1
1

Keunikan Lebaran, Mulai dari Perdalam Spiritual hingga Tradisi Silaturahmi

Kuliner stae khas daerah tempat tujuan mudik lebaran yang sering dirindukan. | Foto: doc

Di musim yang penuh dengan kehangatan dan kebersamaan, Lebaran 2024 datang seperti cahaya yang bersinar terang setelah bulan penuh penantian dan ibadah. Ini adalah waktu yang dinanti nantikan, tidak hanya untuk merayakan kesempatan berakhirnya Ramadan yang penuh berkah, tetapi juga untuk bersatu kembali dengan keluarga dan teman-teman dalam momen silaturahmi yang berharga.

Di setiap sudut kota, aroma harum wewangian khas Timur Tengah dan wangi makanan yang sedap bertebaran, menciptakan suasana penuh dengan kehangatan dan kegembiraan. Lebaran tidak hanya tentang merayakan dengan mengenakan pakaian baru dan memberikan salam maaf, tetapi juga tentang merayakan kelezatan kuliner rumah yang telah biasanya dinantikan
oleh perantau terutama yang mudik ke kampung halaman.

Di saat suara beduk dan takbiran ramai berkumandang, rumah-rumah dihiasi dengan aroma masakan khas yang menggoda selera sepanjang hari. Dari hidangan berat seperti opor ayam, rendang, sampai dengan makanan ringan seperti kue kering dan ketupat, setiap rumah memiliki kelezatan khas mereka sendiri. Makananmakanan ini tidak hanya menggugah selera, tetapi juga mengingatkan kita akan kerja keras dan keikhlasan yang menjadi bagian dari ibadah puasa.

Tidak hanya itu, Lebaran juga menjadi momen yang sempurna untuk merayakan bersama keluarga besar. Setelah melewati bulan Ramadan yang penuh denganbadah dan refleksi, banyak orang merencanakan liburan untuk menyegarkan pikiran dan tubuh mereka. Destinasi wisata domestik dan internasional menjadi tujuan favorit, di mana keluarga dan teman-teman dapat menjelajahi keindahan alam, menikmati budaya lokal, dan menciptakan kenangan yang abadi bersama.

Direktur Utama PT Asuransi Syariah Keluarga Indonesia, Mudzakir. | Foto: doc

Dalam suasana lebaran tahun ini, Direktur Utama PT Asuransi Syariah Keluarga Indonesia, Mudzakir, bersama keluarga mengambil bagian dalam tradisi mudik yang kental dengan silaturahim dan penikmatan kuliner khas daerah Solo dan Tegal, Jawa Tengah. Dengan kebersamaan istri dan dua anaknya, perjalanan mudik mereka menjadi momen berharga untuk berkumpul dan menikmati sajian khas setiap tempat yang mereka kunjungi.

Tradisi mudik keluarga Mudzakir dimulai setelah shalat Idulfitri pada hari Rabu, 10 April 2024. Mereka berangkat mudik dari rumah yang kawasan Pondok Aren, Tangerang Selatan (Tangsel) menggunakan mobil pribadi. Perjalanan mudik ditempuh dengan penuh kesabaran, memilih tidak memiliki target waktu tertentu untuk sampai di tujuan di Solo dan Tegal.

“Selama perjalanan, kami memanfaatkan setiap kesempatan untuk menikmati kuliner daerah yang dilewati, sambil saling bergantian menjadi pengemudi,” ungkapnya kepada Wahyu Widiastuti dari Media Asuransi.

Perjalanan mudik Mudzakir, menurutnya, berlangsung dengan lancar meskipun menghadapi kemacetan yang umum terjadi selama musim mudik. Setelah melewati sejumlah kota seperti Purwakarta, Cirebon, Pekalongan, Semarang, hingga akhirnya tiba di Solo dan Tegal, keluarga Mudzakir tidak hanya menikmati hidangan khas setiap tempat, tetapi juga menyempatkan diri untuk bertemu dengan kerabat dan sanak saudara.

“Di Solo, kami bergabung dengan keluarga besar dan mengadakan ‘Ahlain’ atau pertemuan keluarga, setiap rumah menyediakan hidangan khas. Dari soto hingga sate kambing, tak hanya menikmati makanan, tetapi juga atmosfer kebersamaan yang hangat,” tuturnya.

Setelah beberapa hari penuh dengan kebersamaan dan kenangan indah, keluarga Mudzakir pun kembali ke rumah mereka di Tangsel pada Senin, 15 April 2024, pagi. Dia menyimpulkan bahwa mudik tahun ini merupakan pengalaman yang memuaskan meskipun dihadapkan dengan beberapa kendala seperti kemacetan yang wajar terjadi selama musim mudik.

Sebagai pemudik sejati ke Jawa Timur, Pengamat Asuransi sekaligus Dosen Prodi Asuransi Syariah UIN SMH Banten, Wahju Rohmanti, telah menjelajahi perjalanan dari Ibukota Jakarta ke Jawa Timur selama hampir 30 tahun. Dalam wawancaranya, Wahju mengungkapkan beragam pengalaman dan perubahan yang dialami selama perjalanan mudiknya.

Pengamat Asuransi sekaligus Dosen Prodi Asuransi Syariah UIN SMH Banten, Wahju Rohmanti. | Foto: doc

Wahju membagikan cerita tentang evolusi transportasi yang ia saksikan sepanjang tahun-tahun tersebut. Dari naik mobil pribadi, kereta api, hingga pesawat, ia mencatat perubahan dramatis terutama dengan adanya jalan tol yang memudahkan perjalanan tetapi juga mengurangi pengalaman unik perjuangan pemudik.

Salah satu perubahan signifikan yang disoroti oleh Wahju adalah munculnya mobil listrik (EV) yang kian banyak beroperasi di jalanan. Dia mencatat tahun ini, mobil listrik sudah sampai di tol Madiun, menandai langkah maju dalam transportasi yang ramah lingkungan. Hal ini didukung oleh adanya Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di beberapa rest area.

Meskipun tahun ini menjadi mudik yang relatif singkat bagi Wahju karena kedua orang tuanya telah tiada, dia tetap melanjutkan tradisi sungkeman dan shalat Ied di kampung halaman bersama keluarga. Selain itu, tidak lupa untuk menikmati kuliner khas setiap kota yang dikunjungi, seperti nasi pecel dan sate ayam Ponorogo.

Wahju berbagi cerita tentang rasa rindunya terhadap masakan khas ibunya yang tak tergantikan, terutama daging lapis. Meskipun telah dilakukan upaya untuk menjaga tradisi dengan memasak nasi kuning, tetapi citarasa masakan khas almarhumah ibunda tetap menjadi kenangan yang mendalam bagi Wahju dan keluarganya.

Setelah menjalani serangkaian kegiatan sebelum mudik, Presiden Direktur PT Tugu Reasuransi Indonesia (Tugure), Teguh Budiman, membagikan cerita inspiratif tentang pengalamannya selama libur lebaran. Teguh Budiman tidak hanya menikmati momen liburan, tetapi juga memperkaya dirinya dengan pengalaman spiritual yang mendalam.

Presiden Direktur PT Tugu Reasuransi Indonesia (Tugure), Teguh Budiman. | Foto: doc

Sebelum memulai perjalanan mudiknya, Teguh Budiman mengungkapkan bahwa ia melakukan itikaf di Mekkah, tepatnya di Masjidil Haram. “Jadi saya pulang itu malam takbiran sampai di Indonesia, terus langsung ke Bandung,” ujarnya dengan penuh semangat.

Ketika tiba saatnya untuk merayakan Lebaran, Teguh memilih untuk melanjutkan perjalanan menuju Majalengka, Cirebon, dan Kuningan. Namun, yang membuatnya lebih gembira adalah pengalaman kuliner yang menggugah selera di tengah perjalanan mudiknya.

“Selama mudik Lebaran untuk kuliner, sebetulnya saya lebih banyak makan makanan buatan rumah, contohnya kupat tahu, kupat sayur, tetapi ada makanan khas kuningan yaitu tape ketan yang dibungkus daun jambu,” jelasnya sambil tersenyum.

Di Cirebon, Teguh menikmati hidangan khas seperti empal gentong dan nasi jamblang Bang Doel yang menggugah lidah dengan citarasa khas. Selain menikmati kuliner daerah, Teguh juga tidak lupa menjalankan tradisi lebaran yang berarti baginya. “Untuk tradisi Lebaran, kita ziarah ke kuburan orang tua dan juga menyiapkan makanan favorit di rumah. Kalau saya suka kupat sayur,” tambahnya dengan penuh kehangatan.

Pengalaman para eksekutif di perasuransian yang menceritakan aktivitasnya selama mudik Lebaran tidak hanya sebatas liburan biasa, tetapi juga menjadi ajang untuk mendekatkan diri pada nilai-nilai spiritual dan tradisi leluhur. Dengan hati penuh rasa syukur, berbagi cerita sebagai inspirasi bagi banyak orang untuk mengisi momen liburan dengan makna lebih mendalam.

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Panin Dai-ichi Life Resmikan Kantor Pemasaran di Alam Sutera
Next Post 6 Pertanyaan Kunci agar Cepat Closing

Member Login

or