Seperti itu pula asuransi jiwa. Uang santunan yang terdapat di asuransi jiwa, atau yang dikenal dengan istilah uang pertanggungan (UP), haruslah sesuai dengan kebutuhan tertanggung. UP ini berfungsi sebagai payung yang melindungi keluarga dari kejatuhan finansial jika tertanggung wafat. UP dapat dimanfaatkan untuk membayar utang, pengganti penghasilan, membayar biaya akhir, dan melanjutkan pendidikan. Jika UP ini terlalu kecil, maka asuransi jiwa tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai payung secara optimal. Itu sebabnya, Anda perlu menghitung dan mengetahui UP yang benar-benar dibutuhkan. Dengan mengetahui UP, asuransi jiwa dapat berperan sebagai payung yang melindungi diri Anda dan keluarga.
Baca juga: Garuda Indonesia (GIAA) Bermasalah, Citilink Indonesia Masuk Holding Aviasi
Cara menghitung UP yang tepat
Bagaimana cara menghitung UP yang tepat? Ada tiga pendekatan yang umum digunakan, yakni multiple approach, needs approach, dan capital needs.
1. Multiple approach
Pendekatan ini boleh dibilang paling mudah dalam menghitung UP, namun kurang akurat. Menghitung UP dengan pendekatan multiple bertujuan agar penghasilan tahunan sekarang tetap dapat dibayarkan kepada ahli waris sampai usia pensiun. Menghitung UP dengan metode ini disebut kurang akurat, karena memperkirakan tingkat hasil investasi sekarang dan hari esok selalu konstan. Selain itu, pendekatan ini juga tidak mempertimbangkan inflasi, peningkatan pengeluaran, serta aset.
Misalnya, Anton memiliki penghasilan Rp120 juta per tahun (PMT). Dia akan memasuki usia pensiun 20 tahun mendatang (n). Dengan asumsi imbal hasil investasi sebesar 5% per tahun (i), maka kebutuhan proteksi penghasilan yang dibutuhkan keluarga Anton (present value annuity due/PVAD) dapat dicari dengan rumus: PVAD = present value annuity (1 + i). Dari rumus tersebut, UP asuransi jiwa yang diperlukan Anton ialah Rp1.570.239.000.
2. Needs approach
Pendekatan ini menghitung kebutuhan UP berdasarkan kebutuhan keluarga. Untuk menentukan kebutuhan ini, maka kita harus memperhitungkan jumlah tanggungan, asuransi yang sudah ada, aset yang dimiliki, pengeluaran biaya hidup tanggungan, serta tingkat inflasi.
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam pendekatan ini ialah menghitung dana yang dibutuhkan. Misalnya, pengeluaran keluarga Donny saat ini ialah Rp12 juta per bulan. Sementara pengeluaran pribadi Donny ialah Rp2 juta per bulan. Sehingga pengeluaran yang diperlukan keluarga Donny setelah ia wafat (PMT) ialah Rp12 juta – Rp2 juta = Rp10 juta per bulan. Anak terkecil Donny berusia 10 tahun. Maka, perlu waktu 12 tahun (n) sampai anak bungsu ini mencapai usia 22 tahun dan mandiri atau mencari nafkah. Diasumsikan tingkat investasi bersih ialah imbal hasil investasi 5% – inflasi 2% = 3% per tahun (i). Maka, jumlah dana untuk proteksi pendapatan keluarga yang dibutuhkan Donny dapat dicari dengan rumus: PVAD = present value annuity (1 + i). Dengan rumus tersebut, dana yang dibutuhkan Donny adalah Rp1.230.315.000.
Baca juga: Bank Central Asia (BBCA) Matangkan IPO Bank Digital
Langkah kedua, ialah mendata investasi yang bisa digunakan untuk memproteksi penghasilan. Misalnya, Donny punya deposito Rp50 juta, reksa dana Rp50 juta, dan barang antik yang jika dijual, bisa laku seharga Rp50 juta. Jadi, total investasi Donny adalah Rp150 juta. Perlu dicatat, dalam mendata investasi ini, kita tidak dapat memasukkan investasi seperti rumah tinggal, mobil, dan aset tidak bergerak lainnya.
Langkah ketiga, kurangi total kebutuhan dana pada langkah pertama dengan investasi pada langkah kedua. Dalam kasus Donny, berarti Rp1.230.315.000 – Rp150.000.000. Sehingga, total UP asuransi jiwa yang dibutuhkan Donny ialah Rp1.080.315.000.
3. Capital need approach
Pendekatan ini dikenal juga dengan sebutan pendekatan kebutuhan modal. Disebut demikian karena UP asuransi jiwa akan digunakan untuk menghasilkan bunga, yang kemudian digunakan oleh ahli waris untuk menjalankan hidup. Jika kebutuhan modal sudah terpenuhi, maka modal tersebut akan diwariskan kepada ahli waris.
Ambil contoh Indira butuh pendapatan sebesar Rp120 juta per tahun. Dengan asumsi imbal hasil investasi sebesar 5% dan inflasi sebesar 2%, maka kebutuhan UP asuransi jiwa Indira dapat dihitung dengan rumus: (kebutuhan pendapatan : imbal hasil bersih) + kebutuhan pendapatan = (Rp120 juta : 0,03) + Rp120 juta = Rp4.120.000.000.
Namun, menentukan UP dengan pendekatan kebutuhan modal ini tidak populer. Pasalnya, jumlah UP yang dibutuhkan begitu besar. Sehingga, premi yang perlu disetor pemegang polis pun tinggi. Sehingga, pendekatan ini tidak lazim digunakan, kecuali berdasarkan permintaan pemegang polis. Aha
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News