1
1

OJK: Perusahaan Asuransi Perlu Miliki Data Center Nasabah yang Terintegrasi

Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, Ogi Prastomiyono. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyelenggarakan kegiatan Seminar Internasional Digital & Risk Management in Insurance (DRiM) ke-7 pada 15–17 Mei 2024. Mengusung tema “Insuring Tomorrow: Navigating The Digital Frontier in Life Insurance“. Seminar ini dihadiri 360 peserta terdiri dari komisaris, direksi, dan manajemen industri perasuransian.

Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, Ogi Prastomiyono, saat memberikan sambutan menghimbau perusahaan asuransi untuk memiliki data center pemegang polis yang terintegrasi.

“Sesuai dengan POJK Nomor 70/POJK.05/2016 dan POJK Nomor 28/ POJK.05/2022, transformasi yang harus dilakukan harus mencakup berbagai aspek dari operasional, layanan, hingga pengalaman pelanggan. Kemudian dalam industri asuransi diharapkan adanya Insurtech, Insurance Hub, Agregator pada digitalisasi sistem perasuransian” tegas Ogi.

|Baca juga: NTT Garap Proyek Konsultasi Pembangunan Data Center Milik Bank Terbesar di Indonesia

Sementara itu, Ketua Dewan Pengurus AAJI, Budi Tampubolon, dalam sambutannya menyampaikan bahwa seminar DRiM menjadi wadah bagi para pemangku kepentingan industri asuransi untuk membahas berbagai aspek digitalisasi yang mengubah lanskap industri saat ini. Di era digital, kepercayaan masyarakat menjadi fondasi utama.

“Selama lima tahun terakhir (2019-2023) total tertanggung mengalami pertumbuhan sebesar 5,47 persen. Kepercayaan masyarakat terhadap industri asuransi jiwa merupakan amanah bagi para pelaku industri untuk terus berinovasi dan menjaga kepercayaan pemegang polis. Di era digital, industri asuransi memasuki babak baru yang menjanjikan melalui penerapan teknologi,” jelas Budi.

Industri asuransi sebagai salah satu lembaga jasa keuangan, tentunya harus tetap perlu memiliki berbagai mitigasi dengan segala jenis kemungkinan yang dapat mengganggu pertumbuhan bisnis di tahun-tahun ke depan. Dari ancaman keamanan siber hingga perubahan dalam perilaku pelanggan yang dipengaruhi oleh teknologi, asuransi kini dihadapkan pada tantangan baru yang memerlukan pendekatan yang inovatif dalam manajemen risiko.

“Melalui seminar DRiM yang diadakan tiap tahun, kami berupaya menghadirkan para ahli untuk berbagi strategi dan inovasi terbaru dalam industri ini. Dari penggunaan big data untuk analisis risiko hingga penerapan kecerdasan buatan, dan dari pengembangan aplikasi mobile untuk peningkatan pengalaman pelanggan hingga integrasi teknologi untuk meningkatkan keamanan dan transparansi, ada banyak hal menarik yang perlu kita bahas melalui kegiatan ini,” jelas Budi.

|Baca juga: 3 Industri Ini Jadi Incaran Serangan Siber

Ketua Panitia DRiM 2024, Fransisca Roeswita, menyampaikan bahwa di era digital, industri asuransi menghadapi tantangan dan peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pesatnya kemajuan teknologi telah merevolusi cara kita berbisnis, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain. Seiring dengan kemajuan ini, muncul pula risiko-risiko baru dan kompleks yang harus ditangani dan dikelola dengan hati-hati untuk memastikan keberlanjutan dan ketahanan perusahaan kita.

“Di saat transformasi digital tidak lagi menjadi pilihan, melainkan sebuah keharusan, sangat penting bagi industri asuransi untuk mengadopsi pendekatan proaktif dalam mengelola risiko yang terkait dengan teknologi digital,” ungkapnya.

Namun, lanjut Roeswita, kita juga harus menyadari bahwa peluang yang dihadirkan oleh teknologi digital sangat luas jangkauannya. Mulai dari meningkatkan efisiensi operasional dan pengalaman pelanggan, hingga mendorong inovasi dan pertumbuhan, digitalisasi memiliki kekuatan untuk mengubah bisnis dan masyarakat menjadi lebih baik.

“Hari ini, kami telah mengumpulkan beberapa pakar dan pemimpin terkemuka dari berbagai bidang keahlian untuk berbagi wawasan, pengalaman, kisah sukses, dan praktik terbaik mereka. Selama seminar ini, kami akan membahas topik-topik seperti perawatan kesehatan, AI generasi mendatang, keamanan siber, perlindungan data, kepatuhan terhadap peraturan, dan implementasi digital strategis serta penilaian risiko, di antara topik-topik lainnya,” jelas Roeswita.

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post WTW Prediksi Pasar Asuransi Siber Akan Menguat di 2024
Next Post Tiga Program Asuransi yang Harus Dihindari Selama Inflasi

Member Login

or