1
1

Investor Bisa Buy on Weakness Saham Big Caps

Seorang invertor sedang mengamati pergerakan saham. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Infovesta Utama merekomendasikan dalam sepekan ke depan, pada pasar saham, investor dapat melakukan aksi buy on weakness pada beberapa saham big caps yang mengalami koreksi di antaranya pada sektor perbankan dan memanfaatkan momentum dividen.

Sedangkan pada obligasi, saat ini masih menjadi waktu yang tepat untuk mengoleksi SUN. Investor dapat menambah porsi tenor jangka pendek sebagai langkah antisipasi risiko.

Melalui Weekly Mutual Funds Update yang dikutip, Senin, 27 Mei 2024, Tim Riset Infovesta memaparkan dalam sepekan terakhir kinerja IHSG bergerak bearish sebesar -1,30% ke level 7.222,38. “Sikap hati-hati investor menjelang libur panjang telah memicu investor asing yang melakukan aksi jual di pasar sebesar Rp1,39 triliun.”

|Baca juga: Menakar Dampak Konflik Timur Tengah pada Saham Energi

Dalam kelompok sektoral, sektor keuangan (-1,37%) sebagai salah satu pemberat terbesar IHSG. Sejalan dengan itu, posisi top market laggards dicatatkan oleh BMRI (-7,98%), BBRI (-4,07%), dan BBCA (-3,33%). Sentimen dari domestik, rilis data transaksi berjalan pada Q1-2024 terjadi peningkatan defisit US$2,2 miliar (vs US$1,12 miliar Q4’23) atau setara dengan 0,6% terhadap PDB Indonesia.

Pelebaran defisit ini seiring dengan neraca perdagangan yang terus menunjukkan penurunan nilai surplus dalam beberapa bulan terakhir akibat permintaan global yang melambat. Bank Indonesia berupaya untuk menjaga defisit transaksi berjalan di kisaran 0,1%-0,9% terhadap PDB Indonesia di tahun 2024 ini.

Rilis data pertumbuhan kredit mengalami peningkatan sebesar 13,09% YoY pada April 2024 (vs 12,4% YoY pada Mar’24). Peningkatan pertumbuhan kredit mencerminkan pendapatan pada sektor perbankan masih tetap cerah. Namun pertumbuhan kredit yang lebih cepat dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) akan mendorong peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR). Hal ini, mengindikasikan tingkat risiko kredit yang akan meningkat.

Sentimen dari global, bank sentral China (PBoC) kembali menahan laju suku bunga pinjaman 1 tahun di level 3,45% dan 5-tahun di level 3,95%. Sikap dovish PBOC dengan menahan laju suku bunga di level rendah untuk memikat roda ekonomi terutama mendorong consumer spending masyarakat China terhadap sektor properti.

|Baca juga: Investor Disarankan ‘Serok’ Saham Perbankan yang Terkoreksi

Sedangkan dari AS, rilis data survei dari S&P Global menunjukkan peningkatan level ekspansi di antaranya komposit naik ke level 54,4 poin (vs 51,3 poin Apr’24), manufaktur naik ke level 50,9 poin (vs 50 poin Apr’24), dan servis naik ke 54,8 poin (vs 51,3 poin Apr’24). Laju peningkatan level ekspansi terhadap pertumbuhan industri menunjukkan roda perputaran ekonomi AS masih cukup kuat sehingga menjadi perhatian the Fed dalam mengambil sikap ke depan terutama dalam melawan level inflasi.

Pada pasar obligasi, Infovesta Gov. Bond Index naik +0,04% ke level 10.238 poin. Sentimen penggerak pasar obligasi yakni Bank Indonesia (BI) kembali menahan laju suku bunga di level 6,25%, serta sejalan dengan ekspektasi pasar sehingga menjadi sentimen positif pada pasar obligasi domestik.

“Keputusan BI ini diambil dengan melihat tren pelemahan nilai kurs dollar. Meskipun demikian, cadangan devisa yang semakin menyempit untuk kebutuhan intervensi terhadap nilai rupiah dan pelebaran defisit transaksi berjalan akan menjadi peringatan tersendiri untuk BI. Sikap Bank Indonesia tetap konsisten dengan statement: “preemptive & forward looking” terutama terhadap langkah the Fed ke depan.”

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Fitch Catat Risiko Refinancing Obligasi Global Meningkat
Next Post Bank Amar Salurkan Kredit Rp2,7 Miliar hingga Kuartal I/2024

Member Login

or