1
1

Geo-Ekskursi MAIPARK 2016 Di Rinjani Lombok

Untuk kali ke delapan, PT Reasuransi MAIPARK Indonesia mengadakan acara Geo-Ekskursi. Sebuah kegiatan gabungan antara seminar dan kuliah lapangan mengenai risiko-risiko bencana alam di tanah air. Geo-Ekskursi tahun ini bertema ‘Rinjani dan Kebencanaan Lombok” yang diadakan selama tiga hari, 26 – 28 November 2016.
Dalam kegiatan yang diikuti 100 peserta dari 68 perusahaan asuransi umum ini, peserta diajak mempelajari dan melihat secara langsung di lapangan Gunung Rinjani dan risiko kebencanaan di Lombok secara umum. Dalam acara tersebut MAIPARK menghadirkan dua ilmuwan yakni, Budi Brahmantyo dari Program Studi Teknik Geologi, Intitut Teknologi Bandung dan Didi Agustawijaya dari Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Mataram.
Direktur Utama MAIPARK Yasril Y. Rasyid mengungkapkan, Geo-Ekskursi ini dilaksanakan setiap tahun sebagai wujud tanggung jawab perusahaan kepada industri asuransi untuk turut aktif meningkatkan kesadaran akan risiko bancana alam. “Khususnya dalam penilaian dan pengelolaan risiko bencana alam,” kata Yasril dalam sambutan tertulisnya.
Didi Agustawijaya dari Universitas Mataram pada seminar hari pertama memaparkan presentasi mengenai ‘Menakar Risiko Bencana Gempa di Pulau Lombok Menggunakan Indeks Bencana’. Didi menjelaskan keberadaan Pulau Lombok persis di depan jalur tumbukan yang merupakan pusat gempa. Jarak jalur tumbukan dengan titik terdekat Pulau Lombok adalah sekitar 45 km. Ketebalan lapisan batuan dan tanah di Pulau Lombok bervariasi dari sekitar dua meter hingga lebih dari 25 meter. Jenis tanah yang ditemui didominasi jenis tanah pasir lanauan terutama untuk ketebalan dua meter. Sedangkan, ketebalan lapisan tanah mulai dari lima meter hingga lebih dari 25 meter jenis tanah yang dijumpai berupa tanah pasir lepas. “Lapisan tanah pasir merupakan akuifer yang baik sehingga memiliki potensi pelulukan jika terjadi gempa,” ungkapnya.
Khusus di sekitar Gunung Api Rinjani, batuannya merupakan batuan sedimen lepas hasil letusan gunung api. Berdasarkan hal tersebut Pulau
Lombok memiliki potensi bencana cukup tinggi. Hal ini didasarkan pada konsisi tanah yang bersifat lepas, tebal, memiliki akuifer, kondisi geologi struktural kekar dan sesar serta di bagian utara pulau adalah kompleks gunung yang mempunyai batuan sedimen tidak kompak dan mudah lepas.
Berdasarkan data-data koordinat, pusat gempa untuk Pulau Lombok berada di laut sebelah Selatan Pulau Lombok. Zona ini merupakan zona tumbukan lempeng tektonik Australia dengan lempeng tektonik Asia, dan merupakan zona aktif yang menimbulkan gempa. Jarak pusat gempa dari Pulau Lombok berada di kisaran 0-50, 100, 200 dan 300 kilometer. Pusat gempa lain yang berada di bagian Utara, back arc up thrusting, berada pada posisi 70 30’LS atau sekitar 150-200 km arah Timur Laut dari Kota Mataram. Kedalaman pusat gempa pada kisaran 100-600 kilometer di bawah permukaan.
Pada hari kedua, semua peserta mulai pukul 07.30 WITA sudah meninggalkan penginapan untuk melakukan kuliah lapangan di Taman Wisata Pusuk Sembalun dan Pos Pengamatan Rinjani. Budi Brahmantyo dari ITB menjelaskan permasalahan yang berkaitan dengan bencana di Nusa Tenggara Barat (NTB) seperti bencana akibat gempa dan tsunami. NTB merupakan provinsi yang terdiri dari pulau-pulau berukuran kecil dengan dua diantaranya merupakan pulau yang cukup besar, yakni Lombok dan Sumbawa. Luas daratan mencapai 20.153 km2 dengan pulau-pulau berjumlah lebih dari 330 buah dengan 282 pulau sudah bernama. Selain di perairan Pulau Lombok, pulau-pulau pasir dan terumbu karang tersebar di Sumbawa Barat Laut, perairan Teluk Saleh, dan sebelah Timur di perairan Teluk Sape. “Banyak dari pulau-pulau ini merupakan pecahan dari pula utama, besar kemungkinan akibat abrasi. Tapi diperkirakan mula-mula dipisahkan dari pulau utama melalui struktur geologi.
Geologi Pulau Lombok tercermin dalam bentang alamnya. Secara fisiografi, yakni pembagian bentang alam berdasarkan pada pola-pola bentang alam biasanya berkaitan dengan struktur geologi dan jenis batuan penyusunnya, Lombok terbagi menjadi tiga zona utama. Zona pertama adalah Zona Pegunungan Gunung Api yang menempati bagian Utara. Zona ini ditempati gunung api raksasa Rinjani yang berketinggian 3.726 m di atas permukaan laut. Zona fisiografi kedua adalah Zona Dataran Kaki Gunung yang lebar memanjang Barat –Timur antara Mataram di Barat, Praya di bagian tengah dan Selong– Labuanhaji di Timur merupakan pelabuhan penyeberangan ke Sumbawa. Zona ketiga menempati sisi Selatan Pulau Lombok. Zona ini terdiri perbukitan kasar yang secara geologi ditempati endapan gunung api purba dari Formasi Kawangan dan Penggulung berumur Tersier pada Kala Oligosen–Miosen (berlangsung 30 hingga 23 juta tahun).
Budi mengungkapkan, daya tarik utama geowisata di Lombok adalah kawasan Gunung Rinjani dengan danau kalderanya, Segara Anak. Selain itu, di lereng dan kaki saat morfologi terpancung topografi atau berakhirnya aliran lava. Kawasan pantai berteluk-teluk dengan tonjolan bukit runcing sisa gunung api purba di pantai Selatan Lombok menjadi sisi lain dari daya tarik geowisata Pulau Lombok.
Setelah kuliah lapangan berakhir, peserta diajak ke tempat Wisata Desa Sade dan Wisata Desa Sukarasa yang merupakan tujuan wisata utama di Lombok, selain juga menikmati pantainya yang indah. W. Widiastuti

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post FWD Life Luncurkan Asuransi Bebas Aksi Flash
Next Post JAGADIRI Dukung Event NusantaRun

Member Login

or