Media Asuransi, GLOBAL – Belanda diperkirakan akan meningkatkan belanja pertahanan dari US$22,8 miliar pada tahun 2024 menjadi US$31,2 miliar pada tahun 2029. Peningkatan belanja tersebut untuk meningkatkan kesiapan militer dan berkontribusi lebih banyak kepada NATO menyusul kekhawatiran akan kembalinya peperangan dengan intensitas tinggi di Eropa dan masa depan kerja sama keamanan transatlantik.
Laporan terbaru GlobalData, “Ukuran Pasar Pertahanan Belanda, Tren, Alokasi Anggaran, Regulasi, Akuisisi, Lanskap Kompetitif, dan Prakiraan hingga 2029,” mengungkapkan bahwa belanja pertahanan Belanda diperkirakan meningkat menjadi US$26,6 miliar pada tahun 2025.
Anggaran akuisisi Belanda membengkak dari US$2,8 miliar pada tahun 2020 menjadi US$5,7 miliar pada tahun 2024, menandai CAGR sebesar 18,9% selama tahun 2020-2024. Selama periode perkiraan (2025-2029), anggaran akuisisi diperkirakan akan tumbuh dari US$6,7 miliar pada tahun 2025 menjadi US$8,0 miliar pada tahun 2029 dengan CAGR 4,6%, didorong oleh program modernisasi yang dilakukan secara bersamaan.
Pada periode yang sama, total anggaran pertahanan negara diperkirakan meningkat dari US$22,8 miliar pada tahun 2024 menjadi US$31,2 miliar pada tahun 2029, mencerminkan CAGR sebesar 4,1%.
|Baca juga: AS Diperkirakan Bakal Gelontorkan Anggaran Militer hingga US$26 Miliar per Tahun
Fox Walker, Analis Pertahanan GlobalData, mengatakan seperti banyak negara anggota NATO, Belanda telah berkomitmen untuk membelanjakan setidaknya 2% dari PDB mereka untuk pertahanan. “Negara ini masih belum mampu mencapai tujuan ini, namun telah mencapai kemajuan yang signifikan—terutama sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022,” katanya dalam riset dikutip, Sabtu, 23 Maret 2024.
Salah satu dari banyak alasan peningkatan pengeluaran Belanda adalah keinginan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte untuk menjadi sekretaris jenderal NATO berikutnya. Rutte memimpin negaranya pada periode ketika belanja pertahanan hanya sedikit di atas 1,0% PDB. Setelah bertahun-tahun menyetujui anggaran pertahanan yang kecil, Rutte kini ingin memimpin aliansi tersebut di saat beberapa orang mempertanyakan komitmen Eropa Barat.
Cita-cita Rutte untuk menjadi Sekjen seharusnya mengharuskannya memperkuat postur negaranya setidaknya minimal 2%, namun Belanda bahkan tidak mencapai tujuan tersebut di bawah kepemimpinannya.
Walker menyimpulkan dukungan Presiden Biden terhadap upaya Rutte untuk memimpin NATO agak mengejutkan, terutama ketika Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas telah menyatakan minatnya pada posisi tersebut.
“Rutte memimpin pada saat negaranya hanya menghabiskan 1,2% PDB untuk pertahanan. Kallas, yang diperkirakan akan meningkatkan belanja pertahanan negaranya menjadi 3,2% dari PDB pada tahun 2024, akan menjadi suara yang kuat dan mampu memimpin aliansi ini.”
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

