Media Asuransi, GLOBAL – Laporan Aon plc mengungkapkan kerugian tertanggung akibat bencana alam global selama sembilan bulan pertama 2024 mencapai lebih dari US$102 miliar. Kerugian ekonomi keseluruhan mencapai lebih dari US$258 miliar, sebagian besar didorong peristiwa bencana besar di kuartal ketiga, seperti Badai Atlantik dan banjir di Eropa Tengah.
Dalam laporan berjudul ‘Q3 Global Catastrophe Recap–Oktober 2024‘, Aon mencatat ada sekitar 280 kejadian bencana alam signifikan yang terjadi pada periode Januari hingga September 2024.
|Baca juga: Laba Lippo General Insurance (LPGI) Melonjak 142,13% di Kuartal III/2024
|Baca juga: Berikut 50 Perusahaan Asuransi Properti dan Kecelakaan Terbesar di Dunia, Siapa Juaranya?
“Kerugian dari Badai Milton dan kejadian tambahan yang diperkirakan terjadi di sisa tahun ini kemungkinan mendorong total kerugian tahunan tertanggung melebihi angka 2023 sebesar US$125 miliar,” ujar Aon, dikutip dari Asia Insurance Review, Kamis, 31 Oktober 2024.
Badai Helene, Beryl, dan Debby yang melanda Atlantik, serta badai konvektif parah di Amerika Serikat (AS) dan Kanada, menjadi penyebab utama kerugian tertanggung di kuartal ketiga. Selain itu, banjir di Eropa Tengah turut berkontribusi terhadap tingginya nilai kerugian tertanggung tersebut.
Meski jumlah kerugian ekonomi secara keseluruhan lebih rendah dari periode yang sama pada 2023, peristiwa-peristiwa ini menghasilkan kesenjangan perlindungan sebesar 60 persen, salah satu yang terendah dalam sejarah. Hal ini disebabkan oleh tingginya kontribusi asuransi di Amerika Serikat, di mana tingkat penetrasi asuransi lebih tinggi dari negara lain.
|Baca juga: AIA Bidik Cuan Besar di Pasar Kelas Menengah China, Begini Caranya!
|Baca juga: OJK Tegaskan Pentingnya Pasal 251 KUHD untuk Menjaga Keberlanjutan Industri Asuransi
Dalam laporan tersebut, Aon juga menyoroti kerugian tertanggung akibat bencana utama di sembilan bulan pertama 2024 relatif lebih rendah, dan tidak ada peristiwa yang berpotensi secara signifikan memengaruhi pasar reasuransi secara luas.
“Sebagian besar kerugian, termasuk dari badai konvektif yang menjadi bahaya termahal, terus ditanggung oleh perusahaan asuransi pada kuartal ketiga, memperpanjang periode pengembalian luar biasa bagi perusahaan reasuransi,” kata Aon.
|Baca juga: Prudential Indonesia Catat Laba Tumbuh 15,5% di Kuartal III/2024
|Baca juga: Asuransi Jasindo Berikan Dukungan Pendidikan untuk Putra-putri Anggota TNI dan Polri di Jambi
Modal reasuransi global diramal mencapai US$700 miliar pada 30 Juni, dan angka ini diproyeksikan meningkat hingga 2025 jika tidak ada bencana besar yang terjadi untuk membalikkan tren ini. Melihat kondisi saat ini, Aon memproyeksikan kerugian tertanggung global akan terus meningkat hingga akhir 2024, seiring potensi bencana alam lainnya yang bisa terjadi.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News