PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menargetkan jumlah transaksi kartu Flazz dapat tumbuh 20-30 persen pada tahun ini. Target pertumbuhan tersebut diyakini dapat tercapai, mengingat saat ini nasabah BCA sudah mencapai 14 juta orang. Terlebih lagi, pemegang kartu Flazz BCA tidak harus merupakan nasabah bank tersebut, karena ada kemudahan top up kartu secara cash, tidak harus melalui e-banking atau mesin ATM.
Sejak diluncurkan pada tahun 2007 (soft launching) hingga saat ini, BCA mencatat telah ada sekitar 9,5 juta kartu Flazz yang beredar di 22 kota di seluruh Indonesia. Adapun kota-kota yang telah menerima penggunaan kartu Flazz meliputi Jabodetabek, Serang, Bandung, Surabaya, Semarang, Solo, Yogyakarta, Malang, Bali, Makassar, Medan, Pekanbaru, Bandar Lampung, Palembang, Batam, Padang, Cirebon, Banjarmasin, Manado, Balikpapan, Samarinda, dan Pontianak. Jaringan yang melayani meliputi 121 ribu EDC (electronic data capture), sekitar 80 ribu outlet, dan sekitar 37 ribu merchant.
Kepala Biro Pengembangan Bisnis I Group Bisnis Card BCA Sinta Handayani mengungkapkan bahwa nilai transaksi diperkirakan sekitar Rp50 miliar per bulan. “Saat ini ratarata transaksi kartu Flazz mencapai sekitar 10 juta transaksi per bulan dengan nominal transaksi rata-rata Rp3.500-Rp5.000 per transaksi,” katanya dalam Media Sharing Knowledge di Bandung, 15 Oktober 2016.
Penggunaan kartu Flazz meningkat cukup signifikan terutama sejak dibukanya pembayaran sejumlah transportasi menggunakan uang elektronik. Pada tahun 2013 kartu Flazz dapat digunakan untuk pem- BCA Terus Kembangkan Kartu Flazz bayaran di Trans Jakarta dan kemudian disusul dengan penggunaan di kereta komuter Jakarta. Saat ini, kartu Flazz BCA sudah dapat digunakan untuk pembayaran Transjakarta, KRL, pembayaran sejumlah ruas tol, pembayaran parkir, serta melakukan pembelanjaan pada lebih dari 80 ribu outlet. Sekitar 60 persen transaksi kartu Flazz digunakan untuk pembayaran sarana transportasi.
“Sejak tanggal 1 September, kartu Flazz juga sudah dapat digunakan untuk pembayaran parkir pada terminal tiga Bandara Soekarno Hatta. Kemudian menyusul untuk parkir menginap dan selanjutnya akan segera menyusul untuk pembayaran parkir di terminal satu maupun terminal dua di Bandara Soekarno Hatta,” jelas Sinta. Dia berharap nantinya penggunaan kartu Flazz dapat meluas di bandara-bandara lain yang dikelola oleh PT Angkasa Pura.
Karakteristik kartu Flazz yakni tidak ada pin, minimum top up Rp20.000, saldo maksimum di kartu Rp 1.000.000, tidak ada pengembalian uang untuk kartu yang hilang, transaksi Flazz dengan cara di tap pada reader Flazz, transaksi offline, tidak ada minimum transaksi, dan tidak dikenakan biaya transaksi. Berbeda dengan kartu kredit maupun kartu debit, kartu Flazz bersifat seperti uang tunai sehingga jika kartu hilang tidak dapat digantikan. Menurut Sinta, dana nasabah yang mengendap karena kehilangan kartu, dicatatkan sebagai dana mengambang dan tidak dapat dipergunakan oleh bank.
Saat ini, bisnis kartu Flazz belum mampu memberikan pendapatan kepada perseroan, karena sebenarnya merupakan uang tunai namun bentuk fisiknya kartu. Bahkan untuk kartu Flazz ini BCA justru memberi subsidi kepada pemegang kartu, karena biaya yang diperlukan untuk membuat satu kartu mencapai Rp32 ribu, namun BCA menjual kartu ini seharga Rp20 ribu kepada masyarakat. Walau demikian, Sinta menuturkan bahwa BCA terus berkomitmen untuk mengembangkan Flazz guna memberikan kemudahan kepada nasabahnya.
Terlebih lagi, kartu Flazz ini memiliki beberapa jenis, yakni regular card, gift card, dan season card. Selain itu aneka kerja sama juga sangat dimungkinkan, misalnya befungsi sebagai kartu pelajar yang saat ini digunakan di 50 sekolah, kartu kendaraan dari 47 instansi, kartu keanggotaan atau loyalti, serta kartu kerja sama dengan beberapa bank. Dengan aneka jenis dan fungsi, penggunaan kartu Flazz memang diharapkan terus meningkat. “Sekarang e-money transaksi dan jumlahnya semakin meningkat karena adanya gerakan nasional non tunai. Ini sangat memudahkan masyarakat karena dengan satu kartu bisa dilakukan untuk berbagai kebutuhan sehari hari,” kata Sinta Handayani. S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News