1
1

Berdaya Ekonomi via Jalur Pinjaman Daring

Aplikasi Easycash. | Foto: Easycash

Media Asuransi, JAKARTA – Tidak ditampik keberadaan Lembaga Jasa Keuangan (LJK) di Tanah Air berperan besar terhadap kesejahteraan masyarakat. LJK itu mulai dari perbankan, asuransi, perusahaan pembiayaan atau multifinance, hingga financial technology (fintech) yang merupakan inovasi di industri jasa keuangan yang memanfaatkan teknologi.

Fintech bertujuan mengubah cara nasabah mengakses status finansialnya, sehingga nasabah dapat melakukan transaksi dan mendapatkan layanan secara lebih praktis. Fintech dapat memberikan banyak manfaat, di antaranya membantu perkembangan startup teknologi, membantu masyarakat menyelesaikan berbagai masalah, dan meningkatkan literasi keuangan.

|Baca juga: Jajaran Direksi & Komisaris dari 87 Anak Usaha NETV Resign Buntut Akuisisi MD Entertainment (FILM)

|Baca juga: KB Bank (BBKP) Akan Terbitkan Global Bond US$300 Juta

Keberadaan fintech yang dinilai lebih mudah diakses dari sisi pembiayaan oleh masyarakat dari industri perbankan pada akhirnya membuat pertumbuhannya signifikan. Alhasil, cukup banyak masyarakat yang bisa berdaya atau menggeliatnya pemberdayaan ekonomi melalui pinjaman daring.

Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), outstanding pembiayaan industri Fintech Peer to Peer (P2P) Lending di Agustus 2024 tercatat tumbuh 35,62 persen yoy (Juli 2024: 23,97 persen yoy), dengan nominal Rp72,03 triliun. Tingkat risiko kredit macet secara agregat (TWP90) dalam kondisi terjaga di posisi 2,38 persen (Juli 2024: 2,53 persen).

Plt Kepala Departemen Literasi Inklusi Keuangan dan Komunikasi OJK M Ismail Riyadi menyebutkan dengan kebijakan dan langkah penegakan ketentuan yang dilakukan, serta senantiasa bersinergi dengan pemerintah, Bank Indonesia (BI), LPS, dan industri keuangan maupun asosiasi pelaku usaha, OJK optimistis sektor jasa keuangan terjaga stabil.

|Baca juga: PP Properti (PPRO) Ditetapkan dalam Keadaan PKPU Sementara

|Baca juga: GEGI Siap Ajukan Banding Kasus Wanprestasi Kliennya

“Dan tumbuh secara berkelanjutan,” kata Ismail.

Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) di 2024 yang diselenggarakan OJK dan Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan indeks literasi keuangan penduduk Indonesia mencapai 65,43 persen, sementara indeks inklusi keuangan sebesar 75,02 persen.

Statistik ini menunjukkan adanya gap 9,59 persen antara tingkat literasi dan inklusi keuangan, sehingga bisa diartikan meskipun akses ke layanan keuangan semakin luas, namun masih ada pemahaman masyarakat terhadap produk dan layanan keuangan yang perlu ditingkatkan. Kondisi ini harus dicarikan jalan keluarnya.

Direktur Utama Easycash Nucky P Djatmiko menekankan kehadiran Fintech P2P Lending bisa memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Salah satu manfaatnya adalah sebagai solusi alternatif untuk pinjaman, khususnya bagi masyarakat yang tidak memiliki akses terhadap produk keuangan resmi.

|Baca juga: Rayakan 3 Tahun Perjalanan, BSI (BRIS) Siap Menembus Pasar Global

|Baca juga: OJK Beri Izin Usaha kepada PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia Syariah

“Atau yang kadang disebut masyarakat underserved dan unbanked,” kata Nucky.

Memberdayakan diri

Memang tidak ditampik, keberadaan pinjaman daring ini sering disalahartikan untuk penggunaan yang tidak sebagaimana mestinya. Tapi, tetap ada orang-orang yang memang mengakses pinjaman daring untuk memberdayakan diri dari sisi ekonomi dalam rangka mencapai kesejahteraan.

Hesty Purwadinata, misalnya, seorang aktris dan komedian terkenal yang tak hanya mencuri perhatian melalui seni aktingnya. Akan tetapi, dirinya juga sebagai pemilik dari Hipnoza Seven Eu de Parfum. Seiring meningkatnya permintaan di pasaran usai launching pada Februari 2023, sebagai Founder & Owner Hipnoza, Hesty memilih berkolaborasi dengan Fintech P2P.

Langkah itu untuk meningkatkan volume inventori dan memperluas jangkauan pemasaran ke seluruh penjuru Indonesia. Selain membantu dari sisi permodalan, Fintech P2P juga membuat Hesty belajar banyak mengenai ilmu keuangan, mulai dari pengelolaan utang dan aset produktif, hingga pengaturan cash flow bisnis yang lancar.

Hal senada juga dialami oleh Proza yang merupakan mantan karyawan swasta. Dirinya memulai perjalanan bisnisnya dengan mendirikan KataLoGue Kopi pada 2016. Tanpa pengalaman bisnis sebelumnya, tekadnya untuk sukses dalam dunia kopi sangat kuat. Singkat cerita, ukuran bisnisnya mulai membesar.

|Baca juga: Prabowo Panggil 49 Calon Menteri, Berikut Deretan Lengkapnya!

|Baca juga: Profil Sri Mulyani, Calon Menkeu di Era Prabowo yang Punya Jam Terbang Tinggi

Kondisi itu membuat Proza mulai memikirkan untuk melakukan ekspansi di dalam bisnisnya. Inisiatif Proza berkolaborasi dengan Fintech P2P terkait permodalan menjadi langkah strategis dalam mewujudkan impian itu. Pembukaan gerai-gerai ritel kopi baru menjadi sasaran Proza untuk semakin mendekatkan produknya ke konsumen.

Dirasakan UMKM

Tak berhenti sampai di situ, manfaat Fintech P2P Lending juga semakin banyak dirasakan para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), khususnya mereka yang belum tersentuh layanan keuangan dari perbankan. Berkat proses digitalisasi yang dihadirkan, Fintech P2P Lending menjadi solusi bagi UMKM mendapatkan permodalan dengan mudah, cepat dan nyaman.

Mengutip laman AFPI, hal itu diakui oleh Linda Sintiya, Pemilik Toko Pondok Grosir. Linda mengaku usaha grosir sembako miliknya banyak terbantu pendanaan dari platform Fintech P2P Lending. Saat mengakses Fintech P2P Lending, ia mengaku merasa nyaman dengan pelayanan yang diberikan dan juga kemudahan serta kecepatan proses pencairan.

“Awalnya saya hanya berjualan minyak curah yang dikemas sendiri di rumah. Sedikit-sedikit berkembang dan akhirnya bisa punya toko yang menyediakan berbagai kebutuhan pokok rumah tangga,” ucapnya seraya menambahkan pendanaan yang didapatkan sangat membantunya untuk mengembangkan usaha.

|Baca juga: Sosok Veronica Tan, Mantan Istri Ahok yang Dipanggil Prabowo Subianto

|Baca juga: Danamon Edukasi Nasabah #JanganKasihCelah Ancaman Quishing

Di sisi lain, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak memberikan edukasi literasi keuangan kepada anak muda di seluruh Indonesia berkaitan bahaya pinjol dan investasi ilegal kepada anak muda. Hal tersebut merupakan respons atas tingginya persentase peminjam pinjol yang berasal dari usia 19-34 tahun, dan anak-anak yang terjerat judi online.

Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak Kemen PPPA Pribudiarta Nur Sitepu menyebutkan di era digital sekarang ini anak-anak dan remaja menghadapi berbagai tantangan baru, termasuk bahaya pinjaman online dan investasi ilegal.

Minimnya literasi keuangan menempatkan anak-anak dan remaja pada posisi berisiko menjadi korban dari praktik-praktik tidak bertanggung jawab yang dapat merugikan mereka secara finansial dan psikologis.

“Oleh karena itu, literasi keuangan digital menjadi sangat penting sebagai upaya memberikan perlindungan dan pemahaman yang memadai kepada anak-anak kita,” ujar Pribudiarta.

Ketua Sekretariat Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal (Satgas PASTI) Otoritas Jasa Keuangan Hudiyanto menyampaikan sekitar 60 persen pengguna pinjaman daring merupakan anak muda berusia 19-34 tahun. Sedangkan sebanyak 80 ribu anak di bawah usia 10 tahun telah terjerat judi online.

Ia menambahkan anak muda rentan mengambil pinjol dan terjerat judol karena pemahaman konsep keuangan yang masih rendah, mulai dari perilaku konsumtif, enggan menabung, dan malu jika tidak bergaya dari teman-temannya.

|Baca juga: Liam Payne Sempat Kecanduan Alkohol Sebelum Meninggal, Sinyal Penting Punya Asuransi Kesehatan Mental?

|Baca juga: Pengguna Paylater Kian Bergairah di Tengah Deflasi, Kredivo Jaga Mitigasi Risiko

Selain itu, penggunaan gawai yang sangat intens namun literasi digital masih rendah menyebabkan sebagian orang belum paham konsekuensinya. Akibatnya, mereka konsumtif, tidak punya rencana keuangan yang baik, dan pengeluarannya lebih besar dari pendapatan. Hal itu yang membuat mereka nekat memanfaatkan pinjol ilegal ataupun terjerat judi online,” ucapnya.

Pinjol bermanfaat

Meski demikian, Hudiyanto menyampaikan, tidak semua pinjol berbahaya. Pinjol legal yang diawasi dan diatur OJK bisa bermanfaat jika disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan, serta membayar sesuai dengan perjanjian. Adapun jumlah pinjol yang legal dapat dicek di laman OJK.

“Pentingnya generasi muda untuk merencanakan keuangannya. Pengelolaan keuangan bisa dilakukan dengan mulai berhemat, mengalokasikan dana tabungan, belajar investasi, dan pastikan berutang untuk hal produktif,” pungkasnya.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Model Terbaru BYD M6
Next Post Ekonomi India Diperkirakan Tumbuh 7,0% pada 2024

Member Login

or