Media Asuransi, JAKARTA – Infovesta Utama merekomendasikan investor saham untuk memilih saham di sektor konsumer dengan melihat fundamental yang tergolong menarik dan memanfaatkan buy on weakness pada saham perbankan.
Dikutip dari Weekly Mutual Funds Update, Tim Riset Infovesta menerangkan dalam sepekan kedepan akan rilis data ekonomi yang cukup beragam baik dari domestik dan global. Di pasar obligasi, investor dapat membeli obligasi jangka pendek untuk mengurangi risiko tingginya ketidakpastian pasar.
IDX Composite (IHSG) dalam sepekan terakhir bergerak bearish sebesar -1,32% ke level 6.758,79 poin. Investor asing mencatatkan net sell di pasar saham sebanyak Rp3,11 triliun. Sedangkan dalam posisi net sell pada saham terbesar yakni BBRI (Rp1,10 triliun), BBCA (Rp591,90 miliar), BMRI (Rp303,60 miliar).
Sentimen penggerak pasar dari domestik yakni berlanjutnya depresiasi Rupiah yang menekan kinerja saham dan obligasi domestik. Selain itu rilis data pertumbuhan uang beredar (M2) meningkat terbatas ke level 6% pada September (Prev: 5,9%). Namun, jika dilihat secara tren pertumbuhan uang beredar mengalami perlambatan dalam setahun terakhir. Perlambatan uang beredar tergolong wajar mengingat sikap BI yang telah melakukan pengetatan moneter.
Laju pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari laju pertumbuhan dana pihak ketiga membuat tingkat loan to deposit ratio di perbankan menjadi terus meningkat. Disisi lain, sentimen dari global dalam sepekan terakhir tertuju pada AS. Rilis data PMI AS pada September 2023 kompak meningkat. S&P Global Manufaktur naik ke level 50 poin (Prev: 49,80 poin). S&P Global Komposit naik ke level 51 poin (Prev: 50,20 poin). Dan S&P Global Servis naik ke level 50,9 poin (Prev: 50,1 poin).
|Baca juga: Sektor Konsumer Overweight, Saham ICBP Jadi Top Pick
“Peningkatan itu menandakan telah terjadi percepatan laju ekspansi pada industri manufaktur, komposit, dan jasa. Hal ini dapat menjadi cerminan bahwa industri bisnis AS tumbuh semakin optimis.”
Rilis data pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal III/2023 tumbuh 4,9% (Prev: 1,7%, Cons: 4,3%). Peningkatan pertumbuhan ekonomi AS didorong dari sisi peningkatan konsumsi dan pelonjakan pertumbuhan ekspor. Fundamental ekonomi AS terlihat masih cukup kuat. “Hal ini membuat ketidakpastian pasar semakin tinggi khususnya terkait kebijakan moneter The Fed dikhawatirkan bisa lebih hawkish.”
Pasar Obligasi juga bergerak bearish dalam sepekan terakhir. Infovesta Govt. Bond Index turun -0,50% ke level 9.882,18 poin. Faktor pendorongnya yakni dipicu oleh volatilitas yield obligasi pemerintah AS khususnya tenor 10-tahun yang masih bergerak di level tinggi kisaran 4,8%-4,9%. Kondisi itu mendorong kenaikan indeks dollar Amerika dan berdampak pada berlanjut melemahnya kurs Spot Rupiah sebesar 0,54% week on week ke level Rp15.941/USD.
Pascapeningkatan beberapa indikator tenaga kerja dan rilis data ekonomi AS, pelaku pasar menilai kondisi tersebut dapat membuat The Fed untuk mengambil sikap yang lebih hawkish dalam menentukan keputusan moneter selanjutnya. Kami melihat potensi probabilitas kenaikan kenaikan suku bunga The Fed lanjutan semakin tinggi.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News