Media Asuransi JAKARTA – Dalam dunia perbankan dan keuangan, BI Checking atau pengecekan riwayat kredit (Sistem Layanan Informasi Keuangan/SLIK) menjadi salah satu aspek yang sangat penting dalam proses pemberian pinjaman. Sistem ini memungkinkan bank dan lembaga keuangan untuk mengevaluasi kelayakan seorang calon debitur sebelum memberi fasilitas kredit.
Bagi sebagian orang yang sering mengajukan pinjaman, istilah BI Checking mungkin sudah tidak asing lagi. Namun, bagi sebagian orang lainnya masih banyak yang belum memahami bagaimana BI Checking bekerja dan pengaruhnya terhadap pengajuan kredit atau pinjaman.
Artikel yang dikutip dari laman mandalafinance, Minggu, 19 Januari 2025 ini, akan membahas secara rinci mengenai BI Checking, mulai dari pengertian, pentingnya BI Checking, skor kredit, hingga fungsi, dan manfaatnya.
|Baca juga: CLIK Dukung Kementerian UMKM Salurkan KUR dengan Model Skor Kredit
Dengan memahami konsep dasar BI Checking, Anda akan lebih siap dalam menghadapi proses pengajuan pinjaman atau kredit, baik itu untuk pribadi maupun bisnis. Mari kita simak lebih lanjut!
Apa itu BI Checking?
BI Checking, kini dikenal sebagai Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK), adalah sistem yang menyajikan data historis mengenai debitur, termasuk riwayat pembayaran kredit (kolektabilitas).
Sebelumnya, sistem ini diawasi oleh Bank Indonesia (BI) hingga 1 Januari 2018, dan setelah mengalami perubahan nama, pengawasan dialihkan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). SLIK masih digunakan untuk mencatat riwayat kredit dan kredit macet debitur. Setiap bank dan lembaga keuangan yang terdaftar di Biro Informasi Kredit (BIK) dapat mengakses informasi kredit nasabah di Indonesia. Data riwayat kredit ini dikumpulkan setiap bulan dan terintegrasi dalam SLIK yang dapat diakses 24 jam oleh anggota Biro Informasi Kredit (BIK).
Mengapa BI Checking Penting?
BI Checking menjadi sangat penting dalam dunia perbankan dan keuangan karena bank dan lembaga keuangan lainnya tidak ingin mengambil risiko memberikan kredit kepada nasabah yang memiliki riwayat kredit buruk. Dengan BI Checking, lembaga keuangan bisa mengetahui apakah memiliki catatan pembayaran pinjaman yang lancar atau malah bermasalah.
Berikut beberapa alasan mengapa BI Checking penting:
- Menjamin Keamanan Kredit
BI Checking membantu lembaga keuangan mengidentifikasi potensi risiko yang terkait dengan pemberian kredit. Jika seseorang memiliki catatan buruk di Bank Indonesia (BI), maka kemungkinan besar mereka akan kesulitan dalam membayar pinjaman.
|Baca juga: Tips Jaga Score Kredit Agar Mudah Ajukan Pinjaman dan Daftar Kerja
- Mencegah Penipuan
Melalui BI Checking, lembaga keuangan dapat memastikan bahwa data yang diberikan oleh calon debitur akurat dan tidak ada informasi yang disembunyikan atau transparan.
- Memudahkan Proses Pengajuan Kredit
Dengan adanya sistem BI Checking, proses pengajuan kredit menjadi lebih cepat dan transparan karena bank memiliki akses ke riwayat kredit pemohon.
Skor BI Checking
Dalam dunia perbankan, proses pemberian kredit sangat bergantung pada penilaian terhadap rekam jejak pembayaran debitur yang dikenal dengan BI Checking. Sistem penilaian ini memberikan skor untuk menilai kelancaran pembayaran kredit dan memprediksi risiko bagi bank atau lembaga keuangan lain. Berikut merupakan penjelasan mengenai berbagai skor dalam BI Checking yang mempengaruhi keputusan bank dalam memberikan kredit kepada calon debitur:
Skor 1: Kredit Lancar, artinya debitur selalu membayar cicilan tepat waktu beserta bunga tanpa ada tunggakan hingga pelunasan kredit.
Skor 2: Kredit dalam Perhatian Khusus (DPK), artinya debitur menunggak cicilan kredit antara 1 hingga 90 hari. Meskipun belum termasuk dalam kategori yang buruk, debitur dengan skor ini tetap memerlukan pengawasan lebih lanjut.
Skor 3: Kredit Tidak Lancar, artinya debitur menunggak cicilan kredit antara 91 hingga 120 hari. Dengan skor ini, bank mulai melihat adanya indikasi serius dalam kemampuan bayar debitur.
|Baca juga: Anda Kena BI Checking? Begini Cara Ceknya
Skor 4: Kredit Diragukan, artinya debitur menunggak cicilan kredit antara 121 hingga 180 hari. Debitur dengan skor ini dianggap sangat berisiko, dan bank mulai mempertimbangkan kemungkinan gagal bayar yang lebih tinggi.
Skor 5: Kredit Macet, artinya debitur menunggak cicilan kredit lebih dari 180 hari. Pada skor ini, debitur sudah masuk dalam daftar hitam (blacklist) dan bank sudah dipastikan akan menolak pengajuan kredit dari debitur ini.
Pada umumnya, bank atau lembaga keuangan lain akan menolak pengajuan kredit dari calon debitur yang memiliki skor 3, 4, atau 5. Hal ini disebabkan karena adanya risiko yang tinggi terkait masalah pembayaran debitur di masa depan. Calon debitur dengan skor rendah (kolektibilitas 3, 4, dan 5) dapat menyebabkan Non-Performing Loan (NPL), yaitu kredit macet yang tidak terbayar yang pada akhirnya dapat mengurangi modal dan mempengaruhi kemampuan bank untuk memberikan kredit di masa mendatang.
Fungsi BI Checking
BI Checking berfungsi untuk memudahkan lembaga keuangan dalam melakukan penilaian terhadap riwayat kredit pemohon. Berikut adalah beberapa fungsi utama BI Checking:
- Verifikasi Riwayat Kredit
BI Checking memberikan akses kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk memeriksa rekam jejak pembayaran kredit pemohon sebelumnya. Informasi ini membantu pihak bank dalam mengambil keputusan terkait pemberian kredit baru.
- Menilai Kemampuan Membayar
Melalui BI Checking, bank dapat menilai apakah calon debitur memiliki kapasitas untuk membayar kembali kredit yang diajukan. Jika memiliki catatan kredit buruk atau menunggak, bank bisa menilai calon debitur tersebut berisiko tinggi.
- Mencegah Terjadinya Kredit Macet
Sistem BI Checking dapat mengurangi risiko pemberian kredit kepada pemohon yang berisiko tinggi. Dengan data yang ada, bank dapat lebih berhati-hati dalam menyetujui pinjaman, sehingga mencegah kredit macet yang bisa merugikan lembaga keuangan.
|Baca juga: Pentingnya Jaga Skor Kredit di Tengah Penggunaan Paylater yang Makin Berkembang
- Mempercepat Proses Pemberian Kredit
Dalam beberapa kasus, BI Checking bisa mempercepat proses verifikasi. Jika rekam jejak kredit pemohon bersih, pengajuan kredit dapat disetujui lebih cepat tanpa perlu proses verifikasi lebih lanjut, namun berlaku juga sebaliknya jika pemohon memiliki rekam jejak keuangan yang buruk.
BI Checking dan Dampaknya bagi Kreditur
Sebagai pemohon kredit, catatan dalam BI Checking sangat berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit. Berikut beberapa dampaknya:
- Pengaruh terhadap Suku Bunga Kredit
Jika memiliki riwayat kredit yang baik, bank kemungkinan akan menawarkan suku bunga lebih rendah. Sebaliknya, jika catatan kredit buruk, bank mungkin akan menolak pengajuan atau memberikan suku bunga lebih tinggi untuk mengimbangi risiko kredit.
- Pentingnya Menjaga Riwayat Kredit
Untuk meningkatkan peluang disetujui dalam pengajuan kredit, sangat penting untuk menjaga riwayat kredit tetap bersih. Hal ini termasuk membayar tagihan tepat waktu dan menghindari terjadinya kredit macet.
- Dampak Negatif Jika Terdaftar Buruk
Jika memiliki catatan buruk dalam BI Checking, akan sulit untuk mendapat pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lain. Bahkan jika ada kesempatan, suku bunga yang ditawarkan bisa sangat tinggi dan jumlah kredit yang diberikan pun akan terbatas.
Dengan memahami sistem BI Checking, akan lebih bijak dalam mengelola pengajuan kredit dan terhindar dari risiko keuangan di masa depan. BI Checking memberikan skor mulai dari 1 hingga 5.
Skor 1 menunjukkan debitur selalu membayar cicilan tepat waktu dan skor 5 menunjukkan kredit macet atau debitur menunggak lebih dari 180 hari. Skor kredit yang rendah (3, 4, dan 5) dapat menempatkan debitur dalam daftar hitam dan meningkatkan risiko Non-Performing Loan (NPL) yang dapat merugikan bank dan profil keuangan pribadi.
Oleh karena itu, menjaga skor kredit tetap baik, terutama skor 1 akan memberikan kemudahan dalam akses kredit dan menjaga kestabilan finansial.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News