PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) optimistis pasar asuransi di Indonesia kian terbuka bagi perusahaan reasuransi di tanah air. Hal ini
seiring dengan adanya kewajiban dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap perusahaan asuransi untuk menempatkan reasuransinya di dalam negeri. Di tengah kondisi ekonomi dan berbagai permasalahan yang ada di industri asuransi, Indonesia Re tetap berkomitmen untuk meningkatkan okupansinya di dalam negeri.
Acara Indonesia Re Technical Director Gathering 2016 yang diadakan di Jakarta pada 7 September 2016 tersebut dibuka oleh Direktur Utama Indonesia Re Frans Y. Sahusilawane. Acara ini dihadiri oleh para direktur teknik dari berbagai perusahaan asuransi umum.
Pembicara utama dalam acara tersebut adalah Direktur Utama PT McLarens Indonesia Budi S Maharesi, yang juga Ketua Umum Asosiasi Penilai Kerugian Asuransi Indonesia (APKAI), yang memaparkan tentang ‘Power Plant Construction Risks’ dengan berbagai masalah umumnya yang saat ini banyak dibicarakan oleh berbagai kalangan. Diantaranya mengenai bencana proyek konstruksi yang di dalamnya dikemukakan juga mengenai jenis-jenis pembangkit listrik yang ada di Indonesia, termasuk risiko-risiko yang bakal terjadi.
Pada kesempatan itu Direktur In-donesia Re Kocu Andre Hutagalung juga mengemukakan bahwa Indonesia Re telah berkomitmen akan memberikan dukungan penuh kepada industri asuransi agar perasuransian Indonesia berjalan dengan sustainable dan tetap sehat keberadaannya. Mengingat saat ini banyak tantangan yang dihadapi oleh industri asuransi, bahkan kondisinya masih tetap kurang bagus dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sehingga berdampak pada bisnis reasuransi juga. “Meski penuh tantangan, kita harus tetap optimistis dengan target yang telah ditetapkan. Kami tidak semata fokus meraih premi reasuransi tapi juga tetap mengutamakan underwriting yang terjaga dengan baik kualitasnya,” tegasnya.
Sementara itu Frans Sahusilawane mengatakan acara ini seperti puncak ‘gunung es’ dari apa yang akan dilakukan ke depan oleh Indonesia Re, karena akan lebih banyak lagi persoalan dari apa yang sudah dilakukan sekarang. “Ini merupakan bentuk upaya kami menjadi pusat data, serta pusat underwriting, juga menjadi otaknya industri asuransi Indonesia. Kami olah semua itu dan kami persembahkan kembali kepada perusahaan asuransi. Itu yang akan menjadi kegiatan utama Indonesia Re di masa mendatang dengan skala lebih besar. Hanya dengan cara seperti ini kita bersamasama dapat memenangkan persaingan di Masyarakat Ekonomi ASEAN,” tegasnya.
Frans mengatakan terkait dengan peningkatan kapasitas penempatan reasuransi di dalam negeri tersebut, pihaknya memperkirakan perlu tambahan ekuitas sekitar Rp600–Rp700 miliar agar dapat menyerap pene trasi pasar dalam negeri dengan lebih baik.
Untuk itu pihaknya tengah mempersiapkan data base, pengetahuan serta sumber daya manusia (SDM), dan teknologi yang lebih baik lagi sesuai perkembangan yang ada sekarang. “Tetapi, hingga saat ini kapasitas yang kami miliki masih bisa untuk menyerap proyek dalam negeri dengan skala besar, namun kami harus menaikkan lagi kapasitas agar jangan sampai proyek proyek besar termasuk proyek infrastruktur strategis dari pemerintah lari ke luar negeri,” tegasnya.
Ia memberikan contoh Satelit BRI yang di-back up oleh Jasindo terpaksa harus banyak dialihkan ke luar negeri karena leader-nya dari luar negeri. Hal ini dikarenakan kurangnya ketersediaan kapasitas yang memadai di dalam negeri. Hal ini tentu sangat disayangkan. “Untuk itu kami berusaha meningkatkan kapasitas dalam negeri agar tidak banyak lagi yang ‘lari’ keluar negeri,” pungks Frans Sahusilawane kepada Media Asuransi. W. Widiastuti
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News