Media Asuransi, JAKARTA – PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menilai, konflik tarif perdagangan global akan berdampak buruk terhadap prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi dunia. Bagi masing-masing negara, dampaknya dapat berbeda.
Potensi dampak buruk terhadap prospek pertumbuhan ekonomi duania, sudah disampaikan oleh berbagai lembaga dunia seperti Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), International Monetary Fund (IMF), dan World Bank. Mereka merevisi pertumbuhan ekonomi menjadi lebih rendah dari sebelumnya.
|Baca juga: Pasar Saham Diperkirakan Masih Berpotensi Menguat secara Teknikal
Chief Investment Officer-Equity MAMI, Samuel Kesuma, mengatakan bahwa dampak yang akan dirasakan oleh suatu negara akan berbeda tergantung pada tingkat tarif dan seberapa lama tarif tersebut berlaku. “Risiko stagflasi, stagnasi, hingga resesi berpeluang meningkat saat tarif tinggi berlangsung cukup lama,” katanya dalam keterangan resmi yang dikutip Jumat, 23 Mei 2025.
Dalam perkembangannya, konflik tarif dagang mulai menunjukkan indikasi perbaikan, ditandai dengan negosiasi antara pemerintah AS dan berbagai mitra dagangnya mulai dilakukan. Bahkan kesepakatan antara AS dan Inggris telah tercapai.
Dinamika yang terjadi direspons positif oleh pasar dan meningkatkan selera investasi. Kondisi ini pun tercermin dari tekanan jual investor asing mulai mereda di pasar saham domestik sementara nilai tukar rupiah pun terlihat mulai stabil.
|Baca juga: Nilai Kapitalisasi Pasar Saham Rp11.126 Triliun
Samuel Kesuma mengatakan bahwa untuk mendukung kinerja pasar saham yang berkesinambungan, beberapa katalis yang cukup krusial sangat dinantikan pelaku pasar seperti pemangkasan suku bunga Bank Indonesia. “Indonesia telah berada dalam era suku bunga tinggi sejak akhir 2022, sehingga penurunan suku bunga dapat mendukung likuiditas dan menjadi faktor pendukung ekonomi domestik,” tuturnya.
Dia tambahkan, katalis lain yang tak kalah penting adalah akselerasi belanja pemerintah Indonesia untuk menopang pertumbuhan ekonomi domestik. Di tengah risiko pelemahan ekonomi global, belanja pemerintah menjadi faktor kunci yang akan berperan sebagai bantalan pendukung ekonomi domestik.
|Baca juga: Mirae Prediksi Investor Ritel Pasar Saham Bisa Tembus 7,5 Juta
Data ekonomi terkini menunjukkan momentum pertumbuhan ekonomi domestik yang lemah. Percepatan laju belanja pemerintah diharapkan mampu memutar roda perekonomian sehingga ekonomi domestik mampu tumbuh.
Sementara itu dari sisi global, perkembangan lanjutan negosiasi tarif AS dengan para mitra dagangnya juga dibutuhkan agar sentimen positif tetap terjaga. “Kami berharap negosiasi tarif dagang segera berakhir sehingga memberi kejelasan bagi seluruh pihak dan memitigasi dampak negatif terhadap ekonomi dan ketidakpastian pasar,” kata Samuel.
Dia juga mengungkapkan bahwa level pasar saham saat ini masih berada di level menarik bagi investor yang memiliki horizon investasi jangka panjang. Namun diingatkannya bahwa dinamika pasar saat ini masih tinggi. “Sehingga penting bagi investor untuk menjaga keseimbangan risiko portofolio melalui diversifikasi, mewaspadai perubahan sentimen dari dalam maupun luar yang sewaktu-waktu dapat mengubah selera hingga sentimen pasar,” tegasnya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News