Kita memasuki bulan Desember 2016. Artinya, dalam hitungan hari, tahun 2016 akan berakhir. Tahun 2017 akan segera dimulai. Sebagai salah satu pelaku bisnis di Indonesia, tentunya para pelaku bisnis asuransi juga membutuhkan panduan bagaimana prospek industri asuransi di tahun 2017. Bagaimana dengan industri jasa keuangan lainnya yang erat dengan asuransi, yaitu perbankan dan multifinance di tahun 2017, dan bagaimana pula prospek makro ekonomi Indonesia di tahun 2017.
Tidak mudah menjawab pertanyaan mengenai seperti apa di tahun depan. Tetapi, eksekutif asuransi jiwa, asuransi umum, asuransi syariah, bankir, eksekutif multifinance, dan guru besar ekonomi yang berbagi prediksinya mengenai tahun 2017 berkumpul di seminar tahunan Insurance Outlook 2017, yang diselenggarakan Media Asuransi di Jakarta pada 17 November 2016.
Industri asuransi jiwa di Indonesia dalam tahun 2017 akan tumbuh signifikan, sebagaimana disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim dalam Insurance Outlook 2017 tersebut. Ia mengungkapkan kenaikan rata-rata premi baru asuransi jiwa selama 10 tahun terakhir (2005-2015), sebesar 22,54 persen. “Dan diperkirakan sampai 2020 pertumbuhan premi baru asuransi jiwa rata-rata 18,21 persen,” kata eksekutif asuransi yang menjadi Direktur Utama PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Untuk premi lanjutan di asuransi jiwa selama 10 tahun terakhir, kata Hendrisman Rahim, rata-rata kenaikannya mencapai 19,08 persen. “Diperkirakan sampai dengan 2020, premi lanjutan ini akan tumbuh rata-rata 14,78 persen,” kata Ketua Umum Dewan Asuransi Indonesia (DAI).
Sedangkan industri asuransi umum pada 2017, menurut Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Yasril Y Rasyid, diperkirakan tumbuh 15-20 persen. “Pertumbuhan ekonomi yang tinggi berkorelasi positif dengan pertumbuhan premi asuransi,” kata eksekutif asuransi yang menjadi Presiden Direktur PT Reasuransi MAIPARK Indonesia.
Dan pertumbuhan asuransi syariah pada 2017, menurut Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) Taufik Marjuniadi, diperkirakan mencapai 15-20 persen.
Pertumbuhan industri asuransi di Indonesia –asuransi jiwa, asuransi umum, dan asuransi syariah– pada 2017, menurut Ketua Umum AAJI, Ketua Umum AAUI, dan Ketua Umum AASI, dapat mencapai lebih dari 15 persen.
Tapi bagaimana dengan pertumbuhan industri jasa keuangan yang erat kaitannya dengan industri asuransi, yaitu bank dan perusahaan multifinance?
CEO Citi Indonesia Batara Sianturi mengemukakan ada tiga tren yang mendorong industri keuangan, yaitu globalisasi, urbanisasi, dan digitalisasi. Dia mengatakan bahwa consumer banking di Indonesia meliputi meminjam, belanja, menabung, investasi, dan perlindungan. “Menurut riset yang dilakukan Citi di ritel banking, jika dapat memenuhi lima kebutuhan itu, termasuk di dalam proteksi itu adalah asuransi dan juga ada produk asuransi untuk investasi, maka pihak bank akan memenuhi semua kebutuhan nasabah,” kata bankir yang pernah menjadi
CEO Citi di Filipina dan Hungaria.
Sementara itu, pertumbuhan industri multifinance di tahun 2017, menurut Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (AAPI) Suwandi Wiratno akan mencapai 5-10 persen.
Pertumbuhan ekonomi akan sangat berpengaruh pada industri jasa keuangan di Indonesia. Menurut Profesor Didik J Rachbini, pengamat ekonomi dari INDEF, pertumbuhan ekonomi Indonesia nomor tiga setelah India dan China, yaitu 7,6 persen dan 6,2 persen pada 2017. “Pertumbuhan ekonomi China di tahun depan lebih rendah dibandingkan prediksi pertumbuhan tahun ini yakni sebesar 6,6 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2016 ini diprediksi lebih rendah dibandingkan 2017, yakni hanya 4,9 persen. Sementara itu pertumbuhan ekonomi India diperkirakan tetap yakni 7,6 persen baik untuk tahun 2016 maupun 2017 mendatang,” katanya.
Dengan prediksi-prediksi yang disebutkan dalam Insurance Outlook 2017, kita menuju ke tahun 2017. Mucharor Djalil
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News