apakah ia benar-benar berhenti setelah itu? Ternyata tidak. Setelah beberapa saat berhenti ternyata kolesterolnya meningkat, gula darah pun jadi tidak stabil. Dan dirinya memutuskan untuk kembali menekuni hobinya ini lagi. “Saya bisa menghabiskan waktu satu jam dengan jarak tempuh sekitar 8 km. Seminggu tiga kali. Dilakukan pada sore hari, selepas jam kerja. Jika sudah lama tidak berlari badan akan terasa pegal-pegal. Dulu saya kira pegal karena lari. Kemudian istirahat ternyata pegalnya tidak hilang. Nah, setelah mulai lagi, ternyata dengan jogging inilah bisa menjadi obatnya,” ungkapnya pada Media Asuransi baru-baru ini. Soal yang menemaninya saat jogging, Adrian mengaku kalau ia lebih menikmati olahraga ini sembari ditemani musik dengan sebuah headset yang bertengger di telinga. Baginya jogging sembari mendengar musik juga menjadi sarana untuk menghilangkan stress. “Di Allianz sendiri ada yang sanggup melakukan lari marathon di atas 40 km. Itu dilakukan setiap pagi sebelum waktu kerja dan dia bukan atlet,” pungkasnya. B. Firman
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News