1
1

Mengapa Kapal Ro-Ro Sering Tenggelam?

Oleh: M. Berly Sofianto*

Tanggal 29 Juni 2021 merupakan hari yang kelam untuk dunia pelayaran Indonesia. KMP (Kapal Motor Penumpang) Yunice yang sedang berlayar dari Gilimanuk, Bali menuju Ketapang, Banyuwangi, tenggelam pada pukul 19.12 WITA kurang lebih 300 meter dari Pelabuhan Ketapang.

Data dari Basarnas menyebutkan bahwa terdapat 51 orang selamat, 9 meninggal, dan 17 orang masih dinyatakan hilang. Jika dilihat dari data di web BKI (PT Biro Klasifikasi Indonesia), KMP Yunice memiliki Gross Tonnage (GT) sebesar 922. Kapal sebesar ini mampu memuat 300 penumpang, 40 unit roda empat dan 98 unit roda dua.

Dari manifest yang diterbitkan, KMP Yunice mengangkut 41 penumpang dan 12 anak buah kapal (ABK). Sehingga, total ada 53 orang dalam kapal tersebut, maka tidak ada indikasi kelebihan muatan. Sedangkan dari laporan cuaca diberitakan berombak serta arus kuat namun tidak sejalan dengan video-video yang beredar di media massa.

Terus apa yang menyebabkan KMP Yunice ini tenggelam? Kapal ini berjenis ferry Ro-Ro yang diperuntukkan untuk penyeberangan antarpulau atau danau. Kapal Ro-Ro didisain mampu memuat penumpang dan kendaraan, yakni kendaraan masuk (Roll-On) dan keluar (Roll Off). Aspek operasional metode bongkar muat ini yang menjadi ciri khas kapal Ro-Ro.

Dari data Kementrian Perhubungan, sebanyak 306 unit kapal Ro-Ro beroperasi untuk melayani 225 lintasan pelayaran yang terdiri dari 44 lintasan komersial dan 181 lintasan perintis. PT ASDP Ferry Indonesia mengelola 118 unit kapal Ro-Ro, 170 untuk dikelola oleh swasta, dan 18 unit oleh BUMD. Indonesia memiliki 156 pelabuhan penyeberangan yang membuat kapal Ro-Ro menjadi andalan untuk urusan logistik baik penumpang maupun barang.

Civitas akademika Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (FTK-ITS) pada 22 Februari 2021 mengadakan webinar dengan judul “Mengapa kapal Ferry sering tenggelam”.

Dari paparan selama webinar, terdapat 3 aspek yang menyebabkan kapal ferry sering tenggelam. Pertama, aspek teknis. Dari segi desain, mayoritas kapal Ro-Ro yang beroperasi di Indonesia diperuntukkan untuk mengangkut kendaraan dan manusia, dengan begitu kapal Ro-Ro memiliki dek yang lebar, draft yang kecil, serta tidak memiliki sekat melintang.

Sistem pelayaran liner menuntut setiap kapal mempunyai jadwal ketat. Waktu bongkar dan muat kapal Ro-Ro di pelabuhan sekitar 30 menit-40 menit. Hal ini membuat sistem penataan muatan pada kapal harus dilakukan dengan cepat, sehingga banyak yang tidak membuat perhitungan stabilitas pascapemuatan.

Muatan, baik kargo maupun kendaraan wajib diikat (lashing) sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 30 tahun 2016 tentang Kewajiban Pengikatan Kendaraan Pada Kapal Angkutan Penyeberangan. Pengikatan kendaraan penting karena terkait stabilitas kapal jika terkena ombak atau cuaca buruk.

Aspek kedua adalah lingkungan. Cuaca sangat berpengaruh dalam industri pelayaran. Dari data yang disajikan oleh Prof Dr Ir Heri Supomo MSc, sebanyak 52,43% kecelakaan kapal terjadi di wilayah Indonesia bagian barat, 41,12% terjadi di Indonesia bagian tengah dan 6,44% terjadi di Indonesia bagian timur.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Dr Eng M Zikro ST MSc yang menyatakan bahwa pada bulan Oktober-Februari, gelombang tinggi terjadi di wilayah Indonesia bagian barat khususnya wilayah yang berbatasan langsung dengan Laut China Selatan. Pada bulan April-Juni gelombang laut relatif rendah, dan pada bulan Juli-September gelombang tinggi terjadi di Samudra Hindia. 

Aspek ketiga adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Pemerintah sudah mengeluarkan regulasi-regulasi yang ketat mengenai angkutan penumpang serta telah meratifikasi peraturan-peraturan dari International Maritime Organization (IMO). Namun kembali lagi bagaimana para pelaku industri maritim merespons regulasi-regulasi yang telah ada.

Terlepas dari polemik mengenai operasional kapal ferry Ro-Ro, dari data yang kami peroleh rata-rata dalam setahun klaim asuransi untuk kapal-kapal ferry Ro-Ro sebesar 12%-26%, mayoritas klaim yang diajukan adalah kerusakan mesin. Hal ini dikarenakan kapal ferry yang beroperasi di Indonesia sebanyak 70% berusia di atas 10 tahun dan sistem pelayaran liner yang sudah terjadwal menyebabkan tingginya running hour pada mesin kapal ferry. Dari segi pertimbangan bisnis kapal ferry Ro-Ro, selama masih ada supply dan demand atas barang dan penumpang, industri kapal ferry Ro-Ro ini akan terus berkembang di kemudian hari.

Menurut data dari AAUI, premi marine hull yang dicatat untuk triwulan pertama mengalami pertumbuhan sebesar 14,4% dibanding tahun lalu dengan penurunan klaim yang dibayar sebesar -30,6%. Dengan ini, industri marine hull masih menjadi primadona untuk mendulang premi.

*Penulis adalah Deputy Manager Claim Analyst Marine, Aviation and Offshore PT Tugu Reasuransi Indonesia

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Pemerintah Relaksasi Cukai, Saham Rokok Prospektif
Next Post Pertimbangkan Hal Ini Sebelum Beli Rider Tambahan Asuransi Jiwa

Member Login

or