Media Asuransi, GLOBAL – Saham-saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat pagi WIB). Bursa saham Amerika Serikat (AS) mundur dari rekor setelah data ekonomi yang beragam yang mengaburkan ekspektasi tentang keputusan kebijakan moneter AS yang akan datang.
Mengutip The Business Times, Jumat, 11 Oktober 2024, indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,1 persen menjadi 42.454,12, mundur dari rekor. Indeks berbasis luas S&P 500 turun 0,2 persen menjadi 5.780,05. Sementara Komposit Nasdaq yang kaya teknologi turun 0,1 persen menjadi 18.282,05.
|Baca juga: 52 Perusahaan Asuransi dan Reasuransi Terbaik di 2024
|Baca juga: OJK Sahkan Pendirian DPLK IFG Life
Inflasi konsumen AS sedikit mereda bulan lalu, dengan angka tahunan turun menjadi 2,4 persen dari tahun lalu, turun dari 2,5 persen pada Agustus. Namun, ukuran inflasi yang tidak memperhitungkan biaya makanan dan energi yang fluktuatif naik tipis.
Dolar melemah
Di sisi lain, nilai tukar dolar AS melemah terhadap yen pada akhir perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat pagi WIB). Kondisi itu terjadi setelah data menunjukkan kenaikan inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan pada September meskipun harga sedang dalam tren menurun, yang memungkinkan Federal Reserve untuk terus memangkas suku bunga.
|Baca juga: Mengenal Sosok Edy Tuhirman yang Pamit dari CEO Generali Indonesia
|Baca juga: Penurunan Tajam RBC Berpotensi Jadi Biang Kerok Terjadinya Risiko Sistemik di Industri Asuransi?
Dolar AS turun 0,54 persen menjadi 148,50 yen, setelah naik ke level tertinggi 149,58 yen untuk pertama kalinya sejak 2 Agustus. Indeks dolar, yang mengukur mata uang terhadap enam rival utama termasuk yen dan euro, turun 0,09 persen menjadi 102,780 setelah mencapai level tertinggi sejak 16 Agustus.
Harga minyak melonjak
Sedangkan harga minyak dunia melonjak sekitar empat persen pada akhir perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat pagi WIB). Hal itu karena lonjakan penggunaan bahan bakar AS sebelum Badai Milton menerjang Florida, risiko pasokan Timur Tengah, dan tanda-tanda bahwa permintaan energi dapat tumbuh di AS dan China.
|Baca juga: Gelar RUPSLB, WOM Finance Perkuat Susunan Pengurus Perseroan
|Baca juga: OJK Setujui Pengangkatan 2 Direksi Bank Syariah Indonesia (BRIS), Siapa Mereka?
Harga minyak berjangka Brent naik US$2,82 atau 3,7 persen menjadi US$79,40 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS menguat sebanyak US$2,61 atau 3,6 persen menjadi US$75,85.
Emas stabil
Harga emas global sedikit berubah pada akhir perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat pagi WIB). Sementara para pedagang menunggu data inflasi utama AS yang akan dirilis untuk mendapatkan kejelasan lebih lanjut tentang sikap kebijakan moneter Federal Reserve.
Harga emas spot hampir stabil pada US$2.609,72 per ons, pada pukul 00.40 GMT, setelah menurun selama enam sesi sebelumnya. Harga mencapai rekor tertinggi bulan lalu. Harga emas berjangka AS juga stabil pada US$2.626,70.
|Baca juga: Indonesia Rendezvous 2024 Jadi Wadah Strategis bagi Industri Asuransi dalam Menjalin Jaringan
|Baca juga: Permata ME, Tampilan Baru Mobile Banking Permata Bank
Pasar saat ini melihat peluang 80 persen untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada November dan peluang 20 persen bahwa Fed akan mempertahankan suku bunga, menurut FedWatch CME. Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang untuk memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News