1
1

2nd ASEAN Insurance Summit 2016 Meningkatkan Peran Asuransi di MEA

Untuk kedua kalinya, anggota-anggota ASEAN Insurance Council (AIC) menyelenggarakan pertemuan tingkat tinggi di Yogyakarta pada 23 November 2016. Sebanyak 13 asosiasi perasuransian dari delapan negara anggota AIC berdatangan ke Kota Pelajar ini. Apa saja yang menjadi perhatian pada 2nd ASEAN Insurance Summit 2016 ini? Bagaimana industri perasuransian Indonesia agar lebih banyak berperan dalam perekonomian nasional seperti pembangunan proyek-proyek infrastruktur?

Pasar asuransi di delapan negara ASEAN yang 13 asosiasi perasuransiannya menjadi anggota ASEAN Insurance Council per Desember 2015 mencapai 96,3 miliar dolar AS premi bruto, yang disumbang oleh asuransi jiwa dan asuransi umum. Pasar asuransi jiwa ASEAN tumbuh 3,9 persen menjadi 68,7 miliar dolar AS, sementara itu asuransi umum tumbuh 2,9 persen selama 2015.
Kontribusinya terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) meningkat 0,4 persen, menjadikan tingkat penetrasi asuransi keseluruhan sebesar 3,8 persen di tahun 2015. Singapura, Thailand, dan Malaysia memiliki pasar asuransi yang paling berkembang dengan kontribusi premi masing-masing sebesar 33 persen, 23 persen, dan 21 persen. Di sisi lain, Kamboja, Vietnam, dan Filipina mencatat pertumbuhanpremi bruto tertinggi sebesar 38,4 persen, 22,6 persen, dan 10,9 persen. Pertumbuhan premi asuransi sampai dua digit menunjukkan masih besarnya potensi pasar yang dapat digarap.
Sedangkan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang pada 2015 memulai langkah mengintegrasikan kawasan Asia Tenggara sebagai pasar tunggal, memberi kebebasan pada arus barang, jasa, dan tenaga kerja. Targetnya, pada 2020 intergrasi ekonomi kawasan sudah terwujud. MEA sebagai kawasan ekonomi tunggal dengan PDB gabungan sebesar 2,64 triliun dolar AS (per 2014) menjadi kekuatan ekonomi ketiga di Asia setelah Cina dan India, serta nomor tujuh di dunia.
Konferensi Asuransi ASEAN ke-2 atau 2nd ASEAN Insurance Summit 2016 yang digelar di Yogyakarta pada 23 November 2016 mengusung tema: “The Rise of ASEAN–How can we strategically position the Insurance Industry to play a bigger role in AEC?” dihadiri oleh sekitar 250 eksekutif asuransi se-Asia Tenggara dan regulator untuk membahas masa depan industri asuransi kawasan dalam memainkan peran di MEA.
Pada 1st ASEAN Insurance Summit 2014 di Singapura telah ada rekomendasi untuk mendorong integrasi pasar asuransi di sektor-sektor yang mudah terjangkau, yaitu Marine, Aviation, dan Transport (MAT). Dalam 2nd ASEAN Insurance Summit 2016 ini, topik MAT masih mengemuka untuk dibahas, di samping tiga topik lainnya yaitu human resource training, infrastructure financing, dan microinsurance/ disaster risk financing.
Terbentuknya pasar asuransi tunggal ASEAN akan mendorong turunnya premi lintas batas, sehingga diharapkan dapat mendorong pasar asuransi di sektor Marine, Aviation, dan Transport. Liberalisasi pasar juga dapat memberikan kesempatan masyarakat berpenghasilan rendah untuk menikmati perlindungan asuransi yaitu dengan asuransi mikro (microinsurance), yang akan terbantu juga dengan perlindungan bencana alam (disaster risk insurance). Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah sumber daya manusia di bidang asuransi. Dan yang juga menjadi perhatian adalah pembiayaan infrastruktur.
Dalam sambutannya di hadapan peserta 2nd ASEAN Insurance Summit 2016, Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad mengungkapkan potensi industri asuransi di kawasan ASEAN. Tapi ia juga mengingatkan tentang Brexit, yaitu keluarnya Inggris dari Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE).
Tampaknya, negara-negarayang menjadi anggota MEA masih berkomitmen kuat untuk mewujudkan pasar ekonomi tunggal yang saling menguntungkan. Adanya kasus Brexit tampaknya tidak akan berpengaruh besar pada keberlangsungan MEA. Meskipun MEE, sebelum adanya Brexit, menjadi contoh bersatunya ekonomi kawasan yang kuat dan bahkan mempunyai mata uang sendiri yaitu euro.
Beberapa poin penting yang dibahas dalam 2nd ASEAN Insurance Summit 2016 di Yogyakarta. Mengenai Marine, Aviation, dan Trasport: menurunkan biaya asuransi lintas batas dan mendorong maraknya perdagangan intra- ASEAN; dan meningkatkan transportasi darat, laut, dan udara yang akan membuka peluang pengembangan produk asuransi baru untuk pasar ASEAN atau Cina.
Untuk pelatihan sumber daya manusia di kawasan ASEAN: banyak pasar asuransi di kawasan ASEAN yang belum memahami mengenai asuransi. Negara-negara yang sudah maju harus mengajarkan kepada negara lain, melalui beasiswa untuk pendidikan dan pelatihan.
Mengenai pembiayaan infastruktur: pertama, asuransi merupakan program finansial jangka panjang, maka asuransi dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan infrastruktur; kedua, dana investasi yang dikelola asuransi dan dana pensiun bisa dioptimalkan dengan skema private-public partnership untuk pembangunan infrastruktur, sehingga mendorong pembangunan nasional.
Sedangkan mengenai asuransi risiko bencana dan asuransi mikro: pertama, pertumbuhan urbanisasi menyebabkan semakin banyak aset ekonomi masyarakat dalam risiko terkena bencana alam. Kedua, penetrasi asuransi di ASEAN masih rendah, kurang dari separuh rata-rata global. Ketiga, liberalisasi pasar asuransi ASEAN akan menurunkan biaya premi perlindungan asuransi. Dan, keempat, diperlukan sejumlah pendekatan dalam menyusun kebijakan untuk mengelola risiko bencana alam.
Sekretaris Jenderal ASEAN Insurance Council Evelina Pietruschka mengatakan, “Agar industri asuransi bisa berkembang dan memberi kontribusi lebih kepada perekonomian, pasar tunggal asuransi harus terwujud dan intergrasi ekonomi ASEAN harus dioptimalkan.”
Ia juga mengatakan bahwa pembangunan infrastruktur sangat penting, karena bisa menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. “Peran asuransi bisa lebih besar dalam pembiayaan infrastruktur untuk pembangunan ekonomi nasional,” katanya. Ia mengungkapkan visi di masa depan premi yang dikelola asuransi dan dana pensiun dapat diinvestasikan untuk membantu pembangunan jalan raya, bandara, pelabuhan, rel kereta api, dan bahkan untuk sistem transportasi misal di Indonesia.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim mengungkapkan bahwa premi asuransi jiwa ASEAN
pada 2015 mencapai 65 miliar AS. “Investor jangka panjang seperti asuransi dan dana pensiun memainkan peran penting dalam pengembangan pasar modal dan proyek pembiayaan infrastruktur. Industri asuransi jiwa bisa menginvestasikan sebagian dananya ke obligasi infrastruktur,” katanya.
Sedangkan Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Yasril Y Rasyid mengatakan bahwa pertumbuhan proyek infrastruktur di seluruh kawasan memberikan peluang besar bagi asuransi umum. “Karena banyak kegiatan dalam pembangunan infrastruktur membutuhkan perlindungan asuransi. Integrasi pasar ASEAN juga meningkatkan jumlah proyek infrastruktur, yang melibatkan vendor multinasional yang membutuhkan perlindungan asuransi lintas batas,” ungkapnya.
Banyak peluang bisnis dalam pasar asuransi ASEAN. Banyak pula peran yang bisa dilakukan oleh industri asuransi di kawasan ekonomi tunggal ASEAN. Meskipun butuh waktu untuk mewujudkannya. Mucharor Djalil

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Aset IKNB syariah Meningkat 7 Kali Lipat dalam 6 Tahun
Next Post OJK Luncurkan SPRINT Reksadana

Member Login

or