Media Asuransi, GLOBAL – Laporan Guy Carpenter bertajuk ‘Small Businesses And The New Frontier Of Cyber Catastrophe Modeling’ mengungkapkan permintaan asuransi siber dari UKM semakin meningkat. Hal itu dengan keterpaparan UKM terhadap risiko siber naik dari 31 persen menjadi 45 persen dari total pasar siber dalam lima tahun terakhir.
Modeling bencana siber atau Cyber Catastrophe (CAT) menjadi penting bagi perusahaan asuransi dan reasuransi untuk menilai risiko siber dan mengelola eksposur. Model CAT siber membantu menghitung risiko, mengalokasikan modal, dan meminimalkan eksposur bencana.
Mengutip Insurance Asia, Jumat, 6 September 2024, model CAT awalnya dirancang untuk perusahaan besar, namun asuransi siber kini semakin diminati oleh UKM, karena 98 persen klaim siber dalam lima tahun terakhir berasal dari perusahaan dengan pendapatan kurang dari US$2 miliar.
Namun, model CAT siber saat ini masih kesulitan menilai risiko UKM secara akurat karena kurangnya data historis tentang adopsi teknologi dan praktik keamanan. Model CAT siber juga memainkan peran penting dalam penempatan kapasitas. Insiden besar seperti WannaCry, NotPetya, dan gangguan CrowdStrike Falcon menunjukkan potensi kerusakan yang meluas.
|Baca juga: KPK Tetapkan 2 Tersangka Kasus Dugaan Korupsi Jasindo, Pengamat: Perlu untuk Sehatkan Industri Asuransi!
|Baca juga: Persembahan Spesial Asuransi Astra di Hari Pelanggan Nasional
Peristiwa ini menekankan pentingnya mengelola batas agregat untuk memastikan perusahaan asuransi dapat menanggung kerugian tanpa melebihi kapasitas mereka.
Model CAT mensimulasikan berbagai skenario dan saling ketergantungan untuk memberikan gambaran komprehensif tentang potensi kerugian, membantu perusahaan asuransi mengembangkan strategi mitigasi risiko. Model ini juga mengidentifikasi titik kegagalan tunggal seperti aset digital umum, yang dapat menyebabkan kerusakan luas.
Dengan menggabungkan data klien dengan pemindaian eksternal, perusahaan asuransi mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang eksposur mereka dan dapat membuat keputusan yang lebih tepat tentang penempatan kapasitas.
|Baca juga: Indonesia Kehilangan Salah Satu Ekonom Terbaiknya Faisal Basri
Asuransi siber awalnya didorong oleh pelanggaran data skala besar, namun pelaku ancaman kini beralih mengeksploitasi kerentanan dalam teknologi yang banyak digunakan. Serangan ransomware, khususnya, menjadi metode umum, dengan 67 persen serangan ransomware pada kuartal terakhir tahun lalu menargetkan UKM dengan kurang dari 1.000 karyawan.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News