1
1

Perbankan dan Asuransi Filipina Kian Fokus pada Layanan Hyper-Personalized, Apa Itu?

Ilustrasi. | Foto: Insurance Asia/Igor Omilaev from Unsplash

Media Asuransi, JAKARTA – Perbankan dan perusahaan asuransi di Filipina kini semakin memprioritaskan layanan yang hyper-personalized dan berbasis data dengan memanfaatkan data pelanggan, otomatisasi proses, serta membangun hubungan personal yang kuat. Langkah ini diambil untuk menghadapi perubahan cepat dalam harapan pelanggan.

Hal ini diungkapkan dalam Asian Banking & Finance and Insurance Asia Summit yang diadakan pada 1 Oktober 2024 di Makati Shangri-La, Filipina. Acara tersebut dihadiri oleh 286 peserta dan dimoderatori oleh Direktur Financial Services and Risk Consulting PwC Alvin Dave Pusing.

|Baca juga: PP Properti (PPRO) Ditetapkan dalam Keadaan PKPU Sementara

|Baca juga: Buntut PKPU, BEI Suspensi Perdagangan Saham PP Properti (PPRO)

Para pemimpin industri perbankan dan asuransi Filipina berbagi wawasan tentang transformasi mereka yang berpusat pada pelanggan.

Sedangkan hyper-personalized adalah strategi pemasaran yang menggunakan data dan kecerdasan buatan (AI) untuk menciptakan pengalaman yang sangat dipersonalisasi untuk setiap pelanggan. Hyper-personalized memungkinkan merek dan pengecer untuk memberikan pengalaman yang unik dan berbeda untuk setiap pembeli.

Kepala Consumer Banking Bank of the Philippine Islands (BPI) Maria Cristina L Go menegaskan BPI tidak hanya berfokus pada pelanggan, tetapi juga terobsesi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan sebelum mereka menyadarinya.

|Baca juga: AXA Insurance Beri Pelindungan Asuransi kepada Pemulung

|Baca juga: KB Bank (BBKP) Akan Terbitkan Global Bond US$300 Juta

“Di BPI, kami tidak hanya berusaha untuk menjadi customer-centric, tetapi kami berusaha untuk customer obsession. Menjadi terobsesi berarti mengetahui apa yang dibutuhkan pelanggan bahkan sebelum mereka tahu,” ujarnya, dikutip dari Insurance Asia, Kamis, 17 Oktober 2024,

Chief Marketing Officer Security Bank Tricia Tan juga menyoroti pentingnya menempatkan pelanggan sebagai pusat dari setiap keputusan organisasi. “Kami ingin menjadi bank paling customer-centric di Filipina, setidaknya untuk pelanggan yang kami layani,” katanya.

Pandangan tersebut mendorong perbankan dan asuransi untuk merombak proses, mulai dari pemasaran hingga desain produk, dengan personalisasi sebagai kunci utamanya. Personalization pada skala besar menjadi prioritas utama bagi lembaga keuangan, dan kuncinya terletak pada pengelolaan data.

Tan menjelaskan data pelanggan yang terintegrasi adalah langkah awal untuk personalisasi. “Data pelanggan yang terintegrasi adalah titik awal,” ungkap Tan.

|Baca juga: BNI dan Bluebird Berkolaborasi Perkuat Digitalisasi Pembayaran dengan QRIS

|Baca juga: CIMB Niaga Gelar Sharing Session dengan Nasabah Jepang di Batam

Hal ini memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi preferensi pelanggan dan menawarkan layanan yang disesuaikan. Tantangannya, menurut Tan, terletak pada menyatukan data dari berbagai saluran, baik itu aplikasi, situs web, maupun cabang fisik.

Maria Cristina menambahkan BPI telah menerapkan pendekatan ini dengan mengintegrasikan pandangan 360 derajat tentang pelanggannya, yang memungkinkan mereka untuk terus memperbarui wawasan pelanggan.

“Kami telah memiliki pandangan 360 derajat tentang pelanggan kami untuk waktu yang lama, yang membantu kami memahami tidak hanya data demografis, tetapi juga data transaksi mereka. Dengan memanfaatkan informasi ini, BPI mampu menawarkan pemasaran yang ditargetkan dan memprediksi perilaku pelanggan,” kata Maria.

Namun, teknologi bukan satu-satunya faktor penting. Elemen manusia juga memiliki peran yang sangat penting dalam membangun hubungan, terutama dalam perbankan institusional.

|Baca juga: PertaLife Insurance Proteksi 16.600 Pelari Jakarta Running Festival 2024

|Baca juga: Allianz Pertimbangkan Perubahan Kesepakatan Akuisisi Income Insurance di Singapura

Kepala Cash Management Services BDO Carlo Nazareno menyampaikan perbankan institusional lebih banyak bergantung pada hubungan personal yang mendalam dengan para pengambil keputusan di institusi tersebut. Menurutnya, penting untuk memahami tidak hanya institusi itu sendiri, tetapi juga individu yang menjadi pengambil keputusan di dalamnya.

Selain itu, otomatisasi juga menjadi kunci dalam mengelola personalisasi pada skala besar. Tan menjelaskan tanpa otomatisasi, sangat sulit untuk menangani data dalam volume besar dan menciptakan interaksi yang personal.

“Tanpa otomatisasi, personalisasi pada skala besar akan menjadi hal yang mustahil,” pungkasnya.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Kredit Perbankan Tumbuh 10,85% per September 2024
Next Post Perubahan Iklim Kian Nyata, Jokowi Resmikan Pusat Riset Genomik Pertanian

Member Login

or