Media Asuransi, JAKARTA – Harga Bitcoin diperkirakan bisa menembus level Rp637 juta pada kuartal IV/2023 karena sentiment optimisme pasar terhadap persetujuan ETF Bitcoin spot di Amerika Serikat dan peristiwa halving yang dijadwalkan pada bulan April 2024.
Pada Oktober 2023, harga Bitcoin (BTC) melonjak tajam, melewati angka US$35.000 atau sekitar Rp557 juta untuk pertama kalinya sejak Mei 2022. Pada 26 Oktober 2023, Bitcoin diperdagangkan pada harga US$34.686 (Rp552 juta), dengan kenaikan sebesar 22,94% dalam seminggu dan 109% sepanjang tahun ini.
Meskipun dunia ekonomi global penuh ketidakpastian dan banyak uang keluar dari pasar kripto, Bitcoin tetap mempertahankan posisinya sebagai aset digital terkemuka di tahun 2023. Menurut data dari Santiment, para pelaku pasar saat ini menunjukkan tanda-tanda euforia, terutama karena optimisme terkait persetujuan ETF Bitcoin spot di Amerika Serikat.
|Baca juga: Investor Kripto di Indonesia Tembus Angka 17,91 Juta Orang
Ketika tren fear of missing out (FOMO) menyebar di seluruh pasar, diperkirakan akan terjadi peningkatan dalam akumulasi Bitcoin. Trader dari Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menjelaskan bahwa saat ini Bitcoin mendapatkan dorongan tambahan dalam menciptakan peluang investasi baru melalui ETF.
Menurut dia, produk baru ini dapat menjadi cara yang lebih mudah bagi individu untuk berinvestasi dalam Bitcoin dengan harga spot, yang pada gilirannya dapat memungkinkan lebih banyak orang memasuki dunia kripto.
“Selain itu, ETF ini juga dapat mengurangi beberapa risiko yang terkait dengan investasi dalam aset digital selama ini. Ini juga dapat menjadi jembatan yang menghubungkan investor tradisional dengan pasar kripto yang terus berkembang, membuatnya lebih mudah bagi mereka untuk berpartisipasi dalam potensi keuntungan yang ditawarkan oleh aset digital seperti Bitcoin,” kata Fyqieh.
Skenario Terbaik untuk Bitcoin ke harga Rp637 Juta Fyqieh menjelaskan bahwa ada dua faktor yang diperkirakan akan berkontribusi pada kenaikan Bitcoin selanjutnya adalah persetujuan ETF BTC spot dan peristiwa halving yang dijadwalkan pada bulan April 2024.
Optimisme terus berkembang terkait dengan persetujuan ETF, terutama dengan kemungkinan partisipasi BlackRock, salah satu pemain besar di dunia keuangan. Kehadiran potensial BlackRock di pasar ini telah meningkatkan optimisme di antara banyak investor dan pengamat terkait masa depan Bitcoin.
|Baca juga :Ajaib Kripto: Bitcoin Melesat ke US$35.000, Waspadai Aksi Profit Taking!
“Dalam jangka pendek, The Fed kemungkinan akan mempertahankan suku bunga pada tingkat yang tetap konstan dalam pertemuan berikutnya pada bulan November. Jika suku bunga tetap tidak berubah, kemungkinan besar tren kenaikan harga Bitcoin akan berlanjut. Namun, jika The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga, investor harus bersiap menghadapi potensi koreksi di pasar,” jelasnya.
Berdasarkan data dari CME FedWatch Tool, pasar memperkirakan dengan tingkat keyakinan sebesar 97% bahwa tidak akan ada peningkatan suku bunga pada tanggal 1 November, yang akan menjaga suku bunga dalam kisaran 525-550 basis poin. Sementara itu, pada bulan Desember, pelaku pasar melihat kemungkinan sebesar 29% untuk kenaikan sebesar 25 basis poin.
Dari segi analisis teknikal, saat ini para pelaku pasar tengah menanti dengan penuh harap dan kecemasan karena harga Bitcoin melakukan pergerakan kedua melawan resistensi di level US$35.000 minggu ini. Untuk melampaui rintangan ini, dibutuhkan dorongan lebih lanjut dari pesanan beli yang mungkin dipicu oleh FOMO.
“Kemungkinannya besar, kecuali ada sentimen negatif baru, baik dari industri maupun data makroekonomi, kami memperkirakan bahwa Bitcoin dapat mencapai level US$40.000 (sekitar Rp637 juta) untuk pertama kalinya di kuartal IV tahun 2023,” kata Fyqieh dalam analisanya.
Namun, jika terjadi koreksi, para investor sudah bersiap untuk membeli Bitcoin saat menguji ulang level dukungan di US$31.500. Penurunan seperti itu dapat memberikan peluang bagi mereka yang telah merasa tertinggal dari reli yang tengah berlangsung. Penurunan di bawah level US$30.000 (sekitar Rp 477 juta) tampaknya semakin sulit terwujud, terutama dengan perbincangan seputar lonjakan ETF spot BTC dan dorongan FOMO yang terus mendorong pasar.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News