Pentingnya keberadaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam suatu negara tidaklah diragukan lagi. Peran dari UKM juga dipandang penting dalam kegiatan ekonomi suatu negara. Tapi, UKM juga menghadapi risiko-risiko yang tidak bisa ditanggungnya sendiri. Mereka membutuhkan asuransi dalam kegiatan bisnisnya. Bagaimana hubungan asuransi dan kegiatan bisnis UKM? Sebuah survei yang dilakukan suatu perusahaan asuransi patungan di Singapura pada 2017 mengenai asuransi bagi UKM dan perusahaan-perusahaan besar menarik untuk disimak hasilnya.
Survei bertajuk “The Risks of Regret” dilakukan oleh QBE Insurance Singapore terhadap 300 UKM dan perusahaan-perusahaan besar pada Maret-April 2017. Respondennnya dibagi secara merata pada enam sektor, yaitu IT dan telekomunikasi, perawatan kesehatan, jasa keuangan, manufacturing, konstruksi dan rekayasa, dan jasa profesional dan perdagangan. Survei ini juga berusaha mengungkap mengenai tantangan dan kesempatan bisnis yang dihadapi UKM dan perusahaan-perusahaan besar pada saat sekarang dan yang akan datang.
Survei yang dilakukan QBE Insurance Singapore ini menemukan banyak perusahaan di Singapura akan membeli business liability insurance dan professional indemnity insurance setelah ada kejadian yang menimpanya. Sekitar seperempat dari UKM (23 persen) tidak akan membeli jenis asuransi ini, di saat yang sama hanya 10 persen dari perusahaan-perusahaan besar akan melakukan hal yang sama.
Akibatnya, perusahaan-perusahaan ini, baik UKM maupun yang besar, kehilangan kesempatan untuk memperoleh ganti pada kejadian awal. Hal ini mempertaruhkan stabilitas dan kesinambungan bisnis-bisnis mereka dalam bahaya, sebagaimana dikatakan oleh CEO QBE Insurance Singapore Karl Hamann.
Dalam 12 bulan terakhir, menurut perusahaan-perusahaan yang disurvei, risiko-risiko yang sering ditemui oleh mereka termasuk kehilagan pendapatan karena terganggunya usaha (24 persen), sistem bisnis dan komputer yang diretas (24 persen), kerusakan mesin (23 persen), masalah hukum, peraturan dan kepatuhan (21 persen), kecelakaan kerja yang menimpa staf (20 persen), dan penipuan yang dilakukan oleh klien atau pada waktu pembayaran melalui internet (10 persen).
Survei oleh QBE Inusrance Singapore ini mengungkap kecenderungan perusahaan-perusahaan untuk bereaksi setelah kejadian tampaknya merupakan hal yang biasa, merata pada risiko-risiko yang ada. Dari perusahaan-perusahaan yang mengalami kebobolan data yang penting, 61 persen baru mengambil tindakan sesudah hal tersebut terjadi. Sementara itu, perusahaan-perusahaan yang sistem bisnis dan komputernya diretas, 49 persen baru melakukan tindakan setelah kejadian. Bagi perusahaan-perusahaan yang mengalami masalah lainnya, reaksi setelah kejadian mirip juga, yaitu masalah tanggung jawab terhadap publik atau pihak ketiga (46 persen melakukannya setelah kejadian), tanggung jawab kepada publik atau pihak ketiga setelah adanya kecelakaan atau kelalaian (45 persen bereaksi setelah kejadian), dan penipuan oleh klien atau dalam pembayaran (40 persen baru melakukannya setelah kejadian).
Survei ini juga mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan Singapura yang disurvei ternyata hampir semuanya (96 persen) mempunyai asuransi bisnis, termasuk general accident & employee compensation cover. Tetapi, kesadaran dan pembelian proteksi business liability insurance malah lebih rendah lagi. Hanya 68 persen perusahaan-perusahaan di Singapura mengenal business liability insurance, dan 57 persen dari mereka yang membeli jenis asuransi ini.
Menurut survei tersebut, untuk professional indemnity insurance bahkan lebih jelek lagi, yaitu 34 persen mengenal produk ini, tapi 21 persen yang membelinya. Untuk public liability insurance and product liability insurance, yang mengenal jenis asuransi ini 31 persen dan 20 persen yang membelinya.
Tampaknya, di Singapura pun masih banyak perusahaan yang tidak atau kurang mengenal asuransi tanggung gugat (liability insurance) atau belum mau membeli jenis asuransi ini. Kita di Indonesia bisa belajar dari survey di Singapura tersebut. Mucharor Djalil
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News