Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings Indonesia telah mengafirmasi Peringkat Nasional Insurer Financial Strength (IFS) PT Asuransi Wahana Tata (ASWATA) di ‘AA(idn)’. Outlook Stabil.
“Afirmasi ini mencerminkan profil perusahaan ASWATA yang ‘Moderat’, ketergantungan tinggi pada reasuransi karena eksposur terhadap bisnis properti dan rekayasa, serta kinerja keuangan yang sedikit melemah. Afirmasi ini juga mempertimbangkan kapitalisasi yang memadai dan risiko investasi yang rendah,” tulis Fitch dalam keterangan resmi dikutip, Senin, 4 November 2024.
Menurut Fitch, peringkat Nasional IFS ‘AA’ menunjukkan kapasitas yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban terhadap pemegang polis relatif terhadap semua kewajiban atau emiten lain di negara atau serikat moneter yang sama, di semua industri dan jenis kewajiban.
|Baca juga: PT Asuransi Wahana Tata: Premi Bruto Meningkat
Fitch menilai profil perusahaan ASWATA sebagai ‘Moderat’ berdasarkan profil bisnisnya yang ‘Moderat’ dan tata kelola perusahaan yang ‘Netral’ dibandingkan dengan perusahaan asuransi domestik lainnya di Indonesia. Perusahaan memiliki franchise bisnis yang memadai, selera risiko yang sebanding dengan sektor dan lini bisnis yang cukup terdiversifikasi. Perusahaan memiliki pangsa pasar sebesar 2% berdasarkan premi bruto (GPW) di industri asuransi umum Indonesia pada tahun 2023.
ASWATA mensesikan sebagian besar premi properti dan rekayasa, yang rentan terhadap risiko bencana alam, melalui beberapa treaty reasuransi proporsional dan excess-of-loss. Rasio retensi premi, atau proporsi premi bersih terhadap GPW, turun menjadi 36% pada 9M24 (2023: 44%), karena penurunan bisnis kendaraan bermotor, yang sebagian besar preminya ditahan oleh perusahaan.
Rata-rata rasio retensi premi adalah 47% selama 2021-2023, yang rendah dibandingkan dengan industri asuransi umum sebesar 59%.
Adanya pemulihan reasuransi yang tinggi menghadirkan risiko mengingat kualitas kredit yang lemah dari beberapa reasuransi domestik dalam panel reasuransi ASWATA, yang dipimpin oleh reasuransi domestik. Eksposur basis modal ASWATA terhadap reasuransi tetap tinggi, yaitu 105% pada akhir 2023 (2022: 108%), dibandingkan dengan industri asuransi umum sebesar 60% dan perusahaan asuransi yang diperingkat oleh Fitch lainnya.
|Baca juga: Kinerja Asuransi Umum 2023 Kembali ke Kondisi Normal, Premi Tumbuh Double Digit
Dari sisi profitabilitas, Fitch melihat kinerja keuangan ASWATA sedikit melemah, seperti yang ditunjukkan oleh rasio gabungan yang lebih tinggi menjadi 99% pada 9M24 (2023: 89%; 9M23: 95%), karena premi bersih yang diperoleh lebih rendah dan klaim properti yang lebih tinggi. Rata-rata tiga tahun dari rasio gabungan adalah 90% selama 2021-2023. Return on equity yang disetahunkan menurun sedikit menjadi 13% pada 9M24 (2023: 15%), dengan rata-rata tiga tahun sebesar 12% selama 2021-2023.
Selain itu, GPW menurun sedikit sebesar 0,3% pada 9M24 (2023: 11%) karena penurunan premi kendaraan bermotor yang disebabkan oleh penurunan penjualan kendaraan bermotor di Indonesia. Properti (40% dari GPW) dan kendaraan bermotor (32%) adalah bisnis utama ASWATA.
Sementara itu, rasio modal berbasis risiko (RBC) secara regulasi ASWATA berada jauh di atas persyaratan minimum regulasi 120%. Rasio tersebut mencapai 395% pada akhir September 2024 (akhir 2023: 346%) karena aset yang diakui lebih tinggi setelah lebih banyak penempatan dalam deposito berjangka.
Beban risiko asuransi juga menurun, karena kualitas kredit panel reasuransi yang membaik. Pertumbuhan surplus juga mendukung rasio tersebut dalam beberapa tahun terakhir, didukung oleh profitabilitas underwriting yang konsisten. Namun, basis modal absolut ASWATA kecil dibandingkan dengan perusahaan asuransi domestik yang besar.
Sekitar 80% aset investasi perusahaan berada dalam bentuk kas dan setara kas serta surat berharga pendapatan tetap pada akhir 2023. Perusahaan mengalokasikan sekitar 40% dari portofolio investasinya untuk obligasi pemerintah, jauh di atas persyaratan regulasi 20%, sementara kas dan deposito berjangka menyumbang lebih dari 30%, memastikan arus kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban asuransi. Eksposur modal terhadap aset berisiko tetap rendah selama tiga tahun terakhir.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News