“No every country has a nuclear plant, but no country without insurance”. Ungkapan yang disitir dari seorang eksekutif asuransi asing yang bekerja di Jakarta ini menunjukkan secara nyata bahwa di setiap negara pasti ada asuransi, namun tidak di setiap negara memiliki pusat nuklir. Ini menunjukkan betapa pentingnya asuransi bagi setiap penduduk di sebuah negara.
Hal ini yang ditunjukkan oleh salah satu perusahaan ternama di negeri ini, dalam upaya memberikan kenyamanan dan keamanan perlindungan (proteksi) diri masyarakat Indonesia melalui dua anak usahanya yang bergerak di bidang jasa keuangan, yakni asuransi umum PT Asuransi Astra Buana (Asuransi Astra) dan asuransi jiwa PT Astra Aviva Life (Astra Life).
PT Astra International Tbk merupakan perusahaan multinasional yang bergerak di sektor otomotif, berdiri sejak 20 Februari 1957. Grup Astra termasuk kelompok bisnis nasional yang memiliki sistem manajemen termaju di Indonesia. Situasi paling sulit pernah dialami, dengan kondisi jatuh bangun akibat krisis ekonomi tahun 1998-1999. Namun, perusahaan ini berhasil menyelesaikan situasi krisis saat itu.
Astra berhasil melewati periode sulit tersebut dengan baik dan kembali tumbuh hingga saat ini menjelang usia ke-60. Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta sejak 4 April 1990 ini terus dapat melaju dan mampu memperluas sayapnya hingga sekarang. Selama 59 tahun, Astra telah menjadi saksi pasang surut ekonomi Indonesia dan terus berkembang dengan memanfaatkan peluang bisnis berbasis sinergi yang luas. Hal ini yang dikatakan oleh Senior General Manager Head of Public Relation Division Corporate Communication Astra International Yulian Warman pada sebuah kesempatan di Jakarta.
Di tengah kondisi pelemahan ekonomi global berkepanjangan yang masih terjadi, Astra tetap menunjukkan kondisi keuangan yang solid didukung oleh neraca keuangan yang kuat. Perusahaan ini memanfaatkan berbagai peluang bisnis untuk meningkatkan investasi dan semakin memperluas diversifikasi usaha yang sinergis. Astra juga telah mencanangkan kerangka tujuan strategis ‘Pride of the Nation’ di tahun 2020 untuk mendukung pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan di masa mendatang.
Proteksi Asuransi
Dalam rangka memberikan cakupan layanan secara menyeluruh dan memberikan kemudahan kepada pelanggan, sejak awal berdiri Astra International
telah menyediakan dukungan finansial, salah satunya di sektor jasa keuangan asuransi. Melalui PT Asuransi Astra Buana (Asuransi Astra) dan PT Astra Aviva Life (Astra Life) yang memberikan kenyamanan proteksi di berbagai bidang bagi konsumen individu dan komersil. Di kancah perasuransian Indonesia, kedua asuransi ini mampu menunjukkan performance-nya di kelas masing-masing. Yang akhirnya, dapat memberikan kontribusi signifikan bagi holdingnya.
Seperti diketahui penetrasi asuransi di negeri ini masih di kisaran 2,5 persen. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat tingkat utilisasi asuransi di Indonesia hanya sebesar 11,81 persen. OJK menargetkan tingkat utilitas atau penggunaan asuransi di masyarakat mencapai 75 persen pada 2020. OJK juga meminta industri asuransi untuk meningkatkan kapasitas teknologi. Peningkatan fasilitas teknologi untuk menyasar masyarakat melek teknologi yang belum memiliki produk asuransi.
Kondisi tersebut, menurut Deputi Komisioner Industri Keuangan Non Bank (IKNB) OJK Edy Setiadi dapat diusahakan untuk meningkatkan utilisasi dan tingkat penetrasi dengan pemanfaatan teknologi informasi (TI). “Caranya, perangkat ini dipakai untuk mengkomunikasikan dan memasarkan asuransi. Terobosan- terobosan di industri asuransi ke depan harus diarahkan dengan penggunaan teknologi. Untuk daerah-daerah yang memperoleh fasilitas komunikasi, asuransi perlu membidik generasi Y dengan media sosial. Mereka akan mengetahui dan mencari informasi asuransi melalui itu,” kata Edy saat konferensi pers untuk Hari Asuransi (Insurance Day) 2016 di Jakarta, Oktober lalu.
Pemanfaatan teknologi lebih canggih dan merangkul segmen generasi Y (lahir tahun 1981-1994), bahkan generasi Z (lahir tahun 1995-2010) pun telah
ditangkap oleh Asuransi Astra beberapa tahun terakhir ini. Di bawah kepemimpinan Santosa, perusahaan yang berdiri sejak 12 September 1956 ini telah gencar melakukan transformasi digital. Asuransi ini sedang getol mengembangkan layanan berbasis digital guna mengikuti pola konsumsi pelanggan dan mulai meninggalkan cara berbisnis secara konservatif. Perusahaandengan ekuitas sebesar Rp3,2 triliun di akhir 2015 ini, sedang mengejar target besar sebagai asuransi paling digital di jajaran asuransi umum di tanah air.
Bertepatan dengan hari jadinya pada September lalu, perusahaan yang dikenal dengan tag line Peace of Mind ini melakukan revolusi digital besar-besaran. Asuransi umum papan atas ini telah menyiapkan sistem teknologi informasi terbaiknya sejak lima tahun terakhir. Total investasi yang digelontorkan untuk menuju revolusi digital 2,5-3 juta dolar AS per tahun. “Kita harus yang menjadi paling digital di dunia asuransi,” kata Chief Executive Officer Asuransi Astra Santosa saat perayaan HUT ke-60 Asuransi Astra beberapa waktu lalu di ICE BSD, Tangerang.
Pada Januari-Agustus 2016 Asuransi Astra membukukan premi bruto Rp2,9 triliun, turun tipis dibanding periode yang sama tahun lalu. “Perlambatan itu disebabkan stagnasi pada segmen asuransi kendaraan bermotor dan komersial. Selama ini, kedua segmen itu mendominasi pendapatan premi perseroan sekitar 70 persen dan sisanya asuransi kesehatan. Akhir tahun ini, total premi bruto masih setingkat dengan 2014. Tahun depan menargetkan pertumbuhan premi bruto di rentang 5–10 persen,” kata Santosa dalam wawancara khusus.
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) sendiri memproyeksikan pertumbuhan premi industri asuransi umum tahun 2017 meningkat pada kisaran 15-20 persen. “Pertumbuhan premi antara lain akan ditopang oleh membaiknya lini bisnis asuransi kendaraan bermotor dan asuransi kesehatan, serta rencana implementasi produk asuransi berbasis investasi. Kondisi pertumbuhan ekonomi diharapkan lebih baik, proyek infrastruktur dan daya beli juga lebih baik,” kata Ketua Umum AAUI Yasril Y Rasyid.
Upaya lain dalam menyejahterakan masyarakat Indonesia, Astra International juga mendirikan perusahaan asuransi jiwa pada 17 Januari 2014. Perusahaan hasil patungan antara PT Astra International Tbk dan Aviva International Holdings Limited. Baru dua tahun beroperasi, perusahaan yang khas dengan warna biru dan kuning ini mampu melaju kencang. Meski perekonomian negeri ini masih berjalan lambat, kinerja asuransi jiwa tetap meningkat pesat. Penetrasi pasar asuransi jiwa yang rendah dan pertumbuhan penduduk kelas menengah begitu pesat, menjadi peluang bagi perseroan yang resmi diluncurkan ke masyarakat pada 27 November 2014 ini.
Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim menilai, pertumbuhan total kinerja asuransi jiwa yang tetap meningkat menunjukkan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan asuransi jiwa dalam menghadapi risiko tak terduga dalam hidup. Total pendapatan industri asuransi jiwa naik 42 persen, dari Rp69,97 triliun yang diperoleh pada kuartal kedua 2015 menjadi Rp99,88 triliun di periode yang sama 2016. Total pendapatan premi di industri asuransi jiwa naik 10 persen pada kuartal kedua 2016 menjadi Rp74,61 triliun, meningkat
dari periode yang sama 2015 sebesar Rp67,82 triliun. Jumlah tertanggung individual naik 15,1 persen menjadi 19,11 juta orang pada kuartal kedua 2016, naik dari 16,60 juta orang pada kuartal kedua 2015.
Sementara itu PT Astra Aviva Life (Astra Life) berhasil membukukan premi tahunan equivalen (Annual Premium Equivalent-APE) sebesar Rp372 miliar dengan total aset sebesar Rp3,7 triliun hingga September 2016. Jumlah tersebut masing-masing tumbuh 98 persen dan 99 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Total pendapatan premi bruto sebesar Rp2,3 triliun, tumbuh 93 persen dibanding September 2015. Premi ini sekaligus telah melampaui target yang ditetapkan untuk akhir tahun 2016 sebesar Rp2 triliun. Pertumbuhan tersebut telah melampaui pertumbuhan premi bruto industri sebesar 15 persen per paruh pertama tahun 2016.
Direktur Utama Astra Life Auddie A Wiranata mengungkapkan pada tahun 2017, pihaknya menargetkan premi bruto mencapai Rp3 triliun. Sedangkan di tahun 2018 ditargetkan sebesar Rp4 triliun dan Rp5 triliun pada 2019. Astra Life juga berhasil menaikkan peringkatnya di jajaran perusahaan asuransi jiwa Indonesia. Untuk itu produk-produk baru terus dikembangkan, ditambah jalur distribusi yang beragam. Apalagi pertumbuhan kelas menengah Indonesia diperkirakan melejit hingga 141 juta orang pada tahun 2020.
Melalui strategi pemasaran yang multichannel, perusahaan asuransi jiwa dengan tag line ‘ Love Life’ ini optimistis dapat terus tumbuh positif. Auddie mengoptimalkan 15 perusahaan yang ada dalam grup Astra sebagai saluran distribusi dan perusahaan lain di luar grup. Melalui strategi itu, Astra Life berani menargetkan pendapatan terus meningkat hingga tahun 2019 mencapai Rp5 triliun. Perseroan juga menargetkan masuk peringkat lima besar asuransi jiwa dalam kurun 10 tahun mendatang. “Perseroan juga fokus untuk menghadirkan berbagai terobosan baru, agar masyarakat Indonesia berani bermimpi lebih karena terlindungi,” tegas Auddie.
Ini menunjukkan di tengah gejolak ekonomi nasional maupun regional, asuransi umum maupun asuransi jiwa di Indonesia mampu menunjukkan tren positif. Premi asuransi masih bersemi kendati sejumlah sektor bisnis sedang melesu. Apalagi dengan adanya dana repatriasi terkait program pengampunan pajak (tax amnesty), kalangan asuransi pun menjajal dapat memanfatkan dana tersebut yang peluangnya masih akan berlangsung hingga Maret 2017. Ini menjadi tantangan industri asuransi untuk dapat merilis produk-produk yang sesuai kebutuhan masyarakat tersebut. Wahyu Widiastuti
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News