1
1

Wall Street Stagnan, Dolar AS Terpuruk

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, GLOBAL – Bursa saham Wall Street melemah pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB). Tekanan terjadi karena pasar menunggu data utama inflasi Amerika Serikat (AS) sambil mencerna pendapatan perusahaan yang beragam.

Mengutip The Business Times, Kamis, 25 April 2024, indeks Dow Jones Industrial Average berakhir turun 0,1 persen menjadi 38.460. Sedangkan indeks S&P 500 berbasis luas pada dasarnya datar di 5.071. Kemudian indeks Komposit Nasdaq yang kaya akan teknologi naik 0,1 persen menjadi 15.712.

Analis Briefing.com Patrick O’Hare menunjuk pada ‘sedikit kehati-hatian’ menjelang pembacaan inflasi yang akan dirilis pada Jumat yang diawasi ketat oleh Federal Reserve. O’Hare menambahkan investor sedang menunggu laporan pendapatan dari induk Facebook, Meta, Amazon, dan raksasa teknologi lainnya.

Sesi Rabu waktu setempat tak bergerak setelah pasar menguat dalam dua hari terakhir dalam sebuah langkah yang dipandang mencerminkan kelegaan karena konflik Timur Tengah tidak meningkat.

|Baca juga: Kredit Perbankan Tumbuh 12,40% di Q-1 2024

“Ada kecenderungan baru untuk menjual kekuatan tersebut untuk menguji tekad para pembeli,” kata O’Hare.

Dolar AS melemah

Di sisi lain, dolar AS kembali melemah pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB), menyusul penurunan besar terhadap euro dan sterling sehari sebelumnya. Sementara itu, yen tetap terperosok mendekati posisi terendah dalam 34 tahun bahkan ketika pejabat Jepang meningkatkan peringatan intervensi.

Indeks dolar –yang mengukur mata uang terhadap enam mata uang utama termasuk euro, sterling, dan yen– terakhir naik 0,2 persen pada 105,85, dengan sebelumnya menyentuh level terendah sejak 12 April di 105,59. Mata uang ini merosot 0,4 persen pada Selasa, didorong data aktivitas Eropa yang sangat kuat dan melambatnya pertumbuhan bisnis AS.

Euro turun 0,2 persen menjadi US$1,0684 menyusul kenaikan 0,4 persen pada Selasa, setelah data menunjukkan aktivitas bisnis di zona euro berkembang pada laju tercepat dalam hampir satu tahun, terutama karena pemulihan di sektor jasa.

Sterling juga diuntungkan oleh data yang menunjukkan bisnis-bisnis Inggris mencatat pertumbuhan aktivitas tercepat dalam hampir satu tahun, sementara Kepala Ekonom Bank of England Huw Pill mengatakan penurunan suku bunga masih jauh. Sterling terakhir turun 0,1 persen pada US$1,2437, setelah melonjak 0,8 persen di sesi sebelumnya.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Kredit Perbankan Tumbuh 12,40% di Q-1 2024
Next Post Harga Minyak Dunia dan Emas Global Kompak Melemah

Member Login

or