Media Asuransi, JAKARTA – Ketua Bidang Organisasi Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Hery Gunardi menegaskan industri perbankan nasional harus lebih agile dalam menghadapi tantangan dan peluang ekonomi masa depan untuk menjaga kondisi ekonomi Indonesia.
Hery, yang juga Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI menyampaikan hal tersebut dalam acara Welcoming Dinner Perbanas CFO FORUM II – 2024 di Bali. Ia menjelaskan dinamika ekonomi dan keuangan berubah cepat, baik di tingkat global maupun nasional.
Menurut data world economic outlook dari International Monetary Fund (IMF), pertumbuhan PDB dunia tahun ini diproyeksikan sekitar 3,2 persen, sama dengan tahun lalu namun lebih kecil dibandingkan dengan 2021 dan 2022. Selain itu, eskalasi geopolitik dan kebijakan suku bunga tinggi di beberapa negara menambah ketidakpastian ekonomi global.
Namun, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap optimistis, dengan World Bank dan IMF memperkirakan pertumbuhan sebesar 5,0 persen pada 2024, didukung oleh permintaan domestik. Bank Indonesia (BI) juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi antara 4,7-5,5 persen, didukung konsumsi rumah tangga dan investasi yang positif.
Dalam menghadapi tantangan seperti peningkatan Non Performing Loan (NPL) dan likuiditas perbankan, Hery menekankan pentingnya inovasi dan penyesuaian strategi perbankan. Data BI menunjukkan pertumbuhan kredit pada Juni 2024 mencapai 12,36 persen yoy, sementara pertumbuhan DPK sebesar 8,45 persen yoy.
|Baca juga: OJK Terus Dukung Upaya Pemberantasan Judi Online
|Baca juga: Tugu Insurance Cetak Laba Bersih Rp439 Miliar di Semester I/2024
|Baca juga: Investor Pemula Wajib Tahu, Ini Aturan Sebelum Terjun Berinvestasi Saham!
Hery juga menyoroti pentingnya perbankan untuk mendukung pembangunan hijau dan berkelanjutan. Perumusan Taksonomi untuk Keuangan Berkelanjutan oleh OJK menunjukkan komitmen mendukung pembiayaan hijau, dengan pertumbuhan portofolio kredit berkelanjutan dan pengembangan produk keuangan berkelanjutan.
BI memperkirakan kebutuhan pembiayaan sebesar US$281 miliar bagi Indonesia untuk mencapai target Nationally Determined Contributions (NDC) pada 2030. Selain itu, transformasi digital di sektor perbankan membuka peluang untuk meningkatkan efisiensi dan inovasi, meskipun menghadirkan tantangan seperti ancaman serangan siber.
Oleh karena itu, perbankan perlu mengadopsi gaya kerja agile untuk bergerak cepat dan menanggapi perubahan. “Transformasi menuju ekonomi hijau dan digital bukan hanya tantangan, tetapi juga peluang emas untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan dan inklusif,” pungkas Hery.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News