Media Asuransi, GLOBAL – Para ahli keamanan siber mengingatkan industri asuransi untuk meningkatkan ketahanan terhadap serangan dunia maya. Pasalnya, 60 persen bisnis yang terkena ransomware terpaksa tutup dalam tiga tahun terakhir akibat sistem yang usang.
Dalam diskusi meja bundar yang digelar oleh perusahaan keamanan siber Intersys, para panelis menyoroti meningkatnya ancaman ransomware dan tren baru quishing (phishing lewat QR code). Serangan ini melonjak dari 0,8 persen pada 2022 menjadi 12,4 persen pada 2024.
|Baca juga: RUU TNI Dinilai Jadi Salah Satu Biang Kerok IHSG Anjlok, Ini Tanggapan DPR!
|Baca juga: AASI Ungkap 5 Alasan Perusahaan Asuransi Syariah Perlu Lahirkan Produk yang Khas Syariah
Melansir Insurance Asia, Jumat, 21 Maret 2025, senior dari The Camelot Network, Devonshire Underwriting, dan Neo Ventures turut hadir dalam diskusi ini. Mereka menegaskan pentingnya perusahaan asuransi untuk selalu selangkah lebih maju dalam menghadapi taktik kejahatan siber yang terus berkembang.
Meski autentikasi multi-faktor (MFA) masih menjadi langkah keamanan penting, namun para ahli memperingatkan bahwa peretas kini semakin sering mencuri token akses untuk melewati sistem keamanan.
|Baca juga: IHSG Bergejolak! OJK Buka Jalan Buyback Saham Tanpa RUPS
|Baca juga: Jadi Bos Manulife Indonesia, Berikut Profil Lengkap Lauren Sulistiawati!
Panel ini menyimpulkan perusahaan asuransi harus menerapkan kerangka keamanan siber yang lebih kuat serta mengintegrasikan strategi deteksi ancaman canggih guna mengurangi risiko yang terus berkembang.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

