Industri asuransi jiwa di Indonesia tetap tumbuh positif meski kondisi perekonomian belum pulih sepenuhnya. Hal ini terlihat dari kinerja asuransi jiwa pada kuartal ketiga tahun 2016, total pendapatan mencapai Rp158,65 triliun atau meningkat 78,1 persen dari tahun 2015 yang sebesar Rp89,10 triliun. Demikian pula dengan kinerja hasil investasi mencatatkan hasil investasi sebesar Rp36,45 triliun pada kuartal ketiga tahun ini. “Hasil investasi meningkat karena porsi reksa dana semakin banyak dan kinerja pasar modal yang membaik,” ungkap Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim pada acara paparan kinerja AAJI kuartal ketiga 2016 di Jakarta, 18 November 2016.
Pertumbuhan terbesar dicatatkan dari pendapatan hasil investasi yang mencapai 329,1 persen year on year (yoy). Pada kuartal ketiga tahun lalu, hasil investasi asuransi jiwa anjlok dengan capaian minus Rp15,91 triliun, sedangkan pada kuartal ketiga tahun ini, kinerja investasi asuransi jiwa mencatatkan hasil investasi sebesar Rp36,45 triliun. “Pertumbuhan hasil investasi sangat mempengaruhi total pendapatan industri asuransi jiwa, dan dapat diinterpretasikan bahwa ini disebabkan iklim investasi di Indonesia yang menuju perbaikan,” kata Hendrisman.
Ketua Bidang Komunikasi dan Hubungan Antar Lembaga AAJI Christine Setyabudhi menambahkan, investasi pada surat utang tahun depan kemungkinan juga naik. Pergerakan investasi pada tahun depan cenderung mengarah kepada instrumen reksa dana dan Surat Berharga Negara (SBN). Pada tahun depan porsi investasi pada reksa dana masih akan dominan, karena instrumen tersebut dinilai lebih stabil, dengan imbal hasil yang cukup menjanjikan. Sementara itu, untuk investasi pada instrumen SBN, dia mengungkapkan hal itu dilakukan untuk memenuhi ketentuan regulator yang tertuang dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan atau POJK No.1/2016 tentang Investasi Surat Berharga Negara Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non Bank.
Sedangkan untuk jumlah pendapatan premi mencapai Rp116,06 triliun atau meningkat 15,1 persen dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp100,80 triliun. Hendrisman menyatakan bahwa pertumbuhan premi didorong oleh meningkatnya penjualan produk asuransi dari saluran distribusi bancassurance yang beberapa tahun belakangan semakin berkembang pesat. Hingga kuartal ketiga tahun ini, kontribusi dari saluran tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 32 persen atau berkontribusi sebesar 42 persen dari total pendapatan premi asuransi jiwa.
Menyinggung tentang prediksi tahun 2017, Hendrisman memperkirakan pada tahun 2017 mendatang industri asuransi jiwa di Indonesia akan tumbuh sekitar 10-30 persen. Hal ini dikarenakan adanya perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2017. Selain itu prospek bisnis asuransi semakin banyak yang dilakukan serta adanya pertambahan perusahaan asuransi di Indonesia. “Kondisi pasar asuransi jiwa di Indonesia pasti mengalami pertumbuhan setiap tahun. Dalam 10 tahun terakhir tidak pernah asuransi ini tidak tumbuh, pasti mengalami pertumbuhan. Tahun 2017 asuransi jiwa diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sekitar 10-30 persen,” katanya.
Sementara itu, Kepala Departemen AAJI Nini Sumohandoyo mengatakan bahwa untuk jumlah tertanggung individu, pada kuartal ketiga tahun ini jumlahnya mencapai 17,41 juta orang dan diperkirakan sampai akhir tahun mencapai 17,54 juta orang. Jumlah tertanggung kumpulan pada kuartal ketiga tahun ini mencapai 40,75 juta orang dan diperkirakan sampai akhir tahun mencapai 42,11 juta orang. Adapun jumlah agen, pada kuartal ketiga tahun ini mencapai 520 ribu orang atau meningkat 16,3 persen dari tahun 2015 sebanyak 447 ribu orang. “Diperkirakan sampai akhir tahun mencapai 535 ribu orang jumlah agen yang berlisensi,” ujarnya. Wik
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Related Posts
Asuransi