Media Asuransi, JAKARTA — Di tengah sorotan publik soal kebijakan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) yang dinilai kurang tepat, Bank Indonesia (BI) menegaskan langkah tersebut bukan keputusan sembarangan. Lewat strategi yang terukur, BI mengaku intervensinya justru krusial dalam menjaga stabilitas pasar sekaligus mendorong penyaluran kredit perbankan.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso menyebutkan pembelian SBN merupakan bagian dari strategi triple intervention BI, mencakup intervensi di tiga pasar, yakni spot, Non-Deliverable Forward (NDF) dan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta pasar SBN sekunder.
|Baca juga: Allianz Syariah & OCBC Luncurkan AlliSya RENCANA, Bisa Jadi Warisan di Masa Depan!
|Baca juga: BI: Dampak Pelonggaran Pendanaan Asing terhadap Kredit dan DPK Baru Terasa Usai Satu Tahun
“Sampai dengan tahun ini, Bank Indonesia telah melakukan pembelian SBN di pasar sekunder dengan nilai lebih dari Rp90 triliun. Ini tentunya membantu kondisi likuiditas perbankan agar mereka dapat mengelola dana secara optimal,” kata Denny, dalam Taklimat Media, di Jakarta, Senin 26 Mei 2025.
Menurutnya, kebijakan ini telah diperhitungkan secara matang, mengingat pentingnya menjaga kelancaran likuiditas perbankan agar kredit tetap mengalir ke sektor riil.
“Sampai hari ini, suku bunga di pasar uang tetap stabil dan inline dengan BI Rate. Ini mencerminkan perbankan mampu mengelola likuiditasnya dengan baik, dan volatilitas di pasar uang domestik relatif terkendali,” ujarnya.
|Baca juga: J Trust Bank (BCIC) Terapkan 3 Jurus Ini untuk Terus Tumbuh di 2025
|Baca juga: Bos Bank Mandiri (BMRI) Ungkap Resep Menjaga NPL Tetap Terkendali
Denny menegaskan intervensi tersebut tidak semata untuk stabilitas jangka pendek, tetapi juga mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap perekonomian nasional dan sistem keuangan secara keseluruhan.
“Langkah ini tidak hanya sekadar menjaga stabilitas pasar, tetapi juga diarahkan untuk mendorong penyaluran kredit,” ucapnya.
Sebagai informasi, BI tercatat telah menggelontorkan dana sebesar Rp96,41 triliun untuk pembelian Surat Berharga Negara (SBN) hingga 20 Mei 2025.
|Baca juga: OJK Harap Asuransi untuk Fintech Beri Nilai Tambah terhadap Ekosistem Digital
|Baca juga: OJK Respons Usulan BPJS Ketenagakerjaan tentang Rencana Investasi di Luar Negeri
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, dari total pembelian tersebut, sebagian besar atau sekitar Rp64,99 triliun diserap melalui pasar sekunder. Sementara sisanya, senilai Rp31,42 triliun, dikucurkan melalui pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk instrumen syariah.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News