PT Astra Internasional Tbk (Astra) merupakan salah satu perusahaan besar di Indonesia yang berhasil mempertahankan reputasinya hingga sekarang. Astra juga berhasil melewati masa sulit pada kurun waktu 1998-1999 dengan baik dan mampu mengembangkan bisnisnya melalui tujuh segmen usahanya.
Perusahaan yang akan memasuki usia ke-60 ini tetap mampu mencuri hati masyarakat melalui produk-produk yang dihasilkan melalui lebih dari 200 anak perusahaannya. Selain sektor otomotif yang menjadi bisnis utama, perusahaan yang berdiri pada 20 Februari 1957 ini juga mengembangkan sayap pada lini bisnis jasa keuangan, mulai dari perbankan, perusahaan pembiayaan (multifinance), hingga asuransi. Itu semua merupakan langkah Astra dalam upaya memenuhi kebutuhan pelanggan khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya di bidang finansial.
Di tengah pelemahan ekonomi global berkepanjangan, perusahaan multinasional ini tetap mampu menunjukkan kondisi keuangan yang solid dengan didukung neraca keuangan yang cukup kuat. Perusahaan ini memanfaatkan berbagai peluang bisnis untuk meningkatkan investasi, serta terus memperluas diversifikasi usaha secara sinergis. Perusahaan yang go publik tahun 1990 ini juga telah mencanangkan kerangka tujuan strategis ‘Pride of the Nation’ di tahun 2020 untuk mendukung pertumbuhan bisnis secara berkelanjutan di masa mendatang.
Asuransi Umum
Kalau secara khusus mengulas kiprah Astra di industri perasuransian, sejak awal berdiri Astra telah memiliki asuransi umum, yakni PT Asuransi Astra Buana (Asuransi Astra), dengan kepemilikan mencapai 95,7 persen. Ini tentunya untuk memudahkan para pelanggan yang membeli kendaraan sepeda motor, mobil hingga alat berat keluaran induknya Astra, maupun bagi masyarakat umum secara luas.
Bahkan, untuk memperluas segmen pelanggannya, Asuransi Astra juga memiliki Unit Usaha Syariah yang didirikan pada 16 Maret 2005. Langkah ini merupakan strategi Asuransi Astra untuk memperluas skala usaha dan memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. “Pelanggan Asuransi Astra Syariah terdiri dari berbagai segmen termasuk non muslim. Share syariah memang masih kecil baru sekitar 10 persen dari total pencapaian premi perusahaan, tapi ke depan tetap ada pasarnya” kata Chief Executive Officer (CEO) Asuransi Astra Santosa.
Asuransi Astra pun terus tumbuh di percaturan asuransi general di tanah air. Berbagai inovasi terus diluncurkan oleh perusahaan, mengikuti kebutuhan pasar. Sejak di bawah kepemimpinan Santosa, Asuransi Astra terlihat makin ‘garang’ dalam meluaskan cakupan pasarnya. Melalui pemanfaatan teknologi berbasis digital, perusahaan asuransi umum ini melakukan berbagai terobosan transformasi digital. Bertepatan dengan hari jadinya tanggal 12 September 2016, perusahaan ini melakukan revolusi digital secara besar-besaran dan akan total dalam dunia digital di perasuransian Indonesia.
Asuransi umum papan atas ini telah menyiapkan sistem teknologi informasi terbaiknya sejak lima tahun terakhir ini. Total investasi yang digelontorkan untuk menuju revolusi digital mencapai 2,5 juta dolar AS -3 juta dolar AS per tahun. Tujuan utamanya adalah sebagai perusahaan asuransi paling digital di perasuransian Indonesia. Perusahaan dengan ekuitas mencapai Rp3,2 triliun di akhir tahun 2015 ini, sedang mengejar target besar sebagai asuransi paling digital di jajaran asuransi general di Indonesia. Segmen pasar yang disasar pun terus diperluas dengan ‘menangkap’ generasi Z (lahir tahun 1995-2010) yang diperkirakan pada lima hingga 10 tahun ke depan bakal menjadi pelanggannya.
Melalui kompetisi bernama Z-IDEAS yang diadakan Asuransi Astra beberapa bulan lalu, sepertinya perusahaan ini ingin mengenalkan dunia asuransi kepada anak muda. “10 tahun lagi pelanggan, pengurus, dan segala ekosistem asuransi akan diisi oleh anak-anak muda. Untuk itu, kami sangat memperhatikan anak-anak muda, dan dalam proses perjalanannya kami mau menjadi perusahaan asuransi yang dekat dengan anak muda,” kata Santoso.
Kalau menilik posisi Asuransi Astra di percaturan asuransi umum di tanah air, anak usaha Astra ini memang mampu menunjukkan performance-nya dan termasuk dalam posisi market leader. Berdasarkan data dari Lembaga Riset Media Asuransi (LRMA) –lembaga riset dari PT Media Asuransi Indonesia— pada Agustus 2016, telah mengupas 76 perusahaan asuransi umum di tanah air berdasarkan premi bruto 2015. Di dalamnya menunjukkan Asuransi Astra termasuk di jajaran market leader pada urutan ketiga Market Leader Asuransi Umum 2015 versi Lembaga Riset Media Asuransi.
Dalam hal ini, LRMA mengolah data berdasarkan neraca publikasi tahun 2014-2015 dari 76 perusahaan asuransi umum. Asuransi Astra market share-nya mencapai 7,28 persen dari total pemain asuransi umum di Indonesia. Ini didasarkan pada pencapaian premi bruto sebesar Rp3, 7 triliun dari total premi 76 perusahaan asuransi umum yang total mencapai Rp51,4 triliun. (Lihat Tabel: Market Leader Asuransi Umum Indonesia 2015)
Hanya saja, kalau ditelusuri lebih mendalam, penjualan kendaraan bermotor secara nasional yang masih stagnan selama tahun 2015 ternyata telah mempengaruhi kinerja Asuransi Astra, mengingat bisnis utamanya ada di kendaraan bermotor. Data LRMA menunjukkan posisi Asuransi Astra sebagai market leader melorot ke urutan ketiga, dibandingkan komposisi market leader asuransi umum dua tahun sebelumnya.
Kalau menilik data LRMA Agustus tahun 2015, perusahaan yang terkenal dengan slogan ‘Peace of Mind to Millions’ ini ada di urutan teratas Market Leader Asuransi Umum 2014 versi LRMA. Lembaga tersebut mengolah data berdasarkan hasil neraca publikasi 2013-2014 dari 81 perusahaan asuransi umum. Sebagai market leader di peringkat pertama, pencapaian premi brutonya saat itu mencapai Rp4,1 triliun, dari total premi bruto 81 perusahaan asuransi general yang tercatat sebesar Rp51,1 triliun dengan market share paling banyak hampir mencapai delapan persen dibanding perusahaan-perusahaan asuransi lain. (Lihat Tabel: Market Leader Asuransi Umum Indonesia 2014)
Meski begitu, perusahaan yang dikenal dengan produk asuransi kendaraan bermotor Garda Oto ini tetap optimistis dalam melihat kondisi pasar asuransi di Indonesia ke depan. Pada akhir 2015, Asuransi Astra berhasil membukukan premi bruto sebesar Rp4,4 triliun dengan laba bersih Rp900 miliar. Pada akhir tahun 2016, perusahaan menargetkan premi bruto sekitar Rp4,5 triliun – Rp4,6 triliun. “Kami akan terus berinovasi melalui produk-produk yang terbangun dari semangat barunya untuk selalu memberikan kenyamanan dan kententraman bagi setiap pelanggan. Berkembang bersama teknologi dengan mengembangkan layanan lebih friendly dan lebih sosial,” tegas Santosa.
Asuransi Jiwa
Untuk lebih melengkapi kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap proteksi (perlindungan) jiwa beserta anggota keluarganya dan melihat peluang bisnis asuransi di Indonesia yang masih terbuka lebar, Astra International menggandeng Aviva International Holdings Limited mendirikan perusahaan asuransi jiwa. Perseroan bernama PT Astra Aviva Life (Astra Life) berdiri pada 17 Januari 2014 dengan skema kepemilikan saham 50:50. “Kami berharap ini menciptakan nilai tambah bagi para pelanggan, karyawan, serta stakeholder untuk jangka panjang. Kiprah Astra untuk membentuk perusahaan patungan ini akan sanggup bersaing dan meningkatkan dinamika industri asuransi Indonesia,” ungkap Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto.
Seperti diketahui, Kepala Eksekutif Pengawas IKNB Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Firdaus Djaelani mengatakan bahwa hingga September lalu tingkat penetrasi dan densitas industri asuransi nasional baru mencapai 2,63 persen dari PDB dan Rp1,2 juta per tahunnya. Angka tersebut relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara di kawasan, karena Singapura, Malaysia, dan Thailand mencapai lebih dari lima persen. “Rendahnya penetrasi asuransi ini merupakan peluang besar untuk digarap pelaku di industri jasa keuangan. Produk dan layanan ‘beyond banking’ mulai dibutuhkan masyarakat, yang salah satunya adalah produk asuransi,” kata Firdaus Djaelani di Jakarta, 7 Desember 2016.
Meski baru dua tahun berdiri, Astra life juga memanfaatkan teknologi digital dalam mempercepat meraih pasar asuransi jiwa yang peluangnya masih besar. Salah satunya melalui sistem iProsper & AVA On Line (AOL). Hal ini bertujuan memberikan pelayanan yang lebih baik dengan mempermudah dan mempercepat proses pengajuan aplikasi polis oleh nasabah. “Dengan demikian, proses polis yang biasanya dilakukan dalam waktu delapan jam, kini bisa dalam empat jam saja melalui inovasi Digital Based Sales iProsper dan portal AOL ini. Dalam portal AOL ini seluruh tim internal Astra Life bisa memantau secara real time seluruh proses dari aplikasi yang diajukan nasabah. Sehingga, kendala-kendala seperti pending underwriting dan pending payment bisa diselesaikan dalam hitungan menit,” kata Direktur PT Astra Aviva Life Windawati Tjahjadi. Ia menambahkan, Astra Life ingin nasabah dapat mencintai hidup ketika mendapat risiko dan fokus untuk kembali pulih, oleh karena itu sistem dengan rekanan diutamakan sehingga nasabah juga mendapatkan pelayanan yang baik.
Kalau menilik kinerja perusahaan patungan ini, target premi akhir tahun ini telah terlampaui. Per September 2016, perseroan telah membukukan premi tahunan equivalen (APE) sebesar Rp372 miliar dengan total aset sebesar Rp3,7 triliun atau masing–masing tumbuh sebesar 98 persen dan 99 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Serta, total pencapaian premi bruto sebesar Rp2,3 triliun dari target sebesar Rp2 triliun pada akhir 2016, atau tumbuh 93 persen dibanding September 2015. “Produk-produk baru terus kami kembangkan, ditambah jalur distribusi yang beragam. Sehingga, pertumbuhan premi tetap tercapai secara maksimal, berjalan lurus dengan pelayanan prima yang terus kami lakukan,” ujarnya.
Perseroan saat ini fokus untuk terus menghadirkan terobosan baru, agar masyarakat Indonesia berani bermimpi lebih karena telah terlindungi. “Ke depan kami akan terus mengembangkan segala aspek guna bisa mencapai apa yang kita percayai. Mengajak masyarakat Indonesia untuk bisa mencintai hidup yang dimiliki,” ucap Winda.
foto: pribadi
Caption: Anak-anak perlu perlindungan asuansi dan calon-calon nasabah potensial asuransi
Sebelumnya, Direktur Utama Astra Life Auddie A Wiranata mengungkapkan, Astra Life menargetkan premi bruto sebesar Rp3 triliun pada 2017. Kemudian menjadi Rp4 triliun di akhir 2018, dan Rp5 triliun pada 2019. Perusahaan dengan tag line ‘Love Life’ ini juga berhasil menaikkan peringkatnya di jajaran perusahaan asuransi jiwa Indonesia. Auddie menyebutnya sebagai peluang bagi pemain industri asuransi jiwa, apalagi pertumbuhan kelas menengah Indonesia diperkirakan melejit hingga 141 juta jiwa pada 2020.
“Dengan strategi pemasaran yang multichannel, kami optimistis dapat terus tumbuh positif. Kami mengoptimalkan 15 perusahaan yang tergabung dalam grup Astra sebagai saluran distribusi dan perusahaan lain di luar grup. Melalui strategi tersebut, kami berani menargetkan pendapatan terus meningkat hingga tahun 2019 mencapai Rp5 triliun. Perseroan juga menargetkan berada pada peringkat lima besar perusahaan asuransi jiwa dalam kurun 10 tahun mendatang,” tegas Auddie. Wahyu Widiastuti
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News