Media Asuransi, GLOBAL – Laporan terbaru Technavio mengatakan pasar insurtech global diperkirakan tumbuh sebesar US$77,41 miliar atau sekitar Rp1.218 triliun (kurs Rp15.730 per US$) pada periode 2024 hingga 2028. Tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) mencapai 42,35 persen.
Pertumbuhan ini didorong oleh kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi bisnis serta kolaborasi yang semakin erat antara investor dan perusahaan insurtech.
|Baca juga: CFO Gathering 2024, AAUI Tekankan Tantangan Industri Asuransi Tahun Mendatang, Apa itu?
|Baca juga: OJK Restui Pergantian Nama PT Tala Re International Menjadi PT Tala Reinsurance Brokers
Teknologi seperti machine learning dan Artificial Intelligence (AI) memungkinkan solusi personalisasi bagi pelanggan dengan kebutuhan khusus. Selain itu, pelacakan dan pemantauan real-time mendukung pengelolaan risiko dan pengambilan keputusan yang lebih baik.
Namun, laporan Technavio menyoroti tantangan seperti tingginya biaya investasi awal. “Pelatihan khusus diperlukan agar staf asuransi dapat memahami dan memanfaatkan teknologi ini secara efektif,” tulis laporan tersebut, dikutip dari Insurance Asia, Jumat, 22 November 2024.
Selain itu, integrasi teknologi dengan layanan perbankan dan pialang memerlukan keahlian teknis yang belum dimiliki banyak perusahaan. Meskipun demikian, pasar insurtech tetap optimistis karena potensinya dalam meningkatkan efisiensi operasional dan menawarkan layanan yang lebih inovatif.
|Baca juga: AASI Rilis Faktor Pendorong dan Penghambat Industri Asuransi Syariah di 2025, Harus Baca!
|Baca juga: Kebijakan Pemerintah Pro Growth dan Peningkatan Daya Beli Jadi Katalis Positif di Pasar Saham
Technavio menyebut adaptasi teknologi canggih ini akan menjadi faktor penting bagi perusahaan yang ingin bersaing di industri dengan pertumbuhan pesat.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News