Media Asuransi, JAKARTA – CEO PT Asuransi Jiwa Syariah Kitabisa (Asuransi Kitabisa) Bryan Silfanus menjelaskan esensi dari asuransi adalah adanya kebersamaan dalam menjaga anggota saat terjadi musibah. Hal ini sejalan dengan semangat tolong-menolong yang selama ini difasilitasi oleh Kitabisa melalui platform digital.
“Asuransi Kitabisa hadir dengan pendekatan baru dalam industri ini, mengedepankan semangat kebersamaan. Kami ingin memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa asuransi bukan hanya soal risiko finansial, melainkan juga tentang membangun komunitas yang saling mendukung dan berbagi beban,” jelas Bryan, dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu, 9 Oktober 2024.
|Baca juga: Mengenal Sosok Edy Tuhirman yang Pamit dari CEO Generali Indonesia
|Baca juga: Penurunan Tajam RBC Berpotensi Jadi Biang Kerok Terjadinya Risiko Sistemik di Industri Asuransi?
Asuransi Kitabisa berawal dari program SalingJaga yang diluncurkan pada 2019, sebuah inisiatif tolong-menolong antar donatur di platform Kitabisa. Pada 2023, Kitabisa mengakuisisi PT Asuransi Jiwa Syariah Amanah Githa, yang kemudian berubah nama menjadi PT Asuransi Jiwa Syariah Kitabisa, setelah mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Bryan menegaskan Asuransi Kitabisa mendapat dukungan kuat dari ekosistem Kitabisa yang telah berpengalaman lebih dari 10 tahun dalam menjembatani semangat tolong-menolong digital di masyarakat Indonesia.
“Dengan dukungan ini, kami berkomitmen untuk menyediakan lebih banyak pilihan perlindungan berbasis tolong-menolong, serta menjaga amanah anggota dengan transparansi pengelolaan dana,” kata Bryan.
|Baca juga: Edy Tuhirman Mundur dari Generali Indonesia, Ada Apa?
|Baca juga: RBC Turun Signifikan, Pengamat: Berpotensi Pukul Kepercayaan Masyarakat terhadap Industri Asuransi!
Industri asuransi di Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar, terutama dengan rendahnya tingkat pemanfaatan layanan asuransi. Berdasarkan laporan ASEAN Insurance Surveillance Report 2022, penetrasi asuransi di Indonesia baru mencapai 1,4 persen, jauh di bawah negara tetangga seperti Singapura (12,5 persen), Malaysia (3,8 persen), dan Thailand (4,6 persen).
OJK mencatat densitas asuransi di Indonesia masih rendah, berada di level Rp1,88 juta pada akhir 2022, dengan target untuk mencapai Rp2,4 juta pada 2027.
|Baca juga: 52 Perusahaan Asuransi dan Reasuransi Terbaik di 2024
|Baca juga: OJK Sahkan Pendirian DPLK IFG Life
Dengan hadirnya Asuransi Kitabisa, diharapkan semakin banyak masyarakat yang tertarik untuk memanfaatkan layanan asuransi, sekaligus memperkuat semangat tolong-menolong yang telah lama menjadi fondasi Kitabisa dalam membangun komunitas digital yang peduli satu sama lain.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News