1
1

Pengguna Paylater Kian Bergairah di Tengah Deflasi, Kredivo Jaga Mitigasi Risiko

Aplikasi Kredivo. | Foto: Kredivo

Media Asuransi, JAKARTA – Sebanyak lima bulan berturut-turut, terhitung sejak Mei 2024, Indonesia mengalami deflasi. Kondisi ini menyebabkan sebagian masyarakat mengalami penurunan daya beli.

Namun di tengah menurunnya daya beli, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat tingkat piutang pembiayaan dengan skema Buy Now Pay Later (BNPL) atau paylater justru meningkat signifikan sebesar 89,20 persen atau menjadi Rp7,99 triliun per Agustus 2024.

|Baca juga: Prabowo Panggil 49 Calon Menteri, Berikut Deretan Lengkapnya!

|Baca juga: Profil Sri Mulyani, Calon Menkeu di Era Prabowo yang Punya Jam Terbang Tinggi

Menanggapi fenomena ini, Direktur Pemasaran dan Strategi Kredivo Lily Suriani menyampaikan, permintaan paylater di Kredivo memang mengalami peningkatan, namun pihaknya tetap menjaga mitigasi risiko dengan ketat.

“Kami melihat ada peningkatan permintaan kredit, meski kondisi ekonomi sedang melemah. Namun, Kredivo memastikan kebutuhan pengguna sesuai dengan mitigasi risiko dari Kredivo sendiri,” ujar Lily, Rabu, 16 Oktober 2024.

Lily menambahkan Kredivo berkomitmen untuk terus melakukan literasi keuangan, terutama kepada generasi milenial dan Gen Z, agar peminjaman digunakan untuk kegiatan produktif, bukan konsumtif.

|Baca juga: Profil Zulkifli Hasan, Menteri Era Jokowi yang Diminta Lanjut ke Pemerintahan Prabowo

|Baca juga: Sosok Bahlil Lahadalia, Menteri ESDM Jokowi yang Masuk Radar di Kabinet Prabowo

“Kami aktif di media sosial dan kanal lainnya untuk menjangkau pengguna, mengedukasi tentang peminjaman yang bertanggung jawab. Ini penting agar kredit yang diambil benar-benar dimanfaatkan untuk hal-hal yang bijak,” ucapnya.

Risiko kredit masih aman

Saat ditanya soal risiko kredit, Lily menjelaskan kondisi risiko di Kredivo masih aman atau terkendali. Tidak ada peningkatan signifikan pada Non-Performing Loan (NPL) karena Kredivo selalu menjaga mitigasi risiko, baik dari sisi pengguna maupun transaksi. Salah satu langkah mitigasi risiko yang dilakukan adalah dengan menyeleksi pengguna sejak awal.

“Kriteria kami cukup jelas, pengguna harus berpendapatan tetap dan berusia di atas 22 tahun. Selain itu, kami memastikan besaran kredit yang diberikan sesuai dengan kemampuan bayar pengguna,” jelasnya.

Lily menjelaskan mitigasi risiko juga dilakukan pada level transaksi. Ia menyebut Kredivo memantau pola transaksi pengguna, dan jika terdapat transaksi yang mencurigakan atau tidak sesuai dengan pendapatan pengguna, sistem akan secara otomatis menolak transaksi tersebut.

|Baca juga: Ian F. Natapradja Diangkat Jadi Dirkeu Avrist General

|Baca juga: PFI Mega Life Insurance akan Spin Off Unit Syariah dengan Mendirikan Perusahaan Asuransi Syariah Baru

Di samping itu, Lily mengungkapkan, Kredivo menggunakan sistem kecerdasan buatan untuk memantau dan mendeteksi potensi risiko pada setiap transaksi. Dengan pendekatan ini, Kredivo berupaya memastikan pengguna bisa memanfaatkan layanan paylater dengan aman, tanpa meningkatkan risiko gagal bayar yang berpotensi merugikan baik pengguna maupun perusahaan.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Keamanan Siber hingga Teknologi Disruptif Jadi Tantangan untuk Sektor Asuransi Digital
Next Post BI Peringatkan Ketidakpastian Pasar Keuangan Global Meningkat

Member Login

or