Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Suprajarto mengatakan bahwa pada tahun 2016 kredit yang disalurkan mencapai Rp393,28 triliun atau meningkat 20,6 persen dibandingkan dengan tahun 2015 yang tercatat sebesar Rp326,11 triliun. Dari kredit tersebut sekitar Rp286,1 triliun atau 72,7 persen disalurkan ke segmen bussines banking, sebesar Rp65,1 triliun atau 16,5 persen ke segmen consumer banking. Sisanya sebesar 11,8 persen disalurkan melalui kantor-kantor cabang luar negeri dan perusahaan-perusahaan anak.
“Untuk kredit melalui segmen bussines banking, sebesar Rp95,8 triliun disalurkan melalui segmen korporasi yang mampu tumbuh 21 persen, dan kredit kepada BUMN sebesar Rp78,3 triliun atau tumbuh 33,3 persen,” kata Suprajarto saat paparan kinerja di Jakarta, 26 Januari 2017. Ditambahkan, kredit kepada segmen menengah tumbuh 19,9 persen dan segmen kecil tumbuh 20,5 persen. Kredit ke segmen konsumer banking, terutama melalui pinjaman payroll yang tumbuh 128,1 persen dengan outstanding per 31 Desember 2016 mencapai Rp8,9 triliun, sedangkan untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) mencapai Rp36,4 triliun atau tumbuh lima persen dan kartu kredit mencapai Rp10,5 triliun atau tumbuh 7,5 persen.
Suprajarto juga menjelaskan bahwa selama tahun 2016 laba bersih BNI mencapai Rp11,34 triliun atau tumbuh 25,1 persen dibandingkan laba pada akhir tahun 2015 yang tercatat sebesar Rp9,07 triliun. Kenaikan laba bersih yang signifikan ini ditopang oleh pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih (NII) dan Pendapatan Non Bunga yang masing-masing melonjak 17,4 persen dan 23,1 persen. “Di tengah lemahnya pertumbuhan laba perbankan yang per November 2016 lalu mencapai 9,1 persen, BNI mampu mencatat pertumbuhan laba bersih konsolidasi sebesar Rp11,34 triliun atau tumbuh 25,1,” tegasnya.
Lebih lanjut dituturkan bahwa total aset BNI menembus angka Rp603,03 triliun atau tumbuh Rp94,44 triliun atau 18,6 persen dibandingkan total aset pada akhir tahun 2015 yang tercatat sebesar Rp508,59 triliun. Adapun dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun mencapai Rp435,55 triliun pada akhir tahun 2016 atau naik 17,6 persen. Pertumbuhan DPK tersebut hampir setara dengan dua kali lipat dari pertumbuhan DPK industri perbankan pada November 2016 yang tercatat meningkat 8,4 persen.
Komposisi DPK juga membaik, porsi dana murah (CASA) mencapai 64,6 persen dari total DPK pada akhir tahun 2016. Lebih besar dibandingkan dengan porsi CASA akhir tahun 2015 yang mencapai 61,1 persen dari total DPK. Dengan demikian biaya dana dijaga tetap stabil pada level 3,1 persen. Penghimpunan dana murah tidak terlepas dari peningkatan jumlah rekening yang dibuka oleh nasabah individu sebanyak lima juta rekening atau tumbuh sebesar 29,4 persen sehingga total rekening individu menjadi 22 juta rekening pada akhir tahun 2016. Edi
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Related Posts
Asuransi