Media Asuransi, GLOBAL – PT Asuransi Artarindo mengalami keterlambatan dalam retensi premi jika dibandingkan dengan rata-rata industri. Namun profitabilitas perusahaan diperkirakan tetap stabil.
Menurut Fitch Ratings, perusahaan ini diharapkan mampu mempertahankan modal yang memadai untuk mendukung ekspansi bisnisnya, dengan rasio modal berbasis risiko (RBC) sebesar 438 persen pada akhir 2023, meskipun turun dari 503 persen pada tahun sebelumnya.
Dilansir dari laman Insurance Asia, Jumat, 6 September 2024, rasio RBC Artarindo tetap jauh di atas persyaratan regulasi minimum sebesar 120 persen dan lebih tinggi dari rata-rata industri yang mencapai 338 persen.
|Baca juga: Allianz Jadi Merek Asuransi dengan Pengeluaran Terbesar di Bidang Olahraga pada 2024
Pada Juli 2024, ekuitas perusahaan tercatat sebesar US$16,51 juta (Rp254 miliar), melebihi persyaratan regulasi pada 2026 yang sebesar US$16,25 juta (Rp250 miliar). Sedangkan profitabilitas perusahaan diperkirakan tetap stabil, berkat kinerja underwriting yang solid.
Pada 2023, rasio gabungan Artarindo mencapai 79 persen, jauh lebih baik daripada rata-rata industri yang sebesar 93 persen. Return on equity perusahaan juga tercatat sebesar 11 persen pada 2023, dengan rata-rata tiga tahun sebesar 12 persen, didorong oleh pendapatan investasi yang stabil.
Fitch memperkirakan ketergantungan Artarindo pada reasuransi akan tetap tinggi, terutama seiring dengan ekspansi portofolio asuransi properti di Indonesia yang rawan bencana alam. Pada 2023, rasio retensi premi Artarindo berada di angka 44 persen, di bawah rata-rata industri sebesar 56 persen.
|Baca juga: HSBC Life Amankan Pangsa Pasar 21,4% di Industri Asuransi Hong Kong
Perusahaan ini diharapkan untuk terus mempertahankan portofolio investasi yang likuid, dengan sekitar 80 persen dari asetnya dalam bentuk ekuitas tunai dan sekuritas berbasis pendapatan tetap, guna memastikan praktik investasi yang bijaksana di masa mendatang.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News