– Sudah menjadi fitrah manusia, memiliki rasa kasih dan sayang yang bersemayam di hati paling dalam. Kasih sayang itu bukan terbatas hanya pada sesama manusia saja, namun adakalanya pada makhluk hidup lain, sebagai ciptaan Tuhan. Dengan kasih itu pula, terciptalah keharmonisan antarsesama makhluk. Bahkan dalam beberapa hal ada interaksi yang terjalin di antara keduanya. Interaksi tersebut dapat terjadi, misalnya saat seseorang memelihara hewan jenis anjing atau kucing.
– Anjing dan kucing merupakan dua jenis hewan yang dikenal saling berlawanan. Jika saling bertemu suasana berisik pun tak terelakkan. Namun dua makhluk ini merupakan binatang yang banyak dipelihara banyak orang, tentu dengan berbagai alasan. Pada kesempatan kali ini, kami menghadirkan dua sosok wanita yang sama-sama berkarier di industri asuransi jiwa yang sangat menyukai kedua binatang tersebut.
– Corporate Marketing, Communications & Sharia Director Prudential Indonesia Nini Sumohandoyo memiliki seekor anjing peliharaan bernama Spotty Pot. Sengaja diberi nama demikian karena anjing berbulu putih ini memiliki spot-spot berwarna coklat di tubuhnya. Nini mendapat anjing ini, saat seorang kenalan berkunjung ke rumah dan menghadiahinya, sekitar sembilan tahun lalu. Padahal saat itu, Nini sudah tidak berminat lagi memelihara anjing, sebab dia tidak tahan jika sudah terlanjur sayang, tiba-tiba hewan kesayangan – nya mati, seperti
yang terjadi pada anjing-anjing dia sebelumnya. Namun karena ini hadiah, dan sudah di depan mata, akhirnya dirinya tidak kuasa menolak kehadiran Spotty Pot.
– Sebelumnya, Nini sudah pernah memelihara belasan anjing peliharaan. Dan, kebanyakan binatang tersebut didapati karena ketidaksengajaan. Seperti saat orangtuanya berkebun di Puncak, Bogor, tiba-tiba ada seekor anjing yang mengikuti mobilnya saat pulang dan tidak mau pergi lagi. Akhirnya diputuskan untuk mengadopsi binatang tersebut.
– Nini menceritakan Spotty Pot ini semenjak kecil suka bertingkah laku yang agak ‘aneh-aneh’, suka bikin gemes, cengeng, gigit-gigit, dan tidak mau ditinggal. “Dia betul-betul merasa sangat butuh diperhatikan. Setelah agak besar, bandelnya Spotty Pot mulai kelihatan, oleh karena itu muncul rencana untuk mencarikannya trainer. “Lalu saya sekolahkan. Awalnya trainer hanya satu orang. Pas lagi bersama trainer, dia sangat patuh. Tetapi setelah trainer-nya tidak ada, bandelnya kambuh lagi. Akhirnya saya cari lagi trainer, kali ini dua orang, suami-istri. Tapi tidak ada perubahan, masih seperti itu. Akhirnya saya give up, dan biarkan saja seperti adanya,” kisah Nini kepada S Edi Santosa dari Media Asuransi.
– Nini menambahkan, anjing jantannya ini sangat listening dan understanding. Bahkan, jika diajak ngobrol seolah mengerti apa yang diucapkan tuannya. Dari sorot matanya terlihat, anjing ini memandangi mata orang yang sedang berbicara kepadanya. Selain itu, dia memiliki perasaan empati sangat tinggi seperti mengerti perasaan orang. Namun begitu, Nini merasa sangat bersalah pada anjing kesayangannya ini, pasalnya dengan kesibukannya yang padat, hingga tidak sempat mengajak Spotty Pot jalanjalan. “Kalaupun ada kesempatan dirinya juga merasa riskan, takut membawanya di keramaian, karena galak,” paparnya.
– Dia mengakui merasa sangat happy sekali dengan anjing-anjing peliharaannya. Begitu juga dengan mereka. “Saya sangat senang sekali, saat melihat saya, dia langsung loncat-loncat, ekornya digoyang-goyang dengan lucu. Saat pulang kerja, melihat anjing peliharaan seperti itu, lelah seharian jadi sirna,” ungkapnya.
– Namun begitu, Nini tidak membiarkan Spotty Pot berkeliaran di rumah. Dirinya sudah melatih, ada beberapa sudut rumah yang tidak boleh didatangi. Hewannya itu dididik memahami areanya sendiri, dari jam berapa sampai jam berapa, Spotty Pot memahami akan berada di mana. Terkecuali saat hujan petir, dia menempatkannya di ruangan khusus,karena semenjak kecil sampai sekarang Spotty Pot takut dengan suara guruh yang mengiringi petir.
– Saat ditanya apakah dirinya akan mencari anjing lain setelah Spotty Pot ini, dijawab tidak akan memelihara anjing lagi. “Saya senang sekali dengan anjing. Sangat sakit rasanya kalau melihat dia mati. Apalagi doggy-doggy saya sebelumnya dikuburnya juga dekat rumah. Saat di jalan, kalau saya ketemu anjing orang, terkadang sengaja berhenti untuk melihatnya,” tandas Nini.
– Sosok kedua yang suka memelihara binatang lucu adalah Head of Corporate Communication & CSR FWD Life Gandiez Rahma Mahatmi. Namun bedanya wanita ini lebih memilih kucing. Di rumah, ibu satu anak ini hidup bersama lima ekor kucing peliharaan, yaitu Binbin, Baba, Selena, Felly, dan Gosky.
– Gandiez merupakan tipe wanita yang mudah kasihan terhadap segala sesuatu. Oleh karenanya saat jalan-jalan sekalipun, apabila dia temukan kucing yang telantar, hatinya langsung tersentuh untuk menyelamatkan. Baginya tidak ada istilah kucing kampung, seperti halnya dia tidak setuju dengan istilah orang kampung. Yang ada adalah kucing telantar dan itu harus diselamatkan.
– Sebagaimana Nini, Gandiez juga menjadikan binatang kesayangannya ini sebagai obat di saat stress akibat bertumpuknya pekerjaan di kantor. Dengan mengurus kucing-kucing kesayangannya setiba di rumah, dia merasa happy dan hilang rasa lelah. Selain itu, kegemarannya merawat kucing juga diwarisi dari orangtuanya yang juga suka memelihara binatang seperti kucing, anjing, dan lain sebagainya.
– Selain kucing, Sebenarnya dia juga menyukai anjing sebagai teman di rumah. Bahkan kalau dulu tidur sering ditemani oleh kucing dan anjing peliharaannya. Namun setelah statusnya berganti dari lajang menjadi bersuami, teman tidurnya pun harus diganti. Itupun karena suami Gandis alergi terhadap binatang berkumis itu. “Sekalipun suamiku alergi terhadap kucing, syukurnya dia tidak melarang untuk memelihara kucing. Bahkan, adik iparku juga tertular ikut suka memelihara kucing,” ungkapnya pada Media Asuransi beberapa waktu lalu.
– Diakui kalau keluarganya suka memelihara binatang itu juga sebagai modus untuk membuat anggota keluarga menjadi betah di rumah. “Dengan mengurus binatang ini, artinya di kala libur, jadi ada kegiatan di rumah sehingga enggan untuk keluar. Makanya saya jarang sekali mengadakan acara weekend seperti jalan-jalan atau party di luar. Di rumah bersama kucing-kucing itu lebih menarik hati saya,” ungkapnya. Anak lelaki semata wayangnya, Mika (4 tahun) juga menyukai kucing-kucing peliharaannya.
– Soal kesulitan mengurus kucingkucing ini, ia tidak pernah mengeluh sedikitpun. Namun, katanya, yang dibutuhkan adalah komitmen untuk terus merawatnya. Begitu juga untuk biaya perawatan, dirinya tidak melihat secara spesifik dana yang harus dikeluarkan. Selain untuk makan, biaya yang harus dikeluarkan juga untuk vitamin, grooming, dan vaksin kucing-kucing kesayangannya itu.
– Ada banyak hal yang dapat dipelajari dari memelihara kucing ini, salah satunya adalah belajar bertanggungjawab, yaitu dengan menjaga kondisinya agar tetap fit dan tidak dibengkalaikan. Soal mitos yang mengatakan memelihara kucing akan susah memiliki keturunan, hal itu ditepis oleh wanita berdarah Belanda ini. Baginya keturunan itu takdir dari yang Maha Kuasa, manusia hanya dapat berusaha dan menjaga. “Intinya bagaimana kita menjaga kebersihan dari kucingkucing itu. Soal toksoplasma, kalau kita telaten merawat, tentu itu sangat aman. Dan, itu kan bukan saja datang dari kucing, bisa saja dari daging yang dimasak tidak sempurna, itu juga sangat memicu toksoplasma,” ungkap sarjana jebolan London School ini.
– Sedangkan harapannya terkait kepedulian dengan kucing ini adalah adanya suatu gerakan untuk melakukan pemungutan kucing-kucing liar di jalanan dan merawatnya di suatu tempat. “Saya juga pernah ikutan campaign mengajak teman-teman yang memiliki kepedulian sama terhadap kucingkucing jalanan. Saya waktu itu menarik donasi dan ternyata dalam dua minggu terkumpul Rp5 juta rupiah dan hasilnya saya donasikan ke Animal Defender, sebuah gerakan untuk menyelamatkan binatang-binantang telantar,” tandasnya. B. Firman
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News