1
1

Aku Merajut Masa Depan Lewat Pasar Saham

Seorang perempuan sedang mengamati pergerakan saham menggunakan aplikasi IPOT, di Jakarta. | Foto: Media Asuransi/Angga Bratadharma

Media Asuransi, JAKARTA – Dhee, menjadi sapaan akrab dari perempuan bernama lengkap Dhini Oktavianti yang kini usianya menginjak 35 tahun. Perempuan yang sudah dianugerahi dua anak laki-laki ini menjalani hidupnya sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT), seorang istri, dan sebelumnya sebagai penulis lepas di berbagai institusi terutama di luar negeri.

Meski sekarang ini dirinya sudah bekerja sebagai jurnalis yang berbasis di luar negeri, namun sebelumnya banyak perjuangan yang sudah dilakukan guna membantu keuangan keluarganya bisa kokoh dan berkelanjutan. Apalagi, anak pertamanya sekarang ini masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) dan anak kedua akan segera menyusul kakaknya duduk di bangku SD.

|Baca juga: Allianz Jadi Brand Asuransi Nomor Satu di Dunia, Ini Pencapaiannya!

|Baca juga: Ada Kebocoran Data, Perusahaan Asuransi Diminta Langsung Perketat Keamanan IT

Sebelum mencapai titik sekarang ini, ia menyadari, penghasilannya tidak menentu lantaran dasar hukum pekerja sebagai tenaga lepasan tidak sekuat mereka yang dikontrak sebagai karyawan tetap. Karenanya, dirinya memutar otak untuk bisa menjaga agar penghasilannya tidak tergerus oleh inflasi dan di sisi lain bisa mengembangkannya.

Berbekal diskusi dan pengaruh dari suaminya saat itu, Dhini memutuskan terjun ke dunia investasi terutama menjadi investor di pasar modal. Meski di awal tidak mengetahui sama sekali mengenai investasi saham, namun bersama suaminya, dirinya dengan tekun mempelajari tentang dunia saham termasuk bagaimana memilih saham yang tepat untuk jangka panjang.

Keinginannya yang keras untuk memahami pasar modal pun mengantarkan dirinya menjadi salah seorang investor saham di Tanah Air. Dhini yang mulai belajar berinvestasi di pasar saham sejak awal 2020 kini akhirnya mengetahui dan memahami seperti apa tujuan berinvestasi di pasar saham, apakah jangka pendek atau panjang. Lalu, apa goals akhir dari berinvestasi.

|Baca juga: Tokio Marine Hentikan Penjualan Bisnis Asuransi Jiwa di Asia Tenggara, Ada Perselisihan!

|Baca juga: Berikut Arahan Lengkap Presiden Prabowo di Sidang Perdana Kabinet Merah Putih

Tidak berhenti sampai di situ, Dhini yang ditemani sang suami juga rajin mengikuti sejumlah edukasi daring atau pelatihan daring melalui channel-channel terkait baik Instagram maupun Youtube untuk mengasah kemampuan membaca mana emiten yang tepat untuk dibeli sahamnya yang sesuai profil risiko dan tujuan investasi Dhini.

Bahkan, walau pekerjaannya sebagai jurnalis travel dan tidak ada sangkut pautnya dengan dunia pasar modal, namun Dhini sampai mempelajari tentang analisis fundamental dan teknikal. Itu ia lakukan agar benar-benar mendapatkan hasil yang maksimal dan mampu mengelola risiko saat berinvestasi di dunia saham.

|Baca juga: BEI Bidik Transaksi Harian Tembus Rp13,5 Triliun di 2025

|Baca juga: Gelar RUPSLB, Pemegang Saham BEI Setuju 2 Agenda Ini

“Berinvestasi di pasar saham ini untuk jangka panjang. Sebenarnya untuk mempersiapkan dana pendidikan anak saat kuliah, persiapan pensiun, dan juga buat traveling,” kata Dhini, kepada Media Asuransi, dikutip Minggu, 27 Oktober 2024.

Meski di awal portofolio sahamnya sering memerah, namun Dhini tidak panik untuk langsung menjual atau cut loss karena ia sudah melakukan perhitungan matang baik dari sisi fundamental maupun teknikal, terlebih sifat investasinya memang diperuntukkan jangka panjang. Hal itu membuahkan hasil dengan kini return investasinya membuat dirinya tersenyum lebar

“Saham PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT) kini keuntungannya capai 380 persen dan saham PT Sepeda Bersama Indonesia Tbk (BIKE) keuntungannya mencapai 226 persen,” kata Dhini, yang menggunakan Indo Premier Sekuritas (IPOT) sebagai platform berinvestasi di pasar modal.

Dhini menjadi salah satu bukti yang awalnya tidak mengerti dan memahami pasar modal kini bisa menikmati keuntungan menjadi investor di pasar saham. Sebenarnya masih ada banyak lagi. Sebut saja Lo Kheng Hong. Selain, Lo Kheng Hong, ada John Wen yang juga menjadi salah satu nama trader saham sukses yang tidak asing terdengar di telinga.

Meski dirinya masih berusia muda, namun John Wen bisa dibilang telah menjadi seorang trader saham sukses yang pengalaman dan profilnya layak untuk dipelajari. Lahir di Medan, John Wen telah memulai catatan investasinya sejak usia 20 tahun. John mengenal saham berkat ibunya yang juga merupakan trader saham serta hobinya membaca buku mengenai saham.

|Baca juga: Industri Pembayaran Berkembang Cepat, Apa yang Harus Dilakukan Bank dan Asuransi?

|Baca juga: Laba Bersih BCA Tumbuh 12,8%

Buku yang ia baca biasanya mengenai saham termasuk karya Warren Buffet. Tidak berhenti sampai di situ, dirinya juga gemar membaca laporan keuangan sejumlah perusahaan dan memahami tentang kondisi keuangan serta nilai emitennya.

Dhini, Lo Kheng Hong, John Wen, dan masih banyak lagi termasuk ada pelajar dan ibu rumah tangga yang berburu cuan di bursa saham yang ceritanya bertebaran di berbagai macam platform media mengartikan pasar modal di Indonesia terpercaya dan inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat. Orang-orang tersebut bisa menikmati cuan dari pasar modal.

Memperluas akses ke pasar modal

Di sisi lain, berbagai macam upaya terus dilakukan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk memperluas akses masyarakat terhadap pasar modal. Bahkan, apa yang dilakukan BEI berbuah manis. Pasalnya jumlah investor pasar modal di Indonesia telah melampaui 14 juta Single Investor Identification (SID) tepatnya pada Kamis, 3 Oktober 2024.

Jumlah investor itu tumbuh sebanyak 1,83 juta SID baru dibandingkan dengan posisi di akhir tahun lalu sebesar 12,16 juta SID. Pencapaian ini diraih berkat sinergi yang erat antara BEI dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Self-Regulatory Organizations (SRO), serta para pemangku kepentingan lainnya dan didukung strategi inovasi digitalisasi edukasi yang efektif.

Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan industri pasar modal memiliki peran yang sangat penting untuk mendorong pertumbuhan perekonomian negara. Pasar modal Indonesia yang maju dan stabil akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

“Walau demikian, hal tersebut tetap harus disertai dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah, sektor bisnis, dan masyarakat,” ujar Iman.

|Baca juga: Klaim Asuransi Penyakit Jantung di India Membludak, Ini Penyebabnya!

|Baca juga: FWD Tunjuk CEO Baru untuk Asuransi dan Takaful di Malaysia

Pertumbuhan investor yang disertai peningkatan literasi keuangan masyarakat diharapkan memperkuat daya tahan pasar modal Indonesia dalam menghadapi dinamika global, termasuk aliran dana investor asing. Sedangkan sejak awal tahun ini hingga akhir September 2024, BEI telah mengadakan 19.779 kegiatan edukasi yang menjangkau lebih dari 24 juta peserta.

Kegiatan yang dimaksud termasuk Sekolah Pasar Modal (SPM), program Duta Pasar Modal (DPM), dan berbagai webinar yang dirancang untuk meningkatkan pemahaman masyarakat di seluruh Indonesia tentang investasi. BEI juga aktif mengkampanyekan gerakan #AkuInvestorSaham, yang sukses menarik perhatian generasi muda.

“Saat ini, sekitar 79 persen dari total investor baru berusia di bawah 40 tahun yang menunjukkan tingginya partisipasi dan ketertarikan generasi muda dalam berinvestasi di pasar modal,” kata Iman.

Tenang berinvestasi

Sejalan dengan perkembangan industri pasar modal di Indonesia, Iman memastikan masyarakat bisa tenang berinvestasi karena didukung oleh sejumlah hal termasuk perbaikan, peningkatan layanan, dan pengembangan infrastruktur yang memadai. Harapannya, masyarakat bisa damai berinvestasi di pasar modal dengan penyelesaian transaksi yang aman dan efisien.

Dalam konteks itu, Iman menjelaskan, BEI terus mengembangkan infrastruktur digitalnya. Platform IDX Mobile yang saat ini sudah memiliki 193.968 pengguna, kini menjadi salah satu pilar edukasi digital yang memungkinkan masyarakat untuk mendapatkan informasi pasar modal yang mudah diakses dan akurat.

|Baca juga: OJK Mencabut Izin Usaha Investree

“Pengembangan digital ini adalah bagian dari strategi BEI dalam mengatasi tantangan akses literasi pasar modal di Indonesia,” ucapnya.

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menambahkan angka jumlah investor pasar modal saat ini sebenarnya masih sedikit, khususnya jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia.

“Meski demikian, dengan semakin berkembangnya digitalisasi teknologi saat ini maka semakin banyak pula perusahaan sekuritas yang menyediakan wadah bagi investor untuk bertransaksi saham. Hal tersebut dapat semakin memudahkan masyarakat Indonesia untuk menjadi investor di pasar modal Indonesia,” ucapnya.

Paling baru, selaras dengan ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 65/POJK.04/2017 tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek Beragun Aset (EBA), serta mengakomodasi dinamika pengembangan di pasar modal, BEI menerbitkan dan memberlakukan Peraturan Nomor I-K tentang Pencatatan Efek Beragun Aset Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.

Salah satu poin penting dalam Peraturan Nomor I-K adalah upaya BEI untuk mempermudah mekanisme pencatatan EBA dan meningkatkan keterbukaan informasi. Manajer Investasi diwajibkan menyampaikan dokumen pencatatan melalui sistem elektronik yang implementasinya akan ditetapkan lebih lanjut oleh BEI.

Selain itu, terdapat ketentuan khusus terkait persyaratan pelaporan berkala untuk memastikan transparansi dan pengawasan ketat terhadap EBA yang telah tercatat. BEI juga mensyaratkan peringkat investment grade bagi EBA yang akan dicatatkan sebagai upaya pelindungan investor dan memberikan kepastian kelayakan investasi produk yang ditawarkan.

“Melalui pemberlakuan Peraturan Nomor I-K, BEI berharap dapat mendorong jumlah pencatatan EBA sehingga dapat mendukung pertumbuhan pasar modal Indonesia secara berkelanjutan,” kata Sekretaris Perusahaan BEI Kautsar Primadi Nurahmad.

Mengutip data KSSK, kinerja pasar saham domestik pada triwulan III/2024 menguat seiring sentimen positif tren pelonggaran kebijakan moneter bank sentral utama dunia. Adapun investor nonresiden membukukan net buy di pasar saham sebesar Rp21,92 triliun qtq atau Rp49,64 triliun ytd.

Nilai kapitalisasi pasar tumbuh 7,52 persen ytd menjadi Rp12.552 triliun. Sementara itu, penghimpunan dana oleh korporasi di pasar modal hingga akhir September 2024 (ytd) dalam tren positif dan tercatat nilai penawaran umum mencapai Rp155,59 triliun dengan 29 emiten baru.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Mengenal Lebih Dalam Apa Itu Polis Asuransi dan Jenisnya
Next Post Akankah GenAI Menjadi Ancaman bagi Para Pekerja di Masa Depan?

Member Login

or