1
1

Garuda Indonesia Ditargetkan Bebas Utang 2023, Ini Rencananya

Salah satu armada Garuda Indonesia. | Foto: garuda-indonesia.com

Media Asuransi, JAKARTA – Kementerian BUMN menargetkan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mampu mencetak pendapatan (revenue) US$70 juta atau setara Rp996,4 miliar pada Desember 2021 dan menekan total biaya bulanan sebesar US$80 juta pada April 2022. Kuncinya, jika proses hukum berjalan dan negosiasi tercapai.

“Jadi, kami targetkan kalau proses hukum berjalan secara voting dan negosiasi bisa dicapai kesepakatan, kita bisa menekan total cost Garuda bulanan turun di US$ 80 juta. Sementara revenue Garuda di Desember ini mencapai sekitar US$70 juta,” ucap Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi VI DPR, Selasa (9/11).

Baca juga: Cimory Bakal IPO, Ini Rencana Penggunaan Dananya

Dengan demikian, Garuda diharapkan mulai kembali positif pada Mei-Juni 2022. Itulah mengapa, kesepakatan dengan para kreditur untuk mengurangi jumlah utang (haircut) dan bunga secara signifikan menjadi sangat penting agar sejalan dengan target kenaikan revenue.

Kartika menuturkan target revenue sebesar US$70 juta tersebut dipatok dengan asumsi PPKM tidak lagi diperketat sehingga pendapatan perseroan secara bertahap akan pulih ke level US$120 juta pada akhir 2022 dan merangkak naik hingga level US$200 juta pada 2023 akhir.

“Jadi, kami optimistis apabila pandemi berangsur membaik dan trafik penumpang baik domestik maupun internasional mulai membaik serta tourism mulai bangkit, akhir 2023 kita akan mencapai level revenue seperti pada awal 2020 sebesar US$200 juta per bulan,” jelas Tiko.

Selama proses negosiasi berjalan, Tiko bakal memotong cost structure perseroan sekitar US$100 juta dibandingkan posisi cost structure saat ini agar Garuda muncul sebagai airline yang positif pada 2023.

“Kita harapkan, hal ini menjadi kunci keberhasilan dari restrukturisasi. Tapi, kami tekankan manajemen fokus pada masalah operasional dan negosiasi. Peran kami sebagai pemegang saham dan peran kreditur sangat besar karena kondisi Garuda sudah mencapai teritori technical bankrupt,” ujarnya.

Baca juga: 4 Saham Menu Trading Hari Ini 11 November 2021

Tiko juga menyebut bahwa kinerja perseroan per September 2021 lalu relatif membaik tercermin dari EBITDA dan net income yang tahun lalu rugi net loss sebesar US$2,5 miliar dan EBITDA negatif US$1,4 milir, memasuki kuartal III-2021 net income perseroan loss-nya menurun menjadi US$1,3 miliar dan EBITDA negatif menyusut menjadi US$800 juta. Perolehan itu relatif menurun signifikan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

“Jadi, pada tahun ini kerugian dan EBITDA negatif Garuda tidak akan separah tahun lalu. Ditambah, frekuensi juga meningkat. Kalau dilihat frekuensi month to date dan year to date sudah meningkat tajam dari sisi penumpang yang diharapkan membaik,” imbuhnya. \

Begitu pula dengan utilisasi pesawat seperti CRJ dan 737 yang mulai membaik. Maka harapannya, dengan pergerakan penumpang yang membaik selama 1-2 bulan terakhir, seluruh aktivitas frekuensi penerbangan dan penumpang serta utilisasi pesawat pelan-pelan bisa membaik dan mencapai pendapatan stabil di atas US$70 sampai US$80 juta. Aha 

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Cimory Bakal IPO, Ini Rencana Penggunaan Dananya
Next Post Wow, Dirut Indofarma Bilang Harga Tes PCR Bisa Dibawah Rp200 Ribu

Member Login

or