Media Asuransi, JAKARTA – Ajaib Kripto mencatat harga Bitcoin (BTC) kembali mengalami pemulihan pada Senin (12/8) hingga mencapai level US$60.700, kembali naik pasca terjadinya penurunan yang terjadi selama akhir pekan.
Volatilitas beberapa hari terakhir mencerminkan sentimen pasar kripto yang masih sensitif setelah mengalami koreksi besar dalam sebulan terakhir.
Adapun, perdagangan ETF Bitcoin Spot di AS kembali menutup tren negatif pekan lalu dengan dengan total net outflow mencapai US$169 juta antara 5-9 Agustus, melanjutkan tren negatif pada minggu sebelumnya.
|Baca juga: Ajaib Kripto Ramal Harga Bitcoin Bergerak di Level US$64.000-US$71.000
Di sisi lain, perdagangan ETF Ethereum di AS pada akhirnya ditutup dengan positif pekan lalu. Dimana berhasil menutup total net inflow sebesar US$104,75 juta periode perdagangan 5-9 agustus dimana menghentikan tren negatif sejak pertama kali diperdagangkan pada 23 Juli 2024.
Sementara altcoin juga mengalami perkembangan positif sepanjang pekan lalu di mulai dengan Hakim Analisa Torres memberikan keputusan akhir dalam gugatan Ripple vs SEC pada 7 Agustus, menjatuhkan denda sebesar US$125 juta kepada Ripple atas pelanggaran undang-undang sekuritas terkait penjualan XRP kepada institusi. Keputusan ini mengakhiri gugatan yang berlangsung selama 45 bulan tanpa adanya banding.
Sementara itu, di Brasil, otoritas pengawas sekuritas negara tersebut telah menyetujui peluncuran ETF Solana pertama pekan lalu. Namun, produk ini masih berada dalam tahap pra-operasional. Laporan menyebutkan bahwa ETF tersebut perlu mendapatkan persetujuan dari bursa saham Brasil sebelum resmi diluncurkan.
Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha mengatakan, sementara, Selasa (13/8) pukul 08:00 WIB Bitcoin (BTC) bergerak di level US$59.800 setelah sempat diperdagangkan mendekati level support di US$57.000 pada Senin (12/8).
“Pekan ini, Bitcoin sedang berjuang untuk bertahan di atas US$59.000 untuk kembali menguji MA-50 di sekitar US$61.750. Namun, jika mengalami penolakan di area resistance US$60.000, maka BTC potensi kembali melemah ke sekitar support US$57.000,” jelasnya dalam keterangan resmi, Rabu, 14 Agustus 2024.
|Baca juga: Kupas Tuntas Sejarah hingga Cara Kerja Bitcoin
Pekan ini, pasar aset kripto diperkirakan akan sangat dipengaruhi oleh sejumlah data ekonomi penting. Pada hari Selasa (13/8), laporan Indeks Harga Produsen (PPI) bulan Juli akan dirilis. Laporan ini mencerminkan harga input bagi produsen dan pabrikan, yang mengukur biaya produksi barang konsumsi dan secara langsung mempengaruhi harga ritel.
Indeks harga produsen (PPI) secara bulanan diprediksi menjadi 0,2% MoM di bulan Juli, sama dengan periode Juni. Secara tahunan, angka PPI Juli diprediksi menjadi 2,30% YoY, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya di 2,60% YoY.
Selain itu, Laporan Indeks harga konsumen (CPI) untuk bulan Juli akan dirilis pada hari Rabu (14/8), memberikan gambaran yang lebih luas tentang tekanan inflasi. CPI secara bulanan diperkirakan akan naik 0,2% MoM setelah mengalami penurunan 0,1% MoM di bulan Juni. Namun, diprediksi tidak berubah sebesar 3% YoY yaitu sama dengan periode sebelumnya.
“Data inflasi pekan ini menjadi penentu kebijakan Federal Reserve selanjutnya, yang bisa berdampak signifikan pada dinamika pasar Bitcoin. Konferensi tahunan Jackson Hole yang diadakan oleh Federal Reserve Bank of Kansas City pada 22-24 Agustus juga menjadi fokus, di mana pidato Jerome Powell diprediksi akan memberikan sinyal penting mengenai arah kebijakan moneter di masa depan, yang akan sangat mempengaruhi volatilitas Bitcoin,” tutup Panji.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News