Kinerja Ekonomi Indonesia Diperkirakan Lanjutkan Tren Pemulihan

Melalui Daily Write Up bertajuk Macro Update – October’s policy rate decision: Mixed policy to maintain stability, ekonom Mirae Sekuritas Rully Arya Wisnubroto menerangkan sesuai perkiraan, BI memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 50 bps untuk kedua kalinya menjadi 4,75% serta suku bunga Deposit dan Lending facility masing-masing sebesar 4,0% dan 5,5%.

“Di sisi lain, BI juga mempertahankan kebijakan makroprudensial yang akomodatif untuk mendorong penyaluran kredit perbankan dan mendukung pemulihan ekonomi domestik,” jelasnya.

|Baca juga: Kenaikan BI Rate 50 bps Dinilai Cukup Agresif dan Antisipatif

Sementara itu, nilai tukar USD tetap kuat terhadap mata uang-mata uang lainnya di dunia. Sampai tanggal 19 Oktober 2022, indeks USD (DXY) ditutup pada 112,9 (+0,7% mtf, atau +18% mtd). Rupiah per 19 Oktober ditutup pada Rp15.498 (depresiasi 1,8% mtd, atau 8,7% ytd), level terlemah terhadap USD sejak April 2020. Beberapa mata uang ASEAN lainnya juga terus terdepresiasi bulan ini, termasuk Ringgit Malaysia, Baht Thailand, dan Filipina Peso, masing-masing sebesar 1,8% mtd, 1,2% mtd, dan 0,6% mtd.

Rully menilai di tengah banyaknya tantangan, termasuk volatilitas rupiah yang tinggi, inflasi, kenaikan suku bunga kebijakan, serta ketidakpastian ekonomi global, ekonomi Indonesia akan tetap melanjutkan pemulihannya.

“Kami memperkirakan pertumbuhan PDB Indonesia mencapai 5,08% tahun ini (vs. 3,69% di tahun 2021). Kami juga memperkirakan Rupiah pada akhir tahun akan terapresiasi dari level saat ini dan berada pada posisi Rp14.935 (rata-rata Rp14.755 pada tahun 2022) terhadap USD.”