Media Asuransi, GLOBAL – Harga minyak dunia anjlok pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB) setelah data Amerika Serikat (AS) menunjukkan peningkatan persediaan minyak mentah. Akan tetapi kerugian dibatasi oleh risiko gangguan pasokan Iran yang disebabkan oleh konflik Timur Tengah dan Badai Milton di AS.
Mengutip The Business Times, Kamis, 10 Oktober 2024, harga minyak mentah Brent ditutup pada US$76,58 per barel, turun 60 sen atau 0,8 persen. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup turun 33 sen atau 0,5 persen menjadi US$73,24 per barel.
|Baca juga: Astra Life Jalin Kerja Sama dengan Bank Jasa Jakarta
|Baca juga: Generali Indonesia Sukses Dukung PLN Electric Run 2024
Persediaan minyak mentah melonjak 5,8 juta barel menjadi 422,7 juta barel minggu lalu, kata Badan Informasi Energi, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk kenaikan dua juta barel.
“Peningkatan tersebut lebih kecil dari yang diperkirakan pada Selasa oleh kelompok perdagangan American Petroleum Institute, yang juga membatasi penurunan harga minyak,” kata Direktur Minyak Berjangka Mizuho Bob Yawger, di New York.
Emas global stabil
Di sisi lain, harga emas global bertahan atau stabil pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB). Kondisi itu terjadi karena para pedagang menunggu isyarat tentang kebijakan suku bunga AS dari risalah rapat terakhir Federal Reserve.
Harga emas spot bertahan di US$2.622,24 per ons pada pukul 00.20 GMT, setelah turun lebih dari satu persen pada sesi sebelumnya. Harga emas berjangka AS naik tipis 0,2 persen menjadi US$2.641,00.
|Baca juga: AAUI Siap Gelar Indonesia Rendezvous 2024 di Bali, Ini Rangkaiannya!
|Baca juga: Bos Asuransi KitaBisa Sebut Asuransi Bukan Hanya tentang Risiko Finansial, Lalu Apa?
Risalah rapat kebijakan Fed di September akan dirilis pada pukul 18.00 GMT. Para pedagang juga akan mengamati laporan Indeks Harga Konsumen AS pada Kamis dan data Indeks Harga Produsen pada hari Jumat. Menurut CME FedWatch, para pedagang kini memperkirakan peluang penurunan suku bunga 25 basis poin pada November sebesar hampir 87 persen.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News