Media Asuransi, JAKARTA – Indeks saham utama Amerika Serikat (AS) turun sekitar satu persen pada Selasa waktu setempat (Rabu WIB) dan imbal hasil obligasi treasury 10-tahun mencapai level tertinggi dalam empat bulan. Hal itu terjadi setelah data menunjukkan permintaan tenaga kerja yang kuat meningkatkan prospek The Fed dapat menunda pemotongan suku bunga.
“Kita kembali ke situasi kabar baik dan kabar buruk karena baru-baru ini data ekonomi yang dirilis, termasuk laporan JOLTS, mencerminkan perekonomian yang cukup kuat,” kata Kepala Ekonom Ameriprise Financial Troy Russell Price, dikutip dari Channel News Asia, Rabu, 3 April 2024.
Lowongan kerja, yang mengukur permintaan tenaga kerja, naik tipis 8.000 menjadi 8,756 juta pada hari terakhir Februari, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja. Data Januari dalam laporan Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja, atau JOLTS, direvisi lebih rendah untuk menunjukkan 8,748 juta posisi yang tidak terisi.
|Baca juga: Jasamarga Metropolitan Tollroad Optimalkan Pelayanan Operasi Jalan Tol Hadapi Mudik 2024
Sementara itu, indeks saham MSCI di seluruh dunia turun 0,60 persen. Sedangkan di Wall Street, Dow Jones Industrial Average turun 1,09 persen, S&P 500 kehilangan 0,88 persen, dan Nasdaq Composite turun 1,16 persen. Penurunan saham Tesla sebesar 5,5 persen juga membebani Wall Street.
Dolar AS capai level tertinggi
Di sisi lain, dolar AS mencapai level tertinggi dalam hampir lima bulan pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu pagi WIB). Kondisi itu terjadi karena data ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan menyebabkan investor mengendalikan taruhan mereka pada penurunan suku bunga di Juni, sehingga meningkatkan nilai mata uang.
Mengutip The Business Times, indeks dolar naik menjadi 105,1 pada Selasa waktu setempat (Rabu WIB), level tertinggi sejak 14 November, menambah kenaikan tajam pada Senin waktu setempat (Selasa WIB) setelah data AS secara tak terduga menunjukkan ekspansi pertama di bidang manufaktur sejak September 2022.
Indeks terakhir berada di 104,92, turun sedikit. Sedangkan euro jatuh ke level terendah sejak pertengahan Februari di akhir sesi Asia namun terakhir sedikit berubah pada US$1,0745. Data pada Selasa menunjukkan bahwa penurunan pabrik zona euro semakin mendalam lagi pada Maret.
Sterling naik dari level terendah sejak Desember menjadi US$1,2563 setelah data menunjukkan sektor manufaktur cerah pada bulan lalu. Sementara itu, yen Jepang terakhir mendatar di 151,67 per dolar, dengan sebelumnya merosot ke 151,79. Mata uang ini diperdagangkan dalam kisaran yang ketat sejak mencapai titik terendah dalam 34 tahun di 151,975.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

