Media Asuransi, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) terus berupaya mendukung kesejahteraan masyarakat secara luas. Hal itu sejalan dengan mandat yang diberikan kepada bank sentral yakni menjaga stabilitas moneter, memelihara stabilitas sistem pembayaran, dan turut serta menjaga sistem keuangan.
“(Hal itu dilakukan) dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Solikin M Juhro dalam Taklimat Media Bank Indonesia bertajuk ‘Kebijakan Makroprudensial Akomodatif untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan‘, di Jakarta, Senin, 26 Mei 2025.
|Baca juga: Allianz Syariah & OCBC Luncurkan AlliSya RENCANA, Bisa Jadi Warisan di Masa Depan!
|Baca juga: BI: Dampak Pelonggaran Pendanaan Asing terhadap Kredit dan DPK Baru Terasa Usai Satu Tahun
Ia menegaskan upaya itu dilakukan dengan BI berkomitmen melalui sejumlah kebijakan yang harapannya bisa mendukung stabilitas perekonomian dan imbasnya kepada kesejahteraan masyarakat luas.
“Kebijakan-kebijakan itu ya untuk mendukung kesejahteraan masyarakat. Stabilitas yang diupayakan itu ya ujung-ujungnya supaya ekonomi bisa sustainable. Sustainable itu apa sih?Sustainable atau berkelanjutan, kalau ibaratnya badan kita itu jalan kaki atau lari, kita punya daya tahan yang kuat. Lari dalam kecepatan yang baik,” jelasnya.
Dirinya memberikan contoh pada 1995-1996 saat krisis keuangan terjadi. Kala itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia terbilang tinggi. Akan tetapi kondisi berputar hampir 180 derajat ketika krisis menghantam. Tidak main-main, perekonomian Tanah Air yang tadinya positif menjadi minus cukup tajam.
“(Pertumbuhan ekonomi) kita langsung turun minus 13 persen, 13,1 persen tepatnya. Jadi tadi (perekonomian Indonesia) tumbuh yang kita waktu awal-awal 1990an, wah Indonesia ini digadang-gadang jadi macan Asia, Tapi kemudian dalam waktu sekejap pertumbuhan tinggi itu tidak menggaransi. Akhirnya kita kena krisis keuangan Asia, kita tumbuh minus,” ucapnya.
|Baca juga: J Trust Bank (BCIC) Terapkan 3 Jurus Ini untuk Terus Tumbuh di 2025
|Baca juga: Bos Bank Mandiri (BMRI) Ungkap Resep Menjaga NPL Tetap Terkendali
Kondisi itu, tambahnya, menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kala itu tidak berkelanjutan dan berdaya tahan kuat. Belajar dari pengalaman tersebut BI tidak ingin kejadian terulang kembali. “Jadi yang kita inginkan itu tidak begitu. Kita inginkan kita tumbuh tapi juga sehat,” jelasnya.
“Makanya, sejak pengalaman krisis itu, pemerintah, Bank Indonesia, benar-benar memperkuat regulasi, aturan-aturan lain, sehingga pada saat krisis terjadi, krisis global, kita malah tumbuh positif. Negara-negara lain itu negatif. Kita among the smallest number of country yang tumbuh positif. Kita tumbuh pas setengah persen pada masa terjadinya krisis global,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News